••12••

2.1K 129 8
                                    

5 tahun kemudian...

Di sebuah kamar bernuansa kamar anak-anak itu tampak seseorang masih memejamkan matanya dengan anak kecil yang berada didekapannya

Sampai gerakan gelisah dari yang pria cantik itu membuat tidur si kecil  sedikit terusik

"Jangan bunuh mereka... Echan mohon.... Hiks.... Jangan bunuh mereka Jeno.... Jangan... Mereka ngga salah... Jangan bunuh mereka... Hiks... Jangan Jeno jangan.... Echan mohon... Hiks... Mereka ngga salah... Jangan bunuh mereka..." Racau Haechan dalam tidurnya

Racauannya semakin keras terdengar, membuat anak kecil disampingnya terbangun karena kaget

"Mmy...." Lirihnya menatap wajah cantik penuh peluh itu

"Jangan... Hiks.... Jangan... Echan mohon... Jangan bunuh mereka... Hiks..." Gumamnya pelan namun sangat jelas ditelinga si kecil

"Mmy banun.... Hiks... Mmy... Llyo takut.... Ayo banun... Hiks... Mmy..." Menepuk pelan pipi basah Haechan berkali-kali, namun sepertinya tidak mempan karena racauannya semakin terdengar seperti teriakan

"MOMMY BANUN.... JANAN ANGIS... LLYO TAKUT...." Teriaknya sembari memukul dada Haechan berulang membuat mata cantik yang sudah basah itu terbuka

"Hiks... Hiks... Banun Mmy... Banun... Janan angis... Llyo cini baleng Mmy... Hiks..." Tangisan kecil itu membuat Haechan tersadar dan segera duduk

Mendekapnya erat tubuh kecil yang bergetar karena tangisannya

Haechan masih diam, mengatur nafasnya yang memburu akibat mimpi buruknya, lagi

"Sshhh... Mommy disini, maaf bikin Ryo takut, Maafin Mommy ya?" mengelus punggung Ryo dengan mata terpejam

Ryo melepaskan pelukannya, menangkup wajah Haechan yang sembab

"Mmy janan takut... Llyo cini baleng Mommy... Janan angis, janan minta maaf... Mmy nda syalah" ucapnya dengan tangan kecil yang menyeka sisa air mata diwajah ibunya

Haechan diam, menggigit pipi dalamnya kuat

Selalu seperti ini...

"Maafin Mommy ya bikin Ryo takut" Ryo menggeleng ribut, kembali memeluk leher Haechan erat

"No~ Mommy nda syalah... Llyo tuma kaget, jadina telbangun..." Bisiknya lirih sembari menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Haechan

Haechan menatap lurus dengan tangan mengusap surai hitam putranya

Brak...

"Mommy... Ryo..." Panggilan dari arah pintu yang didobrak membuat Haechan dan Ryo menoleh

"Yung~ Mmy angis agi... Jelit-jelit agi, tapina Mmy malah minta maaf cama Llyo" adu Ryo sembari turun dari pangkuan Haechan

Menatap kedua anak lainnya dan juga sang nenek, Chitta yang baru sampai dikamarnya

"Mommy tidak papa" ucapnya menatap lembut kedua putra yang lainnya dengan tersenyum

Chitta hanya menatap Haechan intens dengan menghela nafas pelan

"Jisung, Chenle... Ajak Ryo mandi bersama pelayan dikamar Grandma ya?" Titah Chitta membuat kedua anak itu mengangguk patuh dan segera membawa si kecil Ryo keluar kamar

"Mimpi buruk lagi ya?" Haechan mengangguk pelan, menatap pintu yang sudah tertutup itu

Chitta menatap Haechan sendu, mengusak surai madu itu sayang

Demi apapun, Aku sakit melihatnya Jo... Batinnya lalu membawa Haechan kedalam pelukannya

"Itu seperti nyata Mae, Haechan takut... Bagaimana jika nanti mereka tau? Mereka pasti mau bunuh putra Haechan, Haechan ngga mau Mae... Ngga mau..." Gumamnya membuat Chitta mengelus punggung Haechan pelan

Sorry & We Love You [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang