"Bintang tanpa adanya bulan, itu bagaikan gue tanpa lo "
~ Meteor Bramasta Antartika~
Di langit malam yang indah, ada rembulan yang bersinar terang. Di dalam ruangan yang di penuhi alat untuk berolah raga terlihat Seorang pemuda dengan otot-otot perut yang begitu sempurna sedang berlatih di ruang gim nya, tangan kekarnya dengan kuat meninju samsak yang menggantung di depannya, keringat mulai membanjiri pelipis dan tubuhnya.
" Sial " Ucapnya kesal, pikirannya sedang di kacaukan oleh gadis yang meminta dia untuk menjauhinya satu tahun yang lalu, dan sekarang gadis itu datang mendekatinya, dengan senyum indahnya gadis itu meminta ia untuk menjadi pacar pura-puranya. Lelucon macam apa itu.
Memang tak bisa di pungkiri bahwa hatinya cukup bahagia, dan satu tahun itu juga ia selalu memendam rasa rindunya ingin memeluk tapi tidak bisa, jangankan memeluk bahkan ketika berpapasan pun gadis itu seakan tidak mengenalinya.
Dia hanya bisa melihatnya dari jauh, dan bertemu dengan mata yang gembira bukan bersikap seakan dia tidak mengenalnya.
Dia selalu memanggil gadis itu cala, hingga panggilan Scarla untuknya begitu asing, ya dia harus terbiasa memanggil nama itu menjadi Scarla.
gadis itu boleh saja memerintahkannya untuk tidak memanggil dia cala lagi, tapi gadis itu tidak berhak menyuruhnya untuk tidak memiliki perasaan kepadanya, karena tidak semudah itu.
" Meteor udah woy " Ucap teman sebayanya, ia melihat ngeri bagaimana temannya itu memukul samsak dengan brutal.
" Ah anjing " Ucapnya sambil menendang samsak itu sekuat tenaga.
" Kenapa sih lo, marah- marah mulu, heran " Ucapnya sambil merebahkan tubuhnya di sofa yang sudah ada.
" Ngapain lo kesini? " Ucapnya sambil mengelap keringat menggunakan handuk kecil yang berada di atas meja.
" Main aja kenapa emang? " Jawabnya.
" Rumah gue ini lumayan jauh dari rumah lo, ga mungkin lo kesini cuman main doang " Ucapnya sebelum ia meneguk minumannya.
" Gue ada janji kebetulan deket sini, lo yang aneh malem- malem bukannya belajar, malah mukulin samsak " Ucapnya sambil bangun dari tidurnya dan langsung mencomot donat yang baru di taruh oleh seorang pelayan.
" Gue udah pinter, harusnya gue pukul wajah lo aja ya " Ucapnya sambil menatap temannya dengan remahan roti yang berjatuhan. " Kalau lo ga bersihin lagi, Siap-siap aja jadi samsak gue " lanjutnya sebelum dia melangkahkan kakinya keluar.
" Harusnya tuh cowo jadi kepala kebersihan, heran kotor segini aja sampe mau jadiin gue samsak, untung gue mah orangnya penyabar " Ucapnya sambil menepuk remahan roti yang tidak seberapa itu, emang ya temenya itu sangat menjaga kebersihan, waktu kecil aja pernah dia ajak main hujan hujanan tapi di tolak dengan alasan. Basah tanahnya kotor, emang lo mau ketempelan kuman. Kira kira seperti itulah jawabanya kalau di ajak main hujan hujanan.
Siapa yang nyangka Kean dan Meteor berteman, Scarla atau Aluna bahkan tidak mengetahuinya, dunia itu memang selalu banyak kebetulannya.
*
" Eh ada Kean " Ucap perempuan yang baru datang dengan tas kantor di tangannya.
" Eh iya, tante Bella baru pulang? " Ucapnya dan datang menghampiri ibunya Meteor untuk sekedar salim, emang anak baik Kean itu.
" Iya, Tante tinggal, kalau butuh sesuatu panggil pelayan aja ya, anggap aja rumah sendiri " Ucapnya sebelum ia melangkahkan kakinya menaiki tangga. dulu Kean dan Meteor tetanggaan mungkin saat umur Meteor sebelas tahun sedangkan Kean empat belas. Meteor pindah saat memasuki masa SMA nya meskipun begitu ia masih tetap berteman.
KAMU SEDANG MEMBACA
transmigrasi: the fate of Aluna
Teen Fiction(Jangan lupa follow ) Kenapa tidak mencoba untuk mengikuti kisahnya meski baru di mulai, kalian harus mencoba siapa tau suka, jangan di lihat penggemarnya, orang punya selera yang berbeda. Di larang plagiat!! Cerita ini murni dari pemikiran saya...