"siapa yang menabrakku tadi?"
Semua orang diam... Jennie mulai berkeringat. Dia menunduk dan memainkan jari-jarinya.
"Kubilang.. siapa.. yang.. menabrakku!!" Teriak lisa dengan menekankan satu persatu kalimatnya.
"M-maaf lisa. A-aku yang menabrakmu" ucap Jennie tergagap.
Lisa hanya diam. Wendy dan seulgi saling memandang lalu menaikkan bahunya tanda tidak paham. Hingga keheningan bertahan beberapa menit dan lisa akhirnya mengeluarkan suara.
"Dokter kau bilang lukaku akan sembuh setidaknya sebulan kan?"
"Ya nona"
"Lalu aku harus ditemani selama sebulan penuh juga bukan?" Lisa menyeringai
"Benar nona"
"Dan yang menabrakku adalah jennie..." lisa memalingkan pandangannya kearah jennie. "Lalu solusi apa yang harusnya kita ambil sekarang?"
Jennie mengumpulkan nyawanya. Dia takut lisa akan meminta pertanggung jawabannya dibatas kemampuannya. Pertanyaan Lisa membuatnya semakin gugup.
"Sebagai pertanggung jawabanku. Aku akan membiayai pengobatanmu hingga lukamu sembuh. Dan..." Jennie menghela nafas sejenak. "Aku akan menemanimu check up".
Lisa menaikkan satu alisnya. "Aku tidak butuh uangmu. Aku juga tidak membutuhkanmu untuk menemaniku check up. Aku mampu melakukan keduanya sendiri tanpa membutuhkan tenagamu."
"Apa maksudmu? Itu jelas impas. Karena seharusnya bukan aku yang bersalah disini. Kau yang berdiri ditengah jalan secara tiba-tiba" Jennie mulai merubah raut wajahnya. Yang awalnya gugup kemudian menjadi tegas.
"Kau juga seharusnya tahu miss. Kim. Daerah parkiran masih termasuk wilayah sekolah. Menggunakan kecepatan tinggi disana juga termasuk kesalahan. Lagipula jam pulang membuat parkiran menjadi lebih ramai. Kau perlu menurunkan laju mobilmu. Jika kau membela dengan alasan itu, maka aku memiliki pembelaan yang lebih unggul darimu"
"Apa? Jadi kau menantangku?. Aku berniat baik sedari kau berdarah siang tadi hingga kau bisa duduk dengan baik sekarang. Seharusnya kau yang mengucapkan terima kasihmu padaku. Aku bahkan mengatakan permintaan maaf yang demi setan mereka tahu kau yang seharusnya bersalah disini. Aku membuat pertanggung jawaban dan mengakui kesalahanku juga" jennie mulai tersulut emosi. Dia tidak mengira ternyata lisa adalah sosok yang keras kepala dan menyebalkan.
"Aku berhak menolak. Itu tidak dikatakan sebagai tanggung jawab karena aku bahkan bisa melakukannya sendiri tanpa bantuanmu. Mengapa kau begitu emosi?. Dan bagus jika kau mengakui kesalahanmu karena memang benar kau yang bersalah disini."
"Oke cukup... Kita masih diklinik sekarang. Dan bahkan masih ada dokter disini. Berhenti berdebat dan kita perlu mencari solusi yang lebih baik" jisoo berusaha menengahi mereka yang dia tahu itu tidak berarti apa-apa. Dokter hanya tersenyum canggung disudut dan diam membisu.
"What?... kau pasti bercanda!. Aku tidak percaya kau mengatakan hal seperti itu. Apa yang sebenarnya kau ingin aku lakukan ha?... kau ingin aku yang menemanimu selama sebulan?" Jennie mulai meninggikan suaranya. Bahkan membentak lisa.
"Bagaimana jika itu benar?" Ia mengangkat alisnya. Membuat jennie menganga.
"tidak mungkin!!. Apa kau sudah gila?. Aku tidak akan menemanimu seperti pelayan. Kau akan memperlakukanku seperti pembantumu. Aku mengerti apa yang kau pikirkan."
"Terserah... Aku hanya akan menerima itu. Jika tidak~"
"Tidak apa?!!... Aku tidak akan melakukannya. Seharusnya aku menabrakmu hingga kau koma saja!" Jennie benar-benar emosi sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Emerging Love
Teen Fiction. . . . . Dia hanya masa lalu. Jika jennie meragukan ku hanya karena dia?. Itu tidak adil. Aku punya cinta yang lebih besar untuknya. ______________________________ "Apa ini akan menjadi akhir?" "Tidak. Ingat... Selalu ada alasan dibalik suatu kejad...