MWHPC 16

1.3K 129 30
                                    

Dua hari berlalu, hari dimana si pemuda tampan berkulit tan saat dirinya terbangun memeluk si kecil moza telah terlewati.

Kini sudah memasuki musim hujan, dimana sebagian orang memilih untuk tetap didalam rumah hangatnya. Begitu juga Moza ia kembali merubah dirinya menjadi seekor kucing yang sangat menggemaskan, ketika dirinya menjadi seekor kucing ia lebih mudah mencari tempat dimana dia bisa menghangatkan tubuhnya.

"Meng.. sini" panggil Haidar pada Moza yang mendusal dipangkuan Haikal, kucing itu hanya menoleh sesaat dan mengabaikan panggil dari tuannya.

"Dipanggil tuh, samperin gih" Haikal menurunkan Moza dari pangkuannya, pemuda itu menyuruh si kucing untuk menghampiri sang adik.

Moza menatap Haikal dengan kesal, ia segera berjalan mendekat kearah adik dari pemuda tampan itu.

"Disuruh kakak aja kamu nurut, disuruh aku ga pernah nurut" ujarnya berbisik, Haidar mengangkat tubuh yang ringan itu dan meletakan dipangkuannya.

"Meow~"

"Protes aja kamu" sahut haidar, saat kucingnya mengeong.

"Dasar ga bisa bahasa kucing! Aku bilang apa masa kamu malah jawab kalo aku protes!"

Haikal yang duduk tak jauh dari mereka tertawa kecil ketika melihat dua mahkluk berbeda itu saling bertatapan sinis.

Ia lebih mendekatkan dirinya pada sang adik kemudian tangannya bergerak untuk merangkul bahu adiknya, hal itu membuat Haidar menoleh kearah kakaknya dan Moza berpindah tempat ke tempat sebelumnya, pangkuan Haikal.

"Tuh liat deh.. moza maunya sama kakak aja dih, waktu dia jadi manusia dia maunya sama aku.. tapi kalo jadi kucing dia maunya sama kakak aja" adu Haidar, suara protes dari adiknya membuat sang kakak terkekeh kecil mendengarnya.

"Cemburuan banget dah, anak siapa sih kamu?"

"Anak mereka" Haikal menoleh kearah belakang saat haidar menunjuk, ia melihat kedua orang tuanya berdiri sambil memandang mereka tersenyum simpul.

Ten bersandar pada lengan tegap suaminya dengan kepala yang terus dielus oleh Johnny.

Pria manis itu berjalan mendekat kearah dua anaknya bersama suaminya, ia menempatkan dirinya pada sofa kosong disebelah Haikal dan Haidar.

"Gini dong, papi seneng liat kalian akur kayak tadi, adem banget" ujar Ten lembut.

"Kita kan akur terus papi, papinya aja yang ga tau" sahut haidar, Johnny mencubit gemas pipi anak bungsunya.

"Ada aja jawaban mu" Haikal tertawa pelan saat bibir Haidar mengerucut lucu.

Hujan dihari Minggu memang semenyenangkan ini atau bagaimana?

_

Hari mulai siang, tapi hujan belum juga reda dan cuaca semakin dingin, membuat sebagian orang enggan untuk bangun dari tempat tidurnya.

Haikal mendengus kecil saat tempat tidurnya dikuasai oleh mahkluk berbulu halus itu, ia bertolak pinggang sambil menatap kucing kecil yang sedang tertidur pulas dengan posisi melintang.

"Anjirlah.. kecil-kecil serakah banget sama tempat tidur gua, berasa dia yang punya kawasan"

Haikal terkekeh pelan saat melihat kucing itu merubah sedikit posisinya, tatapan Haikal beralih pada ponselnya yang ada diatas meja.

Ia mengambil nya dan menatap layar ponsel dengan bingung.

"Ngapain dia telepon gua? Angkat ga ya.."

Ia memutuskan untuk tidak mengangkat telepon dari seseorang, Haikal kembali meletakkan ponsel yang terus berdering diatas meja.

Pandangannya kembali tertuju pada kucing yang masih tertidur dengan mulut yang sedikit terbuka.

Pemuda itu terkekeh gemas, ia berjalan mendekati moza dan duduk ditepi kasur.

"Ck,ck,ck untung lucu lu, kalo engga udah gua buang lu" gumamnya pelan.

Lagi-lagi perhatian Haikal teralihkan karena ponselnya kembali berdering nyaring, Haikal menghela nafasnya dan memutuskan untuk mengangkat telepon itu.

Telepon tersambung.

"Kenapa?" Tanya haikal dengan cepat.

"....."

"Oh.. sorry tadi gua sibuk"

"....."

"Minta sama pacar lu aja, gua ga ada waktu buat jemput lu"

"....."

"Ck. Gua sibuk" Haikal memutuskan telepon itu sepihak dengan kesal.

Ia kembali meletakkan ponsel nya keatas meja, dan sedikit menggeser tubuh kucing yang melintang itu agar dirinya juga dapat tertidur.

Haikal merebahkan tidurnya, baru memejamkan mata lagi-lagi telepon nya berdering, kali ini ia memilih untuk mengabaikan nya.

Haikal mengabaikan telepon nya dan memfokuskan pandangannya pada satu titik, Moza. Ia memindahkan kucing kecil itu untuk tidur diatas tubuhnya, perpindahan tempat membuat Moza sedikit terusik.

Tapi Haikal buru-buru mengelus nya memberikan rasa nyaman dan aman untuk kucing itu agar tidak terbangun.

"Lu nyebelin banget Moza, lu jelek" kata haikal.

Tapi detik berikutnya ia tertawa kecil, tangannya terus mengelus bulu halus milik si kecil moza.

"Tapi herannya gua ga bisa benci sama lu, se-nyebelin apapun lu gua gak bisa benci lu anjir. Lu pake pelet apaan sih?" Ocehnya.

Haikal terus mengoceh sendiri hingga membuat dirinya lelah dan matanya mulai terasa berat, ia mengedipkan matanya beberapa kali setelah itu ia menutup matanya untuk pergi tidur siang.

"Dia terus berbicara tanpa henti hingga membuatnya lelah, dasar aneh"

_

TBC

Kepikiran begini pas lagi ujan dihari Minggu, mana paginya dingin bgtt🫠

Jangan lupa vote and komen 😉~

man with his pretty cat [ Dongmark ]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang