BAB 26

218 15 1
                                    

Assalamu'alaikum semua

Gak usah lama-lama, mari di baca......!





Nampak terlihat dari pinggiran jalan, terlihat seorang wanita yang tengah berdiri kebingungan yang sepertinya hendak menyeberang namun tidak bisa. Wanita itu sangat cantik dengan dress yang elegan, lipstik yang merah merona, kulit yang putih, hidung mancung, bahkan dirinya tinggi. Bisa di bilang rupanya seperti wanita yang memiliki karir.

"Bisa saya bantu ?", Tawar Fahmi namun Fahmi tidak ikut menawarkan tangannya. Hanya saja bertanya.

"Maybe" Jawabnya singkat.

Dengan mengangkat tangan nya setengah yang tengah memberikan aba-aba kepada pengguna kendaraan untuk pelan-pelan atau berhenti.

"Terimakasih, Muhammmad Fahmi Al Fariz", Ujar wanita itu hingga membuat Fahmi sedikit tersentak, karena wanita tersebut mengetahui nama lengkapnya.

"Ya, sama-sama. Tapi siapa anda?", Tanya Fahmi dengan wajah yang datar namun di dalam hati nya terbesit rasa ingin tahu.

"Apakah kamu tidak mengenaliku, Fariz?"

Saat mendengar kata nama Fariz. Fahmi mengingat yang ada di pikiran nya beberapa tahun yang lalu. Setelah berusaha mengingat nya, Fahmi langsung kaget.

"Alya"

"Ya, gw Alya. Wanita yang pernah lu hancurin mental nya!" Bentak Alya.

"Maksud kamu apa berbicara seperti itu? Kapan saya menghancurkan kamu?" Tanya Fahmi heran, lantaran ia merasa tak pernah menyakiti wanita manapun.

"Oh ya? Wah, hebat sekali", Ucap Alya sambil bertepuk tangan mengelilingi Fahmi.

"Masih ingat Riz sama cincin ini?" Tanya Alya sambil menunjukkan jari manisnya yang sedang menggunakan cincin yang cantik dan elegan.

"Masih ingat Riz sama cincin ini?" Tanya Alya sambil menunjukkan jari manisnya yang sedang menggunakan cincin yang cantik dan elegan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bahkan sampai saat ini aku masih memakai cincin yang kamu berikan ke aku. Bahkan aku tak membiarkan siapapun menyentuh cincin ini", Ucap Alya dengan nada yang ketus.

"Aku memang memberikan mu cincin itu karena aku menganggap mu sebagai adik ku. Bahkan cincin itu bukan dari kemauan ku sendiri membeli nya" Jawab Fahmi.

"Adik? Kamu menganggap ku adik? Bagaimana kalau aku menganggap mu lebih dari itu?!" Sentak Alya yang kini membuat Fahmi sedikit terheran karena sikapnya.

Halo Pak Dosen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang