CHAPTER 28

869 37 11
                                    

"Berhenti untuk mencoba bunuh diri bodoh" ucap seorang pria yang menggunakan jas khas dokter tersebut.

"Saya sudah mengatakan padanya, jika dia mati maka saya juga akan mati bersamanya" ucap sipria satu lagi yang terlihat sangat putus asa.

"Terus kalau lo mati, siapa yang bakalan kirim titipan terakhir jean untuk mereka jo? Jo bukan cuma lo yang merasa kehilangan jean, gue juga...gue juga kehilangan dia, gue tau mungkin gue belum ada apa-apanya dibandingkan lo tapi itu semua gak bisa membantah kalau gue juga udah anggap dia kaya adik kandung gue. Jo jangan merusak apa yang sudah direncanakan dengan begitu baik dan rapi sama adik kita. Lakukan permintaan terakhirnya seperti kita melakukan rencana yang sebenarnya salah itu, tapi kita harus bisa untuk jeano...adik kita." ucap pria berjas dokter itu.

Pria yang terlihat putus asa yang ternyata adalah jordan itu menunduk dan mulai menangis "G-gue sendiri lagi kak...gue baru merasa senang saat ada yang manggil gue dengan sebutan abang lagi. Tapi kenapa tuhan ambil dia juga. Kak gue...tangan gue yang narik dia waktu dia mau bunuh diri, tapi kenapa tangan gue yang mengantarkan haydar untuk masuk keruang operasi dan ngambil jantung jean kak. Kak gue gagal...gue gagal jadi abang yang baik buat jean"

Pria yang dipanggil "kak" oleh jordan itu menganggkat wajahnya guna menahan air mata yang sudah memenuhi pelupuk matanya, ditariknya jordan kedalam pelukannya "Relakan dia, ini sudah keputusannya. Lo gak gagal jadi abang yang baik buat dia, kalau dilihat lo lebih berhasil dari pada gue jo. Lo berhasil sembuhin dia, sedangkan gue...gue lalai sampai penyakit itu ngambil dia dari kita"

Jordan mengeratkan pelukannya dengan pria yang tak lain adalah danish "Lo harus temenin gue terus bang, dia...jeano udah mempertemukan kita. Temenin gue untuk antar titipan terakhirnya untuk keluarga yang begitu dicintainya" ucap jordan yang diangguki danish.

♡♡♡

Kini terlihat danish dan jordan yang sudah berdiri didepan sebuah mansion besar yang selama ini dikenal sebagai kediaman keluarga Shaquille. Mansion yang dulunya selalu menarik perhatian semua orang karena kokohnya bangunan tersebut dan orang orang yang tinggal didalamnnya itu kini terlihat redup, bahkan seperti sebuah rumah yang sudah ditinggalkan oleh sang pemilik.

Danish menghela nafas pelan "Dulu gue selalu suka liat mansion ini setiap pulang kerja, tapi sekarang mansion ini udah seperti kehilangan cahaya seolah bangunan ini ikut merasakan kesedihan dan langsung memancarkan kesedihan sipemilik yang selama ini selalu merawatnya dengan baik" ucapnya.

Jordan mengangguk "Penyesalan itu selalu diakhirkan? Itulah mengapa kita diberi hati dan pikiran, itu semua agar kita bisa selalu membayangkan dan merasa takut jika kita salah dalam mengambil langkah. Ayo masuk" ucap jordan.

Jordan memencet bel yang berada disamping pintu besar yang tak lama kemudian terbuka dan menampilkan seorang wanita paruh baya yang mengenakan seragam khas maid dirumah itu. Wanita paruh baya itu menunduk sopan kemudian mempersilahkan kedua dokter muda yang sudah dikenalinya itu untuk masuk "Silahkan duduk tuan, saya akan memanggilkan para tuan muda dulu" ucap maid itu yang sudah mengetahui maksud atas kedatangan kedua pria itu.

Ting...
Beberapa saat setelah maid itu pergi, pintu lift terbuka dan menampilkan rayhan, cayden, dan jayden yang langsung berjalan keluar dari lift kemudian duduk bersama danish dan jordan. Tak lama kemudian disusul dengan tiga lainnya yang membuat kini semuanya sudah lengkap.

"Jadi, apa maksud kalian datang kemari?" tanya malvynn.

Jordan menghembuskan nafas ketika melihat tak ada lagi senyuman diwajah para putra shaquille itu, kemudian meletak sebuat amplop diatas meja yang langsung menjadi sorotan shaquille bersaudara itu "Ini hari ke-77 setelah kepergiannya, dan seperti keiinginannya saya mengatarkan 6 surat yang ditinggalkan jeano untuk kalian" jawab jordan.

7 Dreams || ComplateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang