Pembicaraan Irene dengan Wendy semalam ternyata menjadi perhatian tersendiri bagi Irene. Berbagai pemikiran muncul begitu saja di kepalanya. Kekhawatiran, rasa takut, sungkan, tidak tenang, dan masih banyak lagi hal-hal negatif yang kini tengah menguasai pikiran Irene.
"Hyun? Kok ngelamun?" Wendy mencoba menyadarkan Irene di tengah ritual sarapan mereka.
"Ah, maaf. Ayo lanjut sarapannya."
Singkat dan tidak ada ekspresi apapun dari wajah Irene. Hal itu memancing banyak pertanyaan di kepala Wendy.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Wendy lagi.
Irene menjawab pertanyaan itu dengan anggukan sembari mengunyah menu sarapannya.
"Hyun, setelah sarapan nanti kalau kau memang ada waktu, kita ngobrol bentar ya. Di ruang tengah atau balkon boleh."
"Hm? Kamu ga telat nanti?"
"Barusan Sejeong mengabariku, agenda rapat jam 9 dibatalkan, dan aku kosong sampai jam 11 nanti. Aku juga sudah bilang akan datang terlambat."
"Oh. Oke, nanti kita ke balkon ya. Udah lama ga bersantai di sana."
Wendy pun mengangguk sambil tersenyum.
Setelah mereka menyelesaikan sarapannya, kini keduanya sudah terduduk di kursi balkon. Cuaca pagi ini begitu cerah, udara pun terasa begitu sejuk, tidak sedingin biasanya.
"So, apa yang mau kamu bicarain, Seung Wan?"
"Hyun, kamu tau kan aku orangnya sensitif. Apalagi kalo kamu udah keliatan berusaha menghindari pertanyaan kaya tadi pas kita sarapan."
"Oh, ini gara-gara aku ngelamun tadi, ya?"
"Iya. Ada yang bisa kamu ceritakan? Jujur aku ga akan tenang kalau kamu milih buat menghindar atau menolak untuk sharing ke aku. Aku yakin ada yang lagi bikin kamu kepikiran, Hyun."
Irene hanya diam dan terus menatap ke arah gedung-gedung tinggi yang nampak di hadapannya.
"Apa karena pembicaraan semalam? Soal timeline program kehamilan kamu?"
Kini sorot mata Irene berubah memandang ke arah Wendy. Bibirnya masih saja terkunci, enggan untuk menceritakan apa yang ia rasakan.
"Hyun, apapun itu, biarkan aku tau ya? Cerita, apapun yang jadi beban pikiran kamu. Telingaku udah siap."
Irene menghela nafasnya sejenak sebelum ia memulai berbagi beban yang ada di pikirannya.
"Seung Wan, pembahasan semalam memang memiliki dampak di pikiranku. Sampai pagi ini pun banyak terdengar suara di kepalaku, soal bagaimana aku akan menjawab pertanyaan-pertanyaanmu. Apakah nantinya aku akan baik-baik saja atau justru kekhawatiran yang kau sebutkan akan jadi kenyataan? Belum lagi soal mengambil keputusan dalam pekerjaanku. Ternyata memutuskan untuk memiliki anak tak semudah yang ku bayangkan. Bahkan rasa bahagia yang kurasakan sesaat di taman bermain hilang begitu cepat ketika memikirkan semua hal itu."
"Hyun, maafkan aku. Semalam aku tidak bermaksud sama sekali untuk membebanimu."
"Aku tau itu, Seung Wan. Justru aku berterima kasih padamu, sudah membantuku untuk melihat hal yang belum bisa ku lihat. Jika aku memang siap melakukannya, tentunya aku sudah tidak perlu menimbang-nimbang seperti ini. Lihatlah, pagi ini aku justru membagi beban pikiranku denganmu, kan?"
Wendy hanya terdiam, menatap wajah cantik istrinya. Perlahan ia raih kedua telapak tangan Irene, mengusapnya lembut dengan ibu jari miliknya.
"Joo Hyun, menghadapi peristiwa Dumdum tentu sangat tidak mudah bagi kita berdua. Bisa jadi luka yang kita rasakan tidak sama. Sebagai seorang suami, aku merasa beban yang kau tanggung jauh lebih berat dibandingkan denganku. Hal yang terlihat mungkin hanya rasa bersalahmu, atau fase di mana kau memiliki emosi yang tidak stabil, tapi berulang kali pun ku pikirkan lagi, pasti ada beban lain yang kau simpan rapat-rapat sendiri. Menjadi seorang wanita tidaklah mudah, itu yang selalu ada di benakku. Jika nanti kau harus hamil, tubuhmu benar-benar akan berubah, dari segi hormon, kekuatan fisik, bahkan mungkin mental dan emosimu juga tak akan sama lagi. Apalagi jika nanti perutmu makin besar, fisikmu juga bisa melemah, kau harus membawa beban baru, dan membuat tubuhmu lebih cepat lelah. Andai aku bisa menggantikan posisimu, aku akan segera melakukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Road Sequel: Marriage v.s. Business Life
FanficPernikahan Joo Hyun dan Seung Wan menjadi sebuah langkah baru bagi keduanya. Berbagai tantangan telah mereka lalui sebelum perjalanan pernikahan ini dimulai. Layaknya rumah tangga pada umumnya, Seung Wan dan Joo Hyun pun tak jarang berbeda pendapat...