••02••

2.4K 160 1
                                    

Bel pulang sekolah terdengar diseluruh penjuru kelas, membuat sang guru didepan kelas Haechan menyelesaikan materinya dan bergegas membereskan buku-buku diatas mejanya

"Baik sampai disini saja pelajaran kita, dan jangan lupa buat mengerjakan tugas rumah untuk minggu depan, mengerti?" Ucapnya yang dijawab serentak para murid

Haechan masih diam ditempatnya kala orang-orang sudah mulai keluar dari kelasnya

"Lo yang piket, gue males!" Titah seorang gadis bername tag Winter, teman satu gang Karina dengan sapu dan pel-an yang dilempar kearah meja Haechan

"Tapi kan sekarang bukan bagian piket aku" ucapnya lirih namun masih terdengar karena suasana sepi dikelas

Bukan apa Haechan menolak, hanya saja tubuhnya sangat sakit setelah digempur habis-habisan oleh ketiga iblis berwajah tampan itu, apalagi bagian belakangnya yang masih mengeluarkan cairan membuat Haechan memakaikan jas almamater nya dipinggang, menutupi bagian celana belakangnya yang mungkin sudah sangat basah

"Lo berani? Keknya hukuman tadi pagi karena lo salahin semua tugas rumah kita belum cukup ya?" Pertanyaan Ningning dengan smirk mengerikan diwajah cantik itu membuat Haechan menggeleng ribut dan dengan segera mengambil sapu juga alat pel itu dengan badan gemetar

Jangan lagi badannya benar-benar sangat sakit...

Keempat gadis itu berlalu meninggalkan Haechan yang mulai membereskan kursi dan meja, menyapu lantai dan mengepelnya setelah mengambil air dari toilet dengan susah payah

Ingat, lubangnya masih sakit juga beberapa tubuhnya yang mungkin memar akibat pukulan keempat gadis itu pagi tadi

Setelah selesai dengan piket kelasnya menggantikan Winter, Haechan mengambil tasnya dan bergegas keluar dari kelas, lorong-lorong sudah kosong karena memang ini sudah sangat sore membuat Haechan sedikit lega berjalan dengan sesekali menatap kesekelilingnya

"Haechan baru keluar kelas?" Pertanyaan dari seorang pria paruh baya yang bekerja sebagai satpam sekolah itu membuat Haechan menoleh dan menganggukkan kepalanya dengan senyum manis diwajahnya

"Iya Paman Kim, Echan abis piket dulu... Yaudah Echan duluan ya? Bisnya sebentar lagi pasti bakal lewat" pamit Haechan sedikit berlari kearah sebrang jalan, halte bus lebih tepatnya

Tuan Kim hanya mengangguk singkat menatap sendu murid yang selalu mendapatkan perundungan hebat disekolah elit ini, inginnya menolong tapi status keluarganya dan statusnya disekolah membuat dia tak berani ikut campur urusan orang kaya yang menindas anak manis seperti Haechan itu

Bis datang tidak lama kemudian, Haechan langsung masuk dan duduk di paling belakang dengan tatapan fokus pada jalan dengan pikiran yang entah kemana

Mae kalo tau Echan udah kaya jalang seperti ini, Mae kecewa ngga ya? Ayah sama Hendery Hyung juga kecewa kan? Nanti Echan gimana cerita sama Mae-nya? Echan ngga mau Mae ikut terlibat ke dalam masalah Echan sama anak-anak konglomerat seperti mereka, Echan nggak mau Mae kenapa-napa... Batinnya mengeluhkan segala kesedihannya

Matanya berkedip beberapa kali, tidak membiarkan air mata yang sudah berkumpul itu mengalir deras diatas pipi chubby-nya

Ini masih area umum, Haechan hanya tidak ingin orang-orang memandang aneh padanya karena menangis tiba-tiba dan juga Haechan bukanlah orang yang dengan suka rela membiarkan orang lain menatapnya iba dan kasihan, Haechan tidak membutuhkan belas kasihan pada hidupnya yang sudah hancur ini

Bis berhenti setelah memakan waktu hampir setengah jam itu, membuat Haechan pulang ke rumahnya hampir jam makan malam tiba

"Haechanie...." Panggil seorang namja cantik yang keluar dari dapur, menghampiri Haechan yang masih membuka sepatunya

Sorry & We Love You [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang