Mohon diingat bahwa cerita ini hanyalah karya fiksi buatan saya sendiri, dan tidak memiliki keterkaitan dengan kehidupan nyata dari tokoh-tokoh dalam cerita ini. Selamat membaca ♡
______Pagi itu, Jaehyuk duduk di meja makan bersama keluarganya, mengaduk-aduk sarapannya tanpa nafsu. Suasana yang biasanya tenang terasa tegang karena papanya, Suho, memulai pembicaraan serius.
"Jae, papa sudah bicara dengan rekan bisnis papa. Mereka punya anak perempuan yang cocok untuk kamu. Papa ingin menjodohkan kalian."
Jaehyuk terperanjat. "Tapi, Pa, Jae nggak mau dijodohkan."
Suho menatap putranya dengan serius. "Kenapa kamu nggak mau dijodohkan? Apa kamu sudah punya pacar, Jae?"
Jaehyuk berpikir cepat, mencari-cari alasan untuk menghindari perjodohan ini. "Ya, Papa. Aku sudah punya pacar."
"Benarkah? Siapa pacarmu itu?" tanya Jiso, ibunya, dengan nada penasaran.
"Namanya... Junkyu," ucap Jaehyuk spontan, teringat pada Junkyu, seorang siswa yang belum lama ini menjadi temannya setelah insiden pura-pura pacaran demi sahabatnya. Setelah mengatakan itu, Jaehyuk segera berdiri dan pergi ke sekolah tanpa menghabiskan sarapannya.
Di sekolah, Jaehyuk mengirim pesan kepada Junkyu, meminta untuk bertemu di taman belakang saat jam istirahat.
"Kyu, gue butuh bantuan lo lagi," ucap Jaehyuk dengan wajah serius.
Junkyu menatap Jaehyuk dengan penuh perhatian. "Bantuan apa, Jae?"
"Papa gue mau ngejodohin gue dengan anak rekan bisnisnya," jelas Jaehyuk dengan suara bergetar. "Gue nggak mau nikah muda, Kyu. Gue butuh bantuan lo buat jadi pacar pura-pura gue lagi."
Junkyu menghela napas panjang. "Maaf, Jae. Gue nggak bisa. Gue nggak mau terlibat dalam masalah seperti ini. Lagian ini bukan masalah gue."
"Please, Kyu. Gue janji bakal turutin semua kemauan lo," bujuk Jaehyuk dengan nada putus asa.
Junkyu menatap Jaehyuk dengan wajah iba. Meskipun dia orang kaya dan tidak kekurangan uang, dia merasa kasihan melihat kondisi Jaehyuk. Setelah beberapa detik, dia akhirnya menyerah. "Oke, gue bantu lo."
Jaehyuk memeluk Junkyu erat-erat. "Thanks, Kyu."
"Lepas, Jae. Lo mau gue mati?" protes Junkyu sambil mendorong Jaehyuk.
"Sorry, Kyu. Refleks." Jaehyuk tersenyum canggung.
Jaehyuk mengajukan ide. "Bagaimana kalau besok malam lo ke rumah gue? Ketemu keluarga gue biar mereka percaya."
"Hah? Bukankah terlalu cepat, Jae?"
"Lebih cepat lebih bagus, Kyu."
"Ok, terserah lo, Jae. Gue ikut aja."
"Mau gue jemput nggak?" tawar Jaehyuk.
"Nggak usah, Jae. Gue bisa sendiri. Lo sharelock aja alamatnya."
"Ok, besok jam 7 malam ya, Kyu."
"Iya," jawab Junkyu, sedikit ragu
______