CHAPTER 23

459 31 4
                                    

Cahaya matahari yang mulai menampakan dirinya, menyelinap memasuki kamar seorang pemuda yang masih bergulung dalan selimut tebalnya membuat pemuda itu secara perlahan membuka kedua matanya.

"Udah bangun kak?" tanya haydar yang baru keluar dari kamar mandi.

Rayhan mengangguk dan tertawa kecil "Kalau gue sakit aja baru lo mau manggil gue kak" jawab rayhan.

Haydar menyengir "Iya kan gue ngikutin adek kembar laknat lo juga" ucap haydar kemudian berjalan mendekat pada rayhan dan membantu pemuda itu untuk duduk.

Rayhan memukul pelan kepala bagian belakang haydar, saat sudah berhasil duduk "Dimana mana itu adek yang contoh abang, bukan abang yang contoh adeknya" ucap rayhan.

"Gak juga tuh, gue gak pernah nyontohin adek adek gue buat bunuh saudaranya yang lain" ucap haydar.

"Gimana kalau yang kita liat itu salah?" tanya rayhan tiba tiba setelah terdiam beberapa waktu.

Haydar menatap tak percaya pada rayhan "Lo gila ya? Bisa bisanya lo mikir kaya gitu disaat kita semua ngeliat dia yang megang tu piso" jawab haydar.

"Itu dia, kita cuma liat jean megang pisaunya, kita gak tau apa yang terjadi sebelumnya kan? Gue yakin pasti ada yang terjadi sebelum gue sampe disana" ucap rayhan yakin.

"Kenapa lo begitu yakin kalau ini bukan salahnya?" tanya malvynn yang tiba tiba sudah berada didepan pintu kamar rayhan, bersama ketiga adiknya yang lain.

"Mas, duduk sini duduk. Kita bahas semuanya sekarang, selama ini kita gak pernah punya waktu buat membahas masalah yang terus berdatangan dengan kepala dingin jadi.....gue rasa kita harus bahas pelan pelan semuanya sekarang" ucap rayhan.

"Tapi lo baru sadar njir" ujar haydar.

"Gakpapa, gue udah baik baik aja. Lagian gue cuma duduk gak salto salto" ucap rayhan.

"Serah lo lah ndek" ucap haydar pasrah.

"Oke tem" jawab rayhan.

Malvynn berusaha menahan tawanya karena menyadari ini bukanlah waktu yang tepat untuk menjadi receh "Jadi?" Tanyanya.

"Jadi kemarin itu, gue kan niat pulang kan ya nah pas dijalan mobil gue tu dijegat terus gue disuntikin cairan yang kayanya itu bius soalnya gue langsung gak sadar abis itu. Nah pas gue sadar gue udah ada dibangunan itu, awalnya semuanya terang tapi gue sendiri nah tiba tiba lampunya mati dan yah gue ngerasa perut gue ditusuk. Pas gue ditusuk itu gue sempat pegang tangan jean dan gue ngerasa ada tangan lain yang gerakin tangan jean, gue juga ngerasa....kalau ada cairan lain selain darah gue yang netes dari pisau itu, gue yakin...yakin banget kalau itu bukan darah gue tapi itu darah jean yang berusaha untuk tahan pisaunya supaya gak nusuk terlalu dalam. Terus gak lama kedengeran suara kalian yang lari lari dan tangan yang sebelumnya juga pegang tangan jean langsung ngelepas pegangannya, dan bertepatan dengan kalian buka pintu lampu tiba tiba nyala lagi dan itu yang kalian liat. Ohya satu lagi jean sempat mengumamkan kata maaf sebelum gue gak sadar" ucap rayhan.

"Kenapa lo gak bilang dari semalam njirr" ucap haydar.

"Gimana caranya gue bilang kalau gue aja lagi gak sadar GOBLOL!" ucap rayhan.

"Goblol?" tanya naren saat merasa asing dengan kata kata itu.

Rayhan menatap pada naren "Goblok tolol" ucapnya santai.

"Udah udah serius lagi" ucap malvynn yang sudah setengah mati menahan tawanya.

"Kenapa juga masalahnya terus terusan ngarah ke bang jen? Kaya bertubi tubi banget gak si?" tanya jayden tiba tiba.

Haydar memijat kepalanya pelan "Kalau beneran ini bukan salah jean, gue bakalan nyesel seumur hidup sih" ucapnya.

"Apalagi gue" sambung malvynn.

7 Dreams || ComplateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang