[Satu bulan kemudian]
"Seung Wan sayang, tadi aku ditelpon sama Seulgi. Dia udah coba hubungin kamu, tapi handphonemu mati." Irene dengan lembut mencoba membangunkan Wendy yang masih dengan posisi tengkurap di kasurnya.
"Hmm? Benarkah?" Wendy langsung meraba nakas di sampingnya dan mendapati ponselnya mati karena kehabisan baterai.
"Astaga, iya bener Hyun. Aku lupa ngecharge kemarin malam. Aku boleh pinjam handphonemu buat telepon Seulgi?"
"Boleh. Nih. Nanti habis selesai telepon Seulgi langsung mandi ya, biar aku bisa langsung ganti perban kamu juga. Sarapannya juga udah siap tuh."
"Oke Hyun, makasih ya."
Irene pun memberikan senyumannya dan kembali ke dapur untuk menata sarapan pagi ini, sedangkan Wendy langsung menelepon Seulgi.
"Hey ada apa?"
"Aku ingat sesuatu, Seung Wan. Soal intangible asset. Jika tak salah menebak, orang yang ditemui Joo Hyun nuna adalah Doo Shik."
"Kenapa kau bisa menyimpulkan seperti itu? Memangnya apa yang kau ingat soal intangible asset?"
"Rupanya banyak hal yang kau lupakan, Seung Wan. Itu adalah proyek kita selama karantina lomba saat di kampus. Kita membangun aplikasi proyek dukungan lingkungan, Green Accounting and Intangible Asset, itu judul paper kita. Bahkan intangible asset kita adopsi sebagai nama grup kita kan saat malam gala? Apa itu kode yang dimaksud Doo Shik?"
"Ah rupanya itu! Astaga, kenapa aku bisa sama sekali tak mengingatnya. Tapi kita perlu mengonfirmasinya kepada Joo Hyun. Bagaimana caranya ya?"
"Hmm, apa kau masih menyimpan foto-foto saat kuliah? Sepertinya kita banyak berfoto dengan Doo Shik. Bahkan saat wisuda pun kita juga foto bersama."
"Ah benar juga kau. Nanti aku coba cari albumnya di rumah mama."
"Oke, kabari aku secepatnya. Oh iya, Sejeong juga berhasil menangkap pelaku yang menusukmu. Setelah sebulan lalu laporan keberadaan 3 tersangka itu kita terima, orang-orang Sejeong ternyata semakin mudah melacak pelakunya."
"Benar kah? Apakah itu orang suruhan Doo Shik?"
"Kita masih belum bisa memastikan itu, Seung Wan. Pelakunya tidak mau buka mulut, bahkan dengan ancaman sekalipun. Ia mengaku memiliki dendam kepadamu. Padahal aku dan Sejeong yakin orang itu adalah orang suruhan."
"Haaaah. Ya sudahlah, biar masalah itu diurus melalui hukum. Setelah ini aku akan ajak Joo Hyun ke rumah orang tuaku."
"Baiklah kalau begitu, aku akhiri teleponnya."
"Oke, terima kasih Seul."
Wendy pun bergegas untuk bersiap dan menyampaikan kepada istrinya kalau mereka perlu mengecek sesuatu di kediaman keluarga Shon. Dengan cekatan Wendy menyelesaikan mandinya, dan langsung menyantap sarapannya, tak lupa ditutup dengan mengganti perbannya. Begitu semua selesai, mereka berdua segera melaju ke rumah keluarga Wendy.
"Joo Hyun, kemarilah." Pinta Wendy yang akhirnya menemukan album foto masa kuliah di ruang kerja pribadinya.
"Ah ini kamu saat kuliah dulu?" Mata Irene berbinar ketika melihat suaminya di masa muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Road Sequel: Marriage v.s. Business Life
Hayran KurguPernikahan Joo Hyun dan Seung Wan menjadi sebuah langkah baru bagi keduanya. Berbagai tantangan telah mereka lalui sebelum perjalanan pernikahan ini dimulai. Layaknya rumah tangga pada umumnya, Seung Wan dan Joo Hyun pun tak jarang berbeda pendapat...