pengakuan Scarla

115 33 55
                                    

" Gue bakal tetap memegang lo erat meski itu semesta sekalipun yang narik lo dari gue "

~Meteor Bramasta Antartika~

Orang-orang terlihat sedang sibuk, jam menunjukan pukul lima sore, Scarla sedang membenahi kamarnya di bantu tiga art-nya, Scarla sedang memindahkan barang-barang nya ke atas menuju kamarnya yang di ambil Gea, Gea kira Scarla akan diam saja dan merelakan kamarnya, no away.

Tidak ada ayah, ibu tiri atau sodara tiri, mereka makan malam di luar tanpa mengajak Scarla, Scarla baik-baik saja, justru Scarla menggunakannya waktu itu sebagai kesempatan.

Jam menunjukan pukul delapan Tak terasa semua sudah selesai, barang-barang Gea telah ia pindahkan ke kamar kecil bekasnya.

" SCARLA... " teriak ibu tirinya, Scarla yang baru saja membaringkan tubuhnya selepas mandi harus menahan kesal.

" Masa bodo, ga bakal gue dengerin " Ucap Scarla. Ia lelah loh, baru saja ingin melepaskan penatnya.

Bruk

" Scarla kurang ajar ya kamu, maksud kamu apa, kenapa barang-barang anak saya, ada di bawah " Murka Dira sambil membanting pintu kamarnya.

" Emang pantesnya di situ kan? Beruntung ga gue buang " Ucap Scarla sambil berjalan menghampiri Dira.

Scarla melihat Gea yang berada di belakang Dira dengan muka merah padam dan mata yang melotot.

" Uu takut " Ledek Scarla kepada Gea.

" Bangsat, kembaliin kamar Gue! " Ucap Gea sambil menerobos untuk mendorong Scarla.

" Kamar lo?, dih mimpi anjing, sebelum lo ada ini kamar Gue, gue mungkin ga bisa ambil papah gue dari lo!, tapi, gue bisa dapetin apa yang lo mau, Meteor contohnya " bisik Scarla tepat di samping Gea.

Tanpa aba-aba Gea langsung menampar pipi Scarla hingga membuat sang empu menoleh, Scarla yang tidak Terima pun membalas tamparan Gea tak kalah kuat.

" Berhenti!, kurang ajar ya kamu " Ucap Dira sambil menarik Gea ke belakangnya, belum sempat Scarla menjawab tangan kasar lebih dulu menghantam pipinya bukan hanya membuatnya menoleh tapi sampai terjatuh.

" Keterlaluan! , dasar anak tidak tau sopan santun, saya malu punya anak kaya kamu! , ada saya aja kelakuan kamu kaya gini, mau nyakitin Gea sampai kapan Scarla, berhenti bersikap kurang ajar, bisa, " Ucap orang yang katanya ayahnya. Tangannya merangkul bahu Gea sambil berjalan menuruni tangga.

" Saya mau kasihan sama kamu, tapi kamu emang pantes di giniin " Ucap Dira sambil menyusul mereka.

" Sialan " Lirih Scarla, ia tidak benci rasa asin di sudut bibirnya atau rasa kebas di sebelah pipi kirinya juga tidak mengeluhkan rasa sakitnya.

Ia hanya membenci rasa sesak di dadanya, rasa yang amat sakit di relung hatinya, tangannya dengan keras memukul dadanya, tidak ada air yang mengalir di matanya, dengan kuat ia berusaha berdiri dan menutup pintu kamarnya dengan keras, ia terjatuh kembali di balik kamar karna rasa sakit yang melumpuhkannya. Scarla ia belum berdamai dengan keadaan dan rasa sakitnya, mungkin bukan belum tapi tidak akan.

" Ga papah Scarla, ini yang terakhir " Gumamnya lirih, air matanya mulai berjatuhan, dan isak tangisnya mulai memenuhi penjuru kamar, tak lama hujan mulai turun membasuh bumi.

Ya Scarla tau, hujan selalu datang menyamarkan suara tangisnya.

Untuk saat ini, kalian boleh mengatakan, Scarla gadis lemah.

*

Sekolah berjalan seperti biasanya, tidak ada yang istimewa. Di taman samping sekolah, di bawah pohon mangga dengan suara dedaunan yang bertabrakan karena adanya angin, di sanalah Scarla berada dia tidak sendiri ada sosok pemuda yang sedang duduk di sampingnya, tidak ada buku yang selalu berada di tangannya hanya ada sebuah gatget berdigit apel yang sedang menempel di telinganya.

transmigrasi: the fate of AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang