••03••

2.2K 142 1
                                    

"Izin untuk tidak masuk dulu ya? Wajah kamu pucat banget, Mae takut kamu kenapa-napa disekolah" ucap Chitta mengusap lembut punggung Haechan yang berada dalam pelukannya

"Mae... Echan ngga boleh absen, beasiswanya bisa dicabut nanti" jawab Haechan lemas, seluruh tubuhnya benar-benar sakit akibat ulah ketiga iblis itu, jangan lupakan Winter dan Karina serta dua gadis lainnya yang menghajarnya habis-habisan setelah jam pelajaran pertama

"Cuma sekali engga bakalan dicabut nak? Mae khawatir, tubuh Haechan juga panas banget dari semalam! Tenang aja Mae yang bakalan izinin kamu ke wali kelas kamu nanti, sekarang Echan istirahat dulu Mae mau bikin bubur sebentar ya, oke?" Haechan akhirnya mengangguk pasrah, tubuhnya benar-benar tidak bisa diajak berkompromi

Apalagi jika saat istirahat atau jam pelajaran terakhir ketiga orang itu kembali menggempurnya seperti kemarin, Haechan yakin jika dirinya bisa saja mati nantinya

Matanya kembali memejam setelah Chitta keluar dari kamarnya

Air matanya kembali jatuh, saat ingatannya kembali pada waktu dimana dirinya dilecehkan pertama kalinya oleh Jeno dan si kembar

Flashback....

Hari itu tepat jadwal piket Haechan dikelas, membuatnya harus membersihkan dengan cepat kelasnya sendirian

Sudah biasa baginya piket sendirian atau bahkan menggantikan jadwal piket orang lain

Tapi, Haechan terlalu fokus sampai tidak sadar bahwa ada tiga orang yang masih berada dikelas selain dirinya

Menatapnya intens dengan seringaian mengerikan diwajahnya

Haechan masih fokus dengan acara menghapus whiteboard kelas, sampai remasan kuat dibokongnya menghentikan gerakannya

"Ja-jaemin..." Satu kata yang ada didirinya sekarang Haechan ketakutan

Apalagi saat Jaemin membalikkan tubuh mungilnya untuk menghadap kearah pemuda itu, mengukung badan kecil Haechan diantara dirinya dan dinding berlapis whiteboard itu

"Gue mau nagih janji soal waktu itu! Lo pasti lupa kan?" Bisiknya membuat tubuh Haechan meremang

"Ja-janji apa?" Tanya Haechan memberanikan diri menatap manik coklat gelap Jaemin

"Buat main... Udah inget? Udah dong pasti! Gimana kalo sekarang? Gue lagi pengennya sekarang, mereka berdua juga" ucapnya mengangkat dagu menunjuk Jeno dan Renjun yang duduk dikursi guru

Main? Main apa?... Batin Haechan menatap bingung dengan tatapan polosnya membuat ketiga orang itu mendesis

"Shit! Jangan memasang wajah polosnya sayang, kita akan melakukan sesuatu yang dewasa sekarang" ucap Jeno membelai pipi Haechan sensual

Haechan terdiam, sesuatu yang dewasa?.... Matanya membulat, menatap horor ketiga orang itu yang sudah tersenyum menyeringai

"Ahh... Kurasa kamu tidak terlalu polos melihat ekspresimu yang seperti itu" Renjun menarik kasar tangan Haechan, membuat si manis terduduk dipahanya

Haechan memberontak, melepaskan pelukan tangan Renjun di perutnya

"Jangan ya? Aku mohon!!" Mohon Haechan dengan mata berembun dan kedua pipi yang memerah karena malu, marah dan menahan tangis dalam satu keadaan

"Memangnya kamu siapa disini hm, sampai berani memerintah kami bertiga?" Ucapan lembut Renjun ditelinganya membuat badan mungil itu bergetar

"Hahaha.... Gue suka wajah ketakutan lo, cantik... Cantik banget, apalagi kalo lo ketakutan dikungkungan gue sambil mendesah meminta permohonan" lanjut Renjun dengan gelak tawa yang keluar dari bibir tipis ketiganya

Sorry & We Love You [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang