CHAPTER 26

901 47 2
                                    

Ceklek...
Naren yang sudah memakai pakaian steril khas rumah sakit itu memasuki ruangan yang beberapa bulan ini selalu mencuri perhatiannya, ruangan dimana seorang pemuda yang masih betah menutup matanya itu mampu membuat jiwa seorang narendra seakan ikut tertidur bersamanya.

Naren pemuda yang kini melepas seluruh jabatannya dan jeano disekolah itu berjalan pelan guna mendekat pada bangsal yang ditempati jeano "Hai...abang kesini lagi, adek masih ngantuk ya? Kenapa nyenyak sekali tidurnya? Abang udah rindu banget tau. Udah 4 bulan lebih adek tidur, masa gak pengen bangun sih" ucap naren dengan tangan yang mengelus pelan pelipis jeano.

Matanya kini kembali memanas saat tak mendapat respon apapun dari adiknya itu "Kenapa abang dicuekin terus coba? Iya tau abang banyak salah...tapi jangan tidur terus ih" ucap naren yang kini pipinya sudah dibasahi oleh air matanya sendiri.

Tok...tok...tok...
Naren menatap pada kaca jendela tempat biasa mereka memantau jeano dari luar, disana terlihat haydar yang meminta naren untuk segera keluar untuk bergantian dengannya melalui bahasa isyarat. Naren kemudian tersenyum miring, dengan tatapan mengejek yang dilemparkannya pada haydar, naren mengangkat tangannya yang menggenggam tangan pucat jeano yang terbebas dari infus.

Naren tertawa pelan saat melihat haydar menampilkan wajah masamnya dan meninju udara  "liat no, si aa kesel karena dia belum bisa pegang tangan adek kesayangannya. Ayo bangun biar kita bisa pelukan sama sama lagi" ucap naren.

Naren menatap sepenuhnya pada wajah jeano, saat jari dari tangan yang digenggamnya secara perlahan bergerak "Hei...adek denger abang? Kalau denger tolong ikutin suara abang ya...adek pasti bisa ayo semangat"

Pergerakan jari itu terhenti membuat naren mendesah pelan karena merasa usahanya sia sia, namun senyumnya kembali mengembang kala mendengar suara yang sangat dirindukannya kembali dia dengar.

"A-abang" lirih jeano.

Naren kembali menitihkan air matanya "I-iya abang disini, makasih...makasih karena udah mau kembali" ucap naren sambil terus menyium tangan jeano yang masih digenggamnya.

BRAK...
Pintu ruangan itu dibuka dengan kasar dari luar yang langsung menampilkan wajah bahagia dari ke-5 putra shaquille itu. Mereka langsung memutuskan untuk melanggar aturan rumah sakit saat melihat jeano menggerakan mulutnya.

"ADEK AA RINDU" teriak haydar tersenyum senang walaupun dari matanya mengalir cairan bening.

"Idik ii rindi, kemaren gebukin jeano tu" cibir rayhan.

"Diem lo pendek" ucap haydar tak terima.

"Diem lo berdua, adek gue butuh dokter bukan omongan SAMPAH kalian" ucap naren kemudian memencet tombol yang berada disamping bangsal.

"Bang jen...jy kangen" gumam jayden pelan, tangannya secara perlahan mengusap kaki jeano dari luar selimut yang digunakan pemuda itu.

Jeano hanya diam sambil terus menatap saudaranya satu persatu, tubuhnya terasa sangat lemah untuk digerakan, bahkan suaranya terasa tertahan ditenggorokannya.

Danish masuk kedalam ruangan dan terkejut saat melihat ruangan itu sudah dipenuhi oleh orang orang yang membuatnya merasa kepanasan "Ngapain kalian semua disini?" tanyanya.

"Ya liat adek gue la" jawab malvynn sewot.

"Jean...kamu benar benar bangun?" tanya denish tak percaya.

Jeano tersenyum saat melihat danish "A-abang, b-bang j-jo m-mana?"

"Bentar ya...bentar lagi bang jo kemari. Sekarang abang periksa adek dulu ya" ucap danish yang diangguki jeano.

"Apaan tu orang SKSD banget sama adek gue" ucap haydar kepanasan.

"Duh perasaan biasanya kalau ICU tu dingin, ini kenapa panas banget ya" ucap cayden sambil mengipas ngipas lehernya.

7 Dreams || ComplateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang