5

787 95 11
                                    

Yunho terduduk diam di sebuah meja makan yang begitu megah. Ia sangat kikuk sebab ia tak pernah duduk di meja makan seluas ini dengan banyak sekali hidangan menu sarapan.

Di depannya duduklah pria besar itu, tatapannya begitu dingin. Ia bahkan tak mengucapkan sepatah katapun sejak ia menyuruh Yunho duduk di sisi kirinya. Yunho hanya memakan makanannya dengan tenang, ia mencoba sebaik mungkin untuk tidak mengeluarkan suara berisik saat makan.

Yunho takut Mingi akan memarahinya jika ia bersuara, sebab Mingi memakan makanannya tanpa suara. Hidangannya sangatlah lezat, namun suasana hati Yunho membuat rasa hidangan ini sedikit hambar. Suasana yang hening juga begitu tegang membuat Yunho tak benar-benar bisa menikmati sarapannya.

"Apa rencana mu hari ini?" Tiba-tiba Mingi bertanya ditengah heningnya meja makan.

"R-rencana?" Mingi mengangguk.

"A-aku tak memiliki rencana apapun tuan." Mingi tak menyukai panggilan yang diberikan Yunho padanya.

"Panggil aku Mingi." Mingi dengan suara datarnya.

"A-ah maaf Mingi, tapi aku tak memiliki rencana apapun." Yunho menundukkan kepalanya.

"Apa kau tak memiliki cita-cita?" Kata cita-cita bagi Yunho hanyalah ilusi, sebab ia tak memiliki kebebasan untuk memiliki sebuah cita-cita. Bahkan kedua orang tuanya melarangnya untuk bermimpi.

Yunho menggeleng dengan kepalanya yang masih tertunduk. Yunho merasa jika ia memiliki cita-cita, maka ia akan menyusahkan orang lain, karena ia hanyalah Omega dari Ras Beta yaitu Golden Retriever, dan ia laki-laki. Ia hanya makhluk aneh yang terkutuk.

Mingi akhirnya melihat kearah Yunho. Yunho hanya tertunduk dengan tangannya yang saling mengepal bertautan. Telinga juga ekor Yunho terlihat menekuk. Mingi dapat merasakan aura kesedihan dari Yunho. Mingi paham betul, situasi yang dialami Yunho sangat sulit.

Pertama, ia adalah Ras beta, ras beta adalah ras yang lemah. Dimana laki-lakinya adalah beta dan wanitanya omega. Berbeda dengan ras-ras kuat seperti dirinya, Hongjoong, San dan Jongho dimana mereka memiliki Alpha yaitu ras tertinggi dalam dunia Hybrid.

Kedua, ia adalah satu-satunya omega laki-laki di dalam ras nya. Itu adalah hal yang tersulit. Tentu Yunho dikucilkan, disiksa, bahkan dibiarkan agar tak memiliki cita-cita. Dunia memang kejam kepada mahkluk seperti Yunho.

"Kau ingin sekolah?" Pertanyaan Mingi membuat Yunho mengangkat kepalanya, telinga dan ekornya terlihat terangkat antusias.

"Sekolah? A-apa itu mungkin bagi hybrid sepertiku Mingi?" Yunho terlihat ragu.

"Kau bisa sekolah. Aku akan memberikanmu seorang guru dari ras mu. Dan kau bisa bersekolah di rumah jika kau tak ingin pergi ke sekolah umum." Kata-kata Mingi membuat mata Yunho berbinar, Mingi menatap mata indah itu, entah mengapa saat menatapnya, Mingi merasa tenang dan damai.

"B-benarkah? Aku bisa sekolah?" Mingi mengangguk. Yunho tersenyum bahagia.

"Terima kasih Mingi, Terima kasih banyak."

Wajah cerianya kini disertai air mata. Air mata kebahagiaan. Akhirnya ia bisa bersekolah, ia bisa menuntut ilmu dan belajar seperti anak-anak lainnya. Ini adalah kesempatan yang tak pernah ia dapatkan di masa lalu. Orang tuanya melarangnya pergi ke sekolah.

Yunho menangis bahagia, Mingi menaruh tangan besarnya pada kepala Yunho dan memberikannya sedikit usapan disana. Yunho menghapus air matanya.

"A-aku tidak menyangka aku bisa bersekolah, aku tak pernah bisa pergi ke sekolah sebelumnya. Walaupun aku nanti hanya bersekolah di rumah, aku tetap bahagia karena aku dapat belajar dan menuntut ilmu seperti anak-anak lain. Terima kasih sekali lagi Mingi. Aku tak tahu bagaimana cara membalas kebaikanmu." Yunho menatap Mingi yang masih menatapnya.

"Balaslah kebaikanku dengan nilai-nilai mu yang bagus, dan bersikaplah yang baik. Buktikan padaku bahwa keputusan ku untuk menyekolahkanmu adalah keputusan yang tepat. Belajarlah dengan giat." Mingi tersenyum.

Yunho terkejut. Ini pertama kalinya ia melihat Mingi tersenyum. Hatinya menghangat dan jantungnya berdetak kencang. Ia tak menyangka, seseorang yang berdarah dingin seperti Mingi memiliki senyum yang tampan dan menganggumkan.

"Baiklah, aku harus pergi. Bersikap baiklah di rumah." Mingi mengusap kepala Yunho sebelum beranjak dari meja makan.

Yunho masih terdiam dan hanya menatap punggung kokoh milik Mingi yang mulai berjalan menjauh dari sana. Sesaat Mingi telah benar-benar tak terlihat, Yunho tak kuasa menahan senyumnya dan memegang pipinya yang merona. Yunho tak kuasa menutupi kebahagiaannya.

Yunho segera menghabiskan sarapannya sebelum ia kembali ke kamarnya. Sejujurnya ia ingin mencuci piring, namun pelayan Mingi melarang keras Yunho untuk mencuci piring atau sebagainya, karena jika Mingi tahu, mereka tak akan selamat. Oleh karena itu Yunho kembali ke kamarnya yang tentu masih sangat kosong.

Yunho hanya memiliki sedikit pakaian, sebab ia tak membawa apapun saat dibawa oleh Mingi ke rumah ini. Dan pakaian yang ia gunakan sekarang adalah pemberian Mingi. Jujur saja, baru kali ini Yunho merasakan bisa mengganti pakaian 2x sehari. Sebelumnya, ia hanya mengganti pakaiannya seminggu sekali dan itu adalah pakaian compang camping dan lusuh.

Yunho bersyukur Mingi membawanya, walaupun sebenarnya Yunho masih tak banyak tahu tentang Mingi dan teman-temannya, namun ia yakin, selama ia bersikap baik disini, Mingi dan teman-temannya tidak akan melukainya. Setidaknya untuk saat ini Yunho dapat bernapas sedikit lebih lega.

Yunho memegang luka gigitan pada tengkuknya yang kini mulai mengering dan tentu saja itu berbekas seumur hidup. Mingi menandainya, menjadikannya mate. Namun, Yunho sendiri masih tidak begitu mengerti tentang fated mate. Sebab selama ini ia tak pernah diberitahu tentang hal itu.

Yunho hanya berharap itu adalah hal baik, ia tak ingin lagi merasakan sakitnya dikucilkan, disiksa dan juga dibuang oleh teman, sanak saudara juga orang tua.

Yunho tak memiliki siapa-siapa lagi, ia kini hanya memiliki Mingi di sampingnya. Jadi Yunho akan berusaha untuk tak mengecewakan Mingi. Ia akan belajar dengan giat, dan ia akan bersikap baik.

"Aku tak akan mengewakanmu Mingi. Aku janji." Yunho memejamkan matanya, tanpa sadar Yunho melakukan mindlink dengan Mingi.

"Kalau begitu lakukan dengan baik." Suara Mingi membuat Yunho terkejut.

"Mingi? Apa kau sudah kembali?" Yunho membuka pintu namun tak ada siapa-siapa.

"Aku tak disana, tapi aku mendengarmu."

"Apa?? Dimana?" Yunho berkeliling mencari Mingi.

"Kau melakukan mindlink denganku Yunho. Kau dan aku dapat berkomunikasi lewat telepati, karena kau adalah mate ku." Yunho terdiam.

"B-benarkah? A-aku baru tahu jika fated mate dapat berkomunikasi seperti ini."

"Oleh karena itu kau harus banyak belajar, agar kau menambah wawasanmu tentang dunia."

"Baiklah Mingi, aku akan berusaha sebaik mungkin."

"Good boy." Setelah itu mindlink mereka terputus, Yunho sedikit kecewa karena ia masih ingin berbicara dengan Mingi. Tetapi tak apa, Yunho senang. Ketika Mingi memujinya telinga dan ekornya ikut senang.

"Good boy katanya. Hehehe" Yunho yang tak kuasa menahan rasa bahagia dipuji oleh Mingi pun berguling-guling di kasur miliknya dengan rona merah dipipinya.

Tbc
Hai happy reading ya
Jangan lupa vote + comment
(*'︶'*)♡Thanks!
-voyez

TbcHai happy reading yaJangan lupa vote + comment(*'︶'*)♡Thanks!-voyez

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Manyun gemessss 😘😘

The Boy is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang