Chapter 14 - First Crisis

94 11 6
                                    

Kejadian tak wajar yang dialami Irene beberapa waktu lalu menjadi perhatian tersendiri bagi Wendy. Tak hanya kejadian walk-in closet yang berserakan, di hari yang sama Wendy juga kembali menemukan betapa kacaunya cara berpikir Irene. Hal itu ia sadari ketika Irene secara tak sengaja memasukkan banyak handuk ke dalam kopernya. Kala itu wajah Irene seperti orang yang linglung dan tidak sadar sedang bertindak seperti apa. Sontak malam itu Wendy kembali menenangkannya dengan terus memeluknya. Berkali-kali dirinya meminta agar istrinya itu menceritakan yang dirasakan, namun hasilnya selalu nihil.

Saat ini istrinya tengah melakukan projectnya di Phnom Penh. Sesuai dengan janjinya, Irene ditemani oleh Aeri yang terus mengawasi kondisi kesehatan Irene dan membantunya ketika dibutuhkan. Sejauh ini belum ada kabar buruk yang dilaporkan oleh Aeri, namun bagaimanapun juga Wendy tetap tidak bisa menghilangkan rasa cemasnya.

"Seung Wan?" Suara Seulgi menghentikan lamunan Wendy yang terjadi di tengah rapat yang sedang berlangsung.

"Ah, maafkan aku. Baiklah, untuk kerja sama dengan perusahaan Osaka's Mercu Corp. sudah bisa kita eksekusi. Tolong beri aku laporan evaluasi minggu pertama dalam 10 hari lagi. Bicarakan segera denganku kalau ada masalah operasi di lapangan."

"Baik pak." Seru semua jajaran BoD.

"Baiklah, rapat ini saya akhiri. Terima kasih atas kehadiran anda semua." Wendy pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju ke ruangannya.

"Seung Wan." Seulgi memanggil sahabatnya yang terlihat tergesa menuju ruang kerjanya itu.

"Bicarakan di ruanganku saja, Seul. Kau pasti punya banyak pertanyaan untukku."

Seulgi pun hanya menurut, ternyata insting sahabatnya itu boleh juga.

"Kau ingin menanyakan apa?" Ujar Wendy begitu mereka duduk di sofa ruang kerja Wendy.

"Apa yang membuatmu pulang lebih awal di agenda business trip Osaka kemarin? Kau tau, aku sedang makan siang dengan Soo Young, namun tiba-tiba panggilanmu itu membuatku harus mengakhirinya dengan cepat. Ah iya, dan juga waktu perayaan ultah nuna, kenapa kalian tiba-tiba menghilang? WanD hanya bilang kalau kalian harus segera pulang tanpa memberi tahu alasannya."

"Joo Hyun sakit saat malam perayaan ultah, dan yang membuatmu harus terbang ke Osaka tiba-tiba adalah karena Joo Hyun masuk rumah sakit."

"Mwooo? Yaaah. Kenapa kau tidak mengabariku? Bagaimana keadaan nuna sekarang?"

"Dia nampak baik, tapi aku yakin dia sedang tidak baik-baik saja."

"Apa yang terjadi Seung Wan? Apa hal ini yang membuatmu tiba-tiba melamun saat rapat tadi?"

Wendy terdiam sejenak, menimbang-nimbang apakah dia harus bercerita kepada sahabatnya atau tidak.

"Joo Hyun.."

Wendy menghela nafasnya kasar.

"Bukan, bukan hanya Joo Hyun. Aku dan Joo Hyun kehilangan anak kami."

"Anak? Maksudmu?" Seulgi benar-benar tidak bisa menangkap pernyataan dari Wendy.

"Joo Hyun masuk rumah sakit karena ia harus kuretase. Dia mengalami keguguran."

Seulgi langsung membuka mulutnya, tak percaya apa yang dibicarakan sahabatnya itu.

"Ss-seung Wan, kau serius?"

Tidak ada jawaban apapun dari bibir Wendy. Perlahan Seulgi memahami bahwa sahabatnya tidak sedang bercanda. Ia pun mendekatkan posisi duduknya ke arah Wendy. Ia menepuk pelan bahu sahabatnya yang sedang menatap lurus dengan pandangan kosong.

"Seung Wan, aku turut berduka atas kehilanganmu. Apa ada yang bisa ku bantu?"

"Entahlah, Seulgi. Sudah berhari-hari aku tidak berbicara sama sekali dengan Joo Hyun. Dia memang sedang ada project di Kamboja, tapi setiap ku telepon selalu tidak ada jawaban. Jika ku tanya ke Aeri, dia juga tidak bisa menjawabnya. Bahkan dia menolak teleponku yang kusambungkan melalui Aeri. Dia selalu beralasan sibuk dan sengaja menghindari pengawasan Aeri. Akhirnya aku berhenti menghubunginya dan Aeri agar dia tidak risih dengan perlakuanku itu."

The Road Sequel: Marriage v.s. Business LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang