35

543 45 3
                                    

Naruto malam ini terlihat sedang sibuk didalam ruang kerja miliknya,  pria itu nampak sibuk melihat laptop miliknya dan juga berkas pentingnya.
Dirinya menyesap kopi hitam yang sempat Hinata buat untuknya, setelah membuatkan kopi untuknya Hinata berkata ingin menidurkan Boruto terlebih dahulu.

Jadi disinilah ia sekarang tanpa ditemani oleh Hinata. Naruto menatap kearah jendela ruang kerjanya dan melihat bulan yang nampak terlihat terang malam ini.

Jika dirinya mengingat kembali apa yang sudah dilaluinya selama disini itu mungkin akan terasa sulit. Mengapa ia katakan sulit, saat pertama kali dirinya tiba di sini bersama istri dan juga anaknya, Hinata masih dalam kondisi yang bisa dikatakan sangat buruk karena rasa traumanya.

Naruto selalu berusaha mati-matian untuk meyakinkan Hinata bahwa semuanya sudah berakhir dan juga baik-baik saja tidak perlu ada yang wanita itu khawatirkan. Tetapi dirinya sangat bersyukur selama tiga tahun ini ia selalu membawa Hinata pada psikiater secara rutin. Selama masa pemulihan dari traumanya Hinata masih menjadi Ibu yang baik bagi Boruto, wanita itu bahkan selalu mementingkan putranya dikala rasa trauma beratnya masih ada.

Hinata adalah wanita yang kuat dan juga baik, dia bahkan masih memikirkan Ibunya dikala semua yang terjadi pada Hinata adalah ulah Ibu Naruto. Ia akui selama hidup disini Naruto merasa jauh lebih bahagia dan juga tenang. Selama tiga tahun ini dirinya tidak pernah mengabari Ibunya, tetapi dirinya selalu mendapatkan kabar sang Ibu dari kepala pelayan. Naruto tahu bahwa Ibu saat ini sedang sakit, namun ia terlalu enggan untuk membalas pesan-pesan itu.

Hatinya terlampau sakit dan kecewa setelah  apa yang Ibu lakukan terhadap keluarganya. Entah sampai kapan dirinya dapat memaafkan Ibunya, entahlah hanya waktu yang dapat menjawabnya nanti.

Saat ini ia hanya ingin menikmati waktunya bersama keluarga kecilnya disini tanpa ada gangguan dari pihak manapun.

Ketika Naruto masih merenung ia tidak sadar bahwa kini istrinya sedang memasuki ruang kerjanya dengan langkah yang kecil.

"Sedang memikirkan apa?" Hinata membelai bahu pria itu lembut.

Naruto sontak terkejut serta menoleh menatap Hinata yang kini sedang disampingnya. "Tidak ada."

"Apa Boruto sudah tertidur?" Naruto bertanya karena melihat istrinya kini sedang berada disini.

Hinata mengangguk pelan. "Dia tertidur saat ku bacakan dongeng malam ini."

Naruto menarik lengan Hinata untuk bisa duduk pada pangkuannya saat ini. Hinata pun hanya bisa menurut, ia mengelus surai suaminya dengan hangat. Selama ini Naruto sudah bekerja keras untuknya dan juga Boruto, pria didepannya ini sungguh luar biasa.

"Kau ingin menemani aku bekerja atau ingin melakukan sesuatu?"

Hinata menaikan alisnya sebelah karena merasa bingung dengan pertanyaan pria itu.

Naruto menatap mata amethys Hinata yang nampak bersinar itu.

"Ingin menemani aku bekerja atau ingin bercinta dengan ku." Naruto menyelusupkan wajahnya pada perpotongan leher Hinata, ia dapat menghirup wangi lavender pada istrinya itu.

Hinata tentu saja paham ia pun tersenyum simpul. "Menurutmu aku harus memilih apa?" Tanya Hinata.

Sepertinya Hinata sedang menggoda dirinya, Naruto pun tersenyum tipis dan membisikan sesuatu pada Hinata. "Bercinta saja."

"Jika itu yang Tuan Uzumaki inginkan maka aku tidak bisa menolaknya bukan." Hinata mengecup pelan sudut bibir suaminya.

Malam ini Hinata terlihat sangat cantik dengan piyama satin berwarna cream miliknya itu. Naruto sangat bersyukur memiliki istri secantik Hinata, jika Boruto besar nanti dia harus berterima kasih pada Naruto karena hebat memilihkan Ibu yang baik dan juga cantik seperti Hinata.

Affair Of The Heart [NARUHINA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang