••29••

1.4K 90 0
                                    

Didalam kamarnya, Haechan termenung menatap sebuah kertas di genggamannya dengan nanar

Aku lupa kalo ngga bisa punya anak lagi...

Batinnya dengan bibir bawah yang digigit kuat

Mereka tetep bakal nerima Echan kan, Yah? Kalo misal Echan ngga bisa ngasih keturunan lagi...

Hingga tanpa sadar, air matanya kembali jatuh mengenai kertas hasil pemeriksaan medisnya waktu di Bangkok dulu

Suara isakannya semakin terdengar, Haechan hanya takut jika mereka tidak menerimanya setelah tau hal ini

Padahal Echan baru mau memulai lagi dari awal dengan mereka...

Masih melamun sampai Haechan tidak sadar jika seseorang masuk kedalam kamarnya

"Bear? Kamu nangis, kenapa?" Tanyanya beruntun sembari memeluk Haechan yang masih terisak didepan lemari pakaian

"Jeno~" lirih Haechan membuat Jeno membalikkan tubuh si manis menghadap ke arahnya

"Hey kenapa? Aku buat salah? Atau ada yang di-" ucapannya terpotong kala Haechan menatapnya lalu menyodorkan kertas putih ke tangannya

Jeno terdiam bingung sebelum mengambil kertas digenggaman Haechan dan membaca semua rentetan tulisan didalamnya

Haechan hanya diam menatap wajah Jeno yang tidak berekspresi apapun sampai suara robekan kertas menyadarkan lamunannya

Keduanya terdiam, saling menatap lurus manik mata masing-masing

Grep

"Ngga papa, bear" bisiknya menenangkan Haechan

"Tap-eumphhh..." Lumatan kasar dari Jeno membuat Haechan membulatkan matanya terkejut

Tubuhnya terdorong ke lemari dengan tubuh kekar Jeno yang mengurungnya

"Eumphhh... Ah... Jenhhh.... Eumphhhh..." Desahnya tertahan saat tangan Jeno mengelus punggungnya dengan tangan yang masuk kedalam piyamanya masih dengan lidah Jeno yang terus mengeksplor seluruh isi mulutnya kedalam mulut si manis, membelit lidah Haechan, mengabsen deretan gigi Haechan juga sesekali menggigiti bibir hati yang tampak selalu menggoda itu

Sampai beberapa menit kemudian, tangan kecil Haechan memukul dada Jeno membuat Jeno segera melepaskan pagutannya meski tidak rela

Mengusap bibir Haechan yang membengkak juga basah dengan saliva yang entah milik siapa mengalir di dagu si manis ke lehernya

"Hah... Hah... Hah..." Suara nafas Haechan bahkan terdengar sangat menggoda ditelinga Jeno, apalagi dengan wajah memerahnya dan mata bulat itu yang menatapnya sayu

Jeno tersenyum saat matanya kembali bersi tatap dengan mata coklat bening Haechan

"Ngga papa bear, mereka bertiga aja juga sudah cukup... Dan juga, apa itu karena waktu ak-"

Cup...

Kecupan kecil Haechan berikan membuat Jeno menatapnya terkejut

"Jangan dibahas lagi Jen, Echan udah ngga papa... Tapi, Echan takut kalian ngga bakal nerima Echan karena Echan cacat, ngga punya rahim lagi" matanya kembali berkaca membuat Jeno memeluk tubuh Haechan erat

"Ssshhh... Kata siapa hm? Kita ngga akan pernah pergi dari kamu Chan, cukup dulu aja kamu yang pergi... Jangan berpikir negatif seperti itu, lagipula mereka bertiga juga sudah cukup" membisikkan kata-kata penenang disamping telinga Haechan yang membuat pelukan si manis semakin erat ditubuh kekarnya

"Tidur ya? Udah malem... Ngga usah mikirin apapun yang bisa bikin kamu drop lagi" mengusap surai madu Haechan sayang

"Janji ngga pergi?"

Sorry & We Love You [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang