••23••

1.7K 116 3
                                    

Setelah kejadian malam itupun, Renjun tidak pernah menemui Haechan dan Ryo lagi hampir selama satu minggu

Dia hanya takut kelepasan lagi

Dan itu membuat kesehatan si bungsu menurun, namun panggilan dari Haechan masih diabaikan Renjun yang bahkan tidak diketahui berada dimana, begitu juga Jaemin sang kembarannya

"Mom... Mawu peluk Baba... Hiks... Akit... Hidungna Llyo akit, nda bisya nafas... Hiks... Badanna Llyo uga akit... Nda bisya gelak bebas... Tenggolokanna Llyo uga... Tyiap-tyiap batukna pelih..." Adunya memeluk leher Haechan erat

Haechan hanya terdiam sesekali berbisik menenangkannya dengan mengelus punggung Ryo lembut, berusaha menidurkan sikecil karena ini sudah hampir tengah malam

Bahkan Jeno dan Jaemin juga berada dikamar Haechan untuk membujuk agar Ryo mau dipeluk salah satu dari mereka

"Ryo sama Daddy dulu ya? Nanti kita telepon lagi Babanya... Ini udah malem loh, Ryo harus tidur" ucap Jaemin setelah berada disamping Haechan

"Nda mawu... Nda mawu... Mawu peluk Baba, mawu timang syama Baba... Hiks... Daddy, Babana telepon agihhh" gumamnya dengan menenggelamkan wajahnya didada sang ibu

"Ssttt... Ryo ngga boleh nangis, nanti hidungnya tambah sakit tambah sesek... Itu Daddy Nono juga lagi berusaha telepon Babanya Ryo, tunggu bentar ya?" Ucap Haechan membenarkan gendongan Ryo, tangannya sudah pegal karena hampir dua jam Ryo merengek dan tidak mau digendong yang lainnya

Jaemin menatap iba Haechan, Lalu kembali menatap Ryo yang kembali menangis

"Adek... Adek sama Daddy dulu ya? Mom-nya kasihan loh gendong Adek dari tadi, Adek sama Dad dulu okey?"

"Jaem??!" Ucap Haechan ingin protes, dia memang pegal tapi demi Ryo kembali tidur disaat sakit seperti ini dia memang selalu rela untuk menimang Ryo sampai anak itu benar-benar terlelap

Begitu juga dengan kedua putranya yang lain jika mereka sakit

Ryo menatap wajah ibunya dari bawah, lalu mencebikkan bibirnya

"Llyo gendong Dad ajah, Mom nda papa~... Mom cape yahhh?! Maapin Llyo" ucapnya lalu sedikit berontak agar Haechan mau memindahkannya pada gendongan Jaemin

Wajah lelah Haechan tersenyum pada Ryo yang sudah memeluk erat leher Jaemin meski wajah mungilnya yang merah dan sembab menatap padanya

"Ngga papa... Ryo bobo ya sama Dad dulu... Babanya nanti Mom telepon lagi" Ryo mengangguk pelan dan menyandarkan kepalanya pada bahu Jaemin

"Tidur... Udah malem" gerakan bibir Jaemin membuat Haechan menggeleng pelan, dia tidak bisa tidur jika salah satu putranya sakit parah seperti ini, apalagi Ryo paling susah untuk dibawa ke rumah sakit

"Aku keluar bentar" ucapnya membuat Jeno yang berada diujung ruangan masih dengan mencoba menelpon Renjun menatap kearah punggung ramping Haechan yang sudah menghilang dibalik pintu

Renjun sialan, Lo kemana bastard...

****

Diluar kamar, tepatnya diruang tamu Haechan mencoba menghubungi nomor Renjun dengan sesekali menggigit kukunya khawatir

Ren angkat, Ryo sakit... Jangan ngilang kayak gini... Kasian Ryo... Dia kangen Babanya... Batinnya dengan air mata yang luruh

Sampai percobaan kedua puluhnya membuahkan hasil, suara serak dari ujung telepon membuat kedua sudut bibir Haechan terangkat

"Re-ren... Kamu dimana? Hiks.. Jangan ngilang... Ryo sakit, dia mau ketemu sama kamu... bisa kerumahku sekarang?" Ucap Haechan beruntut membuat Renjun yang berada diujung telepon membulatkan mata kantuknya

Sorry & We Love You [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang