kebahagiaan yang sederhana

40 8 0
                                    

"Sesosok sempurna mungkin tidak ada, tapi sesosok sempurna akan ada di mata orang yang benar-benar mencintainya."

Di atas rooftop tepat di sudut ujung terlihat bangku usang yang di duduki Scarla dengan muka keruhnya. Ketika orang pulang sekolah mereka akan langsung berlari pulang ke rumah masing-masing Scarla malah berlari ke atas rooftop.

Kecewa, kesal dan lelah. Scarla pernah di posisi itu bahkan lebih parahnya dia mengalami rasa itu sekarang bersamaan. Kecewa karena perjuangannya tak membuahi hasil, kesal karena nilainya tidak ada kata bagus-bagusnya dan lelah karena ia sudah menghabiskan seluruh waktunya demi sebuah yang menghasilkan ke gagalan.

Tangannya memegang kertas yang menunjukkan angka empat puluh lima bertinta merah di ujung kertasnya. Hah ini sangat jauh di prediksinya. Bukankah nilai empat puluh lima tak pernah mampir di kertasnya kenapa ini malah...., huh sudahlah padahal gue yakin gue Jawab pertanyaannya bener kenapa jadi banyak yang salah sih.

" Dapat nilai tinggi ga? " Tanya Meteor tiba-tiba sambil menodongkan susu berkemasan botol.

Scarla mengambilnya dan langsung meneguknya hingga sisa setengah " Kok punya lo soda ".

" Gue kan udah besar ".

" Lo kira gue anak kecil apa, gue juga udah besar " Ucap Scarla sambil berdiri dari duduknya.

" Mana?, gak ah tetep besaran gue " Ucap Meteor sambil berdiri dan mengukur tinggi badan Scarla yang sebatas dadanya.

" Ah rese gue udah besar pokoknya, nanti kalau mau beliin gue jangan susu ya ".

" Kenapa? "

" Pake nanya lagi, emang lo gak takut kalau di susul gue " .

" Ngapain takut, mau lo minum susu sehari lima botol kek kayanya lo gak bakal bisa tinggi deh malah ini aja yang membesar " Ucap Meteor sambil menarik kedua pipi cuby Scarla.

" Meteor saki, ahh " Ucap Scarla sambil memukul tangan Meteor.

" Ah iya maaf-maaf, jangan marah dong katanya udah besar masa gitu doang marah sih " Goda Meteor.

" Lo nya rese " Ucap Scarla sambil membuang muka.

Kertas yang berada di tangannya langsung di ambil oleh Meteor, Meteor membuka lembaran hasil ujian harian kemarin. Terlihat Scarla yang sedang menundukan kepalanya sambil memainkan botol.

Meteor tersenyum melihat itu tangannya perlahan mengusap puncak rambut Scarla " It's ok, udah masa sedih sih cuman karena nilai ". Ucap Meteor yang berhasil membuat Scarla menoleh ke arahnya.

" Gue kesel Meteor, gue bahkan bergadang demi nilainya tinggi ".

Meteor tersenyum tangannya mengambil sebuah kunci dengan gantungan kupu-kupu di sakunya dan menaruhnya di telapak tangan Scarla yang sedang ia genggam.

" Apa ini? " Tanyanya.

" Hadiah yang udah gue janjiin ".

" Tapi kan gue gak dapet nilai tinggi, gue gak bisa nerima ini ". Cicit Scarla sambil menunduk.

" Terima, anggap aja sebagai imbalan karena lo udah belajar yang sungguh-sungguh " Ucap Meteor sambil menuntun Scarla untuk berdiri.

" Mau kemana? ".

" Kita liat hadiahnya " Ucap Meteor sambil memegang tangan Scarla dan menariknya menuruni anak tangga.

Begitu sampai di depan parkir, terlihat banyak motor berjajar ada motor Meteor di salah satunya yang paling terasa mencolok karena warnanya yang merah di campuri hitam motor ducati dengan modif yang terlihat sangat keren.

Scarla memencet tombol di kunci atas suruhan Meteor tak lama terdengar bunyi dari motor samping Meteor.
Motor ducati dengan warna merah muda, terlihat cantik.

" Meteor... " Gumam Scarla sambil menatap Meteor.

" Buat lo ".

" Gue kan pintanya punya lo, ini pasti mahalkan? ".

" Kalau sama gue gak usah mikirin harga bagi gue kebahagiaan lo yang lebih mahal, Terima ya, masa gue kasih motor bekas gue sih buat lo " Usai mengatakan itu tubuh Meteor langsung di terjang dengan pelukan erat oleh gadis yang ada di depannya.

" Meteor lo gak boleh berbuat manis ke gue, nanti kalau gue baper lo kabur lagi " Ucap Scarla menelusup kan kepalanya di dada bidang Meteor.

Meteor membalas pelukan itu tak kalah erat " Gue gak mungkin kabur, tenang aja segala kebaperan lo adalah tanggung jawab gue bahkan kebahagiaan lo adalah salah satu kewajiban dalam list hidup gue Scarla ".

" Takdir ternyata gak sejahat yang gue kira, dengan memper hadirkan sesosok lo mungkin adalah hal yang harus gue syukuri " Ucap Scarla tanpa melepaskan pelukannya, keadaan Sekolah mulai sepi hanya tersisa guru-guru dan anggota osis.

" Boleh gue coba naikin motornya "

" Boleh, asal jangan di bawa balapan aja " Ucap Meteor. Bukan motor yang Meteor khawatirkan balapan itu cukup berbahaya, Meteor lebih takut jika Scarla yang terluka di banding motor yang baru di belikannya.

Scarla hanya menganggukan kepalanya dan berlari menaiki motor barunya, dia tidak berjanji untuk tidak membawa motornya balapan ya.

Perlahan Scarla mulai menghidupkan mesin motor, dengan kode kepala dia menyuruh Meteor untuk naik ke boncengannya dengan senyuman di bibirnya.

Meteor perlahan berjalan ke arahnya dan memasangkan helm berwarna kuning yang baru di ambil di tangki motornya, helm yang sudah ia siapkan.

Jika kalian mengira Meteor akan naik ke boncengan Scarla setelah memasangkan helm, no, kalian salah, Meteor dengan mudahnya mengangkat tubuh Scarla ke jok belakang setelah itu dia langsung naik ke tempat yang sebelumnya Scarla duduki tak lupa mengambil helmnya yang tersampir di motornya.

Scarla yang terkejut langsung memukul bahu Meteor pelan " Meteor, lo yang gue bonceng ".

" Syutt, masa tubuh se kecil lo mau ngebonceng gue sih " . Ucap Meteor.

" Yaudah lo turun, naik motor lo aja. METEOR " ucapnya sedikit berteriak ketika Meteor menarik pedalnya secara tiba-tiba, Dengan refleks kedua tangannya memeluk pinggang Meteor dengan sempurna.

" Udah lo diem aja ya, nikmati perjalanannya gue mau bawa lo ke sesuatu tempat ".ucap Meteor sambil menahan kedua tangan Scarla dengan salah satu tangannya.

" Meteor nyebelin " Teriak Scarla.

" Iya, Meteor mah selalu aja nyebelin di mata Scarla " Sahut Meteor, tanpa Meteor tau gadis yang ia bawa sedang tersenyum sambil menyenderkan kepalanya di punggung tegap itu, dengan mata terpenjam sambil merasakan halusan angin yang menerpa wajahnya.

Waktu sore dengan sinar matahari yang sudah menyingsing warna orange, di jalan ibu kota yang sepi di suguhi pohon-pohon di sepanjang perjalanannya, Scarla merasakan perasaan asing dalam dirinya, nyaman dengan detakan menyenangkan, Scarla menyukai debaran jantungnya ini.

transmigrasi: the fate of AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang