Chapter 7 - Can't Stop

131 18 6
                                    

[Perhatian! Sebagian pembaca mungkin tidak nyaman dengan adegan di chapter ini. Mohon bijak dalam memilih bacaan]

"Ssshh..argh.."

"Hyun?"

Pagi ini Wendy terbangun dengan sedikit kaget dan panik. Dirinya mendapati istrinya meringkuk dan terlihat kesakitan di sampingnya.

"Hyun? Kau kenapa?" Tanya Wendy sambil berusaha menyadarkan dirinya.

"Ehm, ini, agak melilit dikit."

"Ah, apa kau kebelet?"

"Yy-yahh, bukan yang seperti itu."

"Ah, maafkan aku. Sebentar aku coba cari obat dulu."

"Seung Wan, jangan obat. Tolong carikan menstrual pad aja."

"Ah, okay. Aku akan cari."

Wendy bergegas mengambil kunci mobilnya dan segera mencari apotek terdekat. Untung saja dirinya termasuk orang yang cepat tersadar dari tidur.

Pria itu masih merasa begitu panik, karena istrinya tiba-tiba mengeluh sakit perut pagi ini. Bahkan dirinya terbangun dari tidur pulasnya karena mendengar suara rintihan Irene.

"Apa Joo Hyun salah makan ya kemarin? Atau dia ada alergi makanan?" Gumam Wendy di tengah perjalanannya mencari menstrual pad.

Beberapa waktu kemudian, akhirnya Wendy kembali ke villa dengan membawa menstrual pad yang diminta oleh Irene. Dengan segera ia memasangkannya ke perut Irene.

"Better, Hyun?"

"Iyaa, much better."

"Kamu tiba-tiba banget kaya gini, Hyun?"

"Iya sayang, tadi pagi tiba-tiba perutku kerasa melilit. Apa aku salah makan ya?"

"Itu yang aku pikirin tadi. Kamu punya alergi makanan ga, Hyun?"

"Kayanya sih engga. Tapi dulu waktu kecil memang sempet ga bisa makan beberapa ikan."

"Gawat, semalem kan kita makan olahan ikan. Apa kita ke rumah sakit aja, Hyun?"

"Noo, ga perlu sayang. Ini juga udah jauh mendingan kok. Sebenernya, 2 bulan belakangan memang siklus datang bulanku tidak teratur, sayang. Selain itu, ketika datang bulan hanya ada sedikit yang keluar. Mungkin karena aku kelelahan."

"Gimana kalo kita cek ke dokter?"

"Ga usah sayang, aku cuma cerita aja kok. Siapa tau sakitnya bukan dari masakan ikan semalam, tapi karena emang siklusku yang berubah itu."

"Kau yakin?"

"Iya sayang. Aku mau lanjut tiduran dulu gapapa kan?"

"Ah iya Hyun, gapapa sayang. Ga usah kepikiran jam pulang kita. Pokoknya kamu enakan dulu baru kita siap-siap pulang ya."

Irene pun hanya menganggukkan kepalanya dengan sedikit lesu. Melihat hal itu, Wendy langsung berinisiatif untuk memeluk istrinya dari belakang. Tanpa diminta, pria itu langsung memijat lembut pinggang bagian belakang Irene, berharap bisa mengurangi rasa sakit yang dialami istrinya itu.

"Mmmh..that's good sayang."

"Kau merasa lebih nyaman?"

"Iya, kamu peluk, semuanya jadi kerasa nyaman."

Wendy mengukir senyumnya dan langsung mengeratkan pelukannya. Ia terus memandangi puncak kepala istrinya. Dalam sekejap pria itu hanyut dalam lamunannya. Berbagai macam pikiran terlintas. Tak sedikit yang mengganggu, begitu gaduh, acak, dan berat untuk disimpan sendiri.

The Road Sequel: Marriage v.s. Business LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang