Lisa pov
Ada banyak hal yang tidak bisa aku jelaskan. Semua ini cukup membuatku gila. Sepanjang dipasar malam tadi. Aku berbagi banyak cerita dengan jennie. Bahkan dia sudah nyaman berada di sampingku. Aku tidak memungkiri awal-awal jennie agak menjaga jarak denganku. Sekarang sudah sedekat ini?. Haha akupun tidak tahu bagaimana menjelaskannya pada kalian.
Sedari awal jennie memang lebih dekat denganku dibanding yang lain. Jadi dia lebih nyaman jika bersamaku. Aku senang karena berbagi cerita dengannya seru sekali. Dia mengagumkan. Bolehkah aku flashback hal yang terjadi di bianglala tadi? Hehe. Aku tidak bisa melupakan itu kawan.
Flashback on
"Astaga. Ternyata ini sangat tinggi" jennie menggenggam erat pegangan. Dia terlihat takut.
"Apa kau takut?"
"Aku tidak tahu. Aku belum pernah naik bianglala" aku menatapnya cengo lalu tertawa. Dia jadi ikut tertawa setelah mendengarkanku.
"Haha aku juga belum pernah naik ini. Tapi tidak usah takut. Ini pasti menyenangkan. Kita bisa melihat pemandangan dari atas sana" jennie hanya mengangguk ragu.
Bianglala ini mulai bergerak. Gerakannya pelan dan tidak membuatku mual. Aku senang sekali melihat lampu-lampu dan keramaian taman. Sudah bertahun-tahun aku tinggal diunit sekitar sini. Tapi aku tidak pernah tahu ada tempat sehebat ini. Jika aku tahu aku pasti mengajak kekasihku kesini. Ah maksudku mantan ehem.
"Lihat jennie. Itu indah sekali" tapi aku tidak mendapat respon apapun darinya. Dia hanya berpegangan erat dan menutup mata. Entah apa yang merasukiku, aku memegang tangannya. Dia kemudian membuka mata melihatku. Tanpa aba-aba aku menariknya kepelukanku. Berusaha menenangkannya.
"Tidak perlu takut jennie. Aku disini. Ayo nikmati pemandangan indah ini" aku bisa merasakan jennie mengangguk pelan. Kami diam cukup lama. Aku takut jennie mendengar detak jantungku yang sudah tidak karuan. Tubuhku rasanya gemetar.
"Terima kasih sudah membawaku kesini" bisik jennie.
"Aku yang berterima kasih"
Kami terdiam lagi. Aku menghirup pelan wangi lembut bunga. Wangi yang menenangkan. Aku tidak pernah setenang ini hingga membuatku memejamkan mata berharap hari ini tidak akan berakhir. Tapi sialnya waktunya sudah selesai. Kami segera turun.
Flashback off
"Psst. Lisa. Lisa" aku mendapatkan lagi kesadaranku. 3 ekor kuda sudah berada didepanku.
"Ck menjauhlahh. Ada apa dengan kalian?... Uhuk uhuk. Wendy aku peringatkan kau untuk menggosok gigimu menggunakan batu. Demii... uhuk uhuk. Mulutmu bau bawang" aku tidak berbohong. Aku terbatuk mencium nafas kuda nya. Wendy menjauh dan memasang wajah kasihannya.
"Kau yang gila lisa. Kami sudah memanggilmu ratusan kali. Apa kau sudah mati?. Jika berkhayal sudah seperti orang mati saja" wendy membalasku. Apa aku seburuk itu?.
"Sudah diam lah. Kenapa kau melamun?"
"Entahlah seul. Ini aneh" aku mendongak menyandarkan kepalaku ke sofa.
"Kau lah yang aneh. Seharian ini kau dan jennie selalu bersama. Beritahu kami kalian sudah sangat dekat?" Aku hanya tersenyum dan menggeleng menanggapi pertanyaan jisoo unnie.
"Ciee. Benar kan unnie. Jennie sudah membuatnya jatuh cinta" wendy menggoyang-goyangkan tubuhku.
"Hey diam lah. Nanti dia mendengarnya. Yang jelas aku tidak tahu. Aku merasa ada angin segar menimpa wajahku"
Mereka tertawa dengan keras. Jennie sedang berada di kamarnya. Kami berkumpul diruang tengah.
"Tapi aku peringatkan padamu lisa. Kami tidak ingin melihatmu terpuruk lagi" unnie mengingatkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emerging Love
Dla nastolatków. . . . . Dia hanya masa lalu. Jika jennie meragukan ku hanya karena dia?. Itu tidak adil. Aku punya cinta yang lebih besar untuknya. ______________________________ "Apa ini akan menjadi akhir?" "Tidak. Ingat... Selalu ada alasan dibalik suatu kejad...