Hari ini adalah hari libur terakhir bagi Irene dan Wendy. Keduanya mulai mempersiapkan diri untuk menyambut hari kerja pertamanya setelah cuti selama seminggu.
Kegembiraan yang mereka rasakan selama liburan kemarin telah menyamarkan rasa lelah yang sebenarnya mereka alami.
Beberapa kali Wendy nampak meregangkan otot-otonya di depan laptop. Saat ini ia sedang mereviu beberapa berkas untuk bahan briefing esok Senin.
Di meja yang berbeda, Irene juga sedang terfokus di depan laptop miliknya. Ia mengorganisir semua jadwal yang sempat tertunda. Ia beruntung karena semua project yang sedang ia tangani berasal dari perusahaan milik koleganya, sehingga soal jadwal mereka sangat memberikan kelonggaran.
Tak terasa Wendy dan Irene sudah menghabiskan setengah harinya untuk terfokus di depan laptop masing-masing. Keduanya masih saja terdiam di tempat masing-masing.
"Ah, udah jam segini. Seung Wan kok belum keluar juga dari ruang kerjanya?" Gumam Irene yang lantas beranjak dari sofa ruang tengah untuk mendatangi suaminya.
Pintu ruang kerja Wendy dibuka secara perlahan oleh Irene. Wanita itu takut mengganggu suaminya yang sedang bekerja. Sayangnya, hal yang Irene pikirkan ternyata bertolak belakang. Suaminya kini tengah tertidur di atas meja kerjanya.
Irene melangkahkan kakinya perlahan, membuat suara seminim mungkin. Ia pun mengambil kursi lain yang terletak tak jauh darinya. Kini kedua matanya terpaku melihat wajah Wendy yang begitu tampan.
Alis tebal itu adalah daya tarik yang pertama kali ku sadari, Seung Wan. Setelahnya aku baru menyukai pipimu. Tapi aneh sekali, sekarang bibirmu malah jadi bagian terfavoritku.
Irene memandangi setiap titik di wajah Wendy. Suaminya itu benar-benar terlihat sangat tampan di matanya akhir-akhir ini. Entah apakah ini yang dinamakan jatuh cinta untuk kedua kalinya atau bukan.
Dengkuran halus yang berasal dari tenggorokan Wendy terdengar begitu merdu di telinga Irene. Andai pria itu tertidur di kasur, mungkin saja Irene sudah menyusulnya dan ikut terlelap.
Semakin hari aku merasa semakin beruntung telah memilikimu, Seung Wan. Akan ku jaga kau dengan baik.
"Hmm. Joo Hyun. Ambil apel. Mau apel." Tiba-tiba saja Wendy mengigau dengan suara yang sangat lirih.
Ya ampun. Dia sampai ngigau. Kasihan, pasti gara-gara ga nyaman banget posisi boboknya. Apa aku bangunin aja?
"Seung Wan, bangun sayang. Kalo mau bobok, di kasur aja yuk?" Ajak Irene sambil mengusap lembut kepala suaminya.
Wendy justru merasa semakin nyaman karena mendapat usapan dari Irene. Ia bahkan membenarkan posisi tidurnya agar menjadi lebih nyaman.
"Hey, kok malah lanjut. Yuk, nanti kamu bangun badannya pegel gimana?"
Akhirnya secara perlahan Wendy mengerjapkan matanya, ingin memperjelas siapa yang tengah berada di hadapannya saat ini. Begitu matanya terbuka seratus persen, Wendy langsung menegakkan tubuhnya.
"Hyun? Kamu kok udah di sini?" Wendy reflek bertanya dengan raut polosnya.
"Tadinya aku mau ajakin kamu makan siang, ternyata lagi tidur. Sekarang udah mau bangun atau masih mau lanjut tidur? Kalau lanjut tidur, pindah ya ke kamar."
"Ah..engga..mau makan siang aja. Tadi bukannya aku makan apel ya?"
"Hahahaha. Kamu tuh ngigau sayaang. Kamu kecapean banget ya sampe boboknya ngigau gitu?"
"Oh..hehe jadi malu. Bukan capek yang gimana-gimana sih, Hyun. Palingan gara-gara sepanjang liburan kemarin kita beraktivitas ekstrim."
"Hehe iya sih. Aku juga ngerasa lelah banget sekarang. Baru kerasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Road Sequel: Marriage v.s. Business Life
FanfictionPernikahan Joo Hyun dan Seung Wan menjadi sebuah langkah baru bagi keduanya. Berbagai tantangan telah mereka lalui sebelum perjalanan pernikahan ini dimulai. Layaknya rumah tangga pada umumnya, Seung Wan dan Joo Hyun pun tak jarang berbeda pendapat...