Kejadian di malam Irene pergi untuk mengunjungi orang tuanya, ternyata membuat Wendy lebih banyak terdiam dalam kesehariannya. Sudah hari kedua semenjak peristiwa itu, dan orang-orang di sekitar Wendy mulai menyadari bahwa ada yang tidak beres dengannya.
"Hei, you good bro?" Tanya Seulgi yang kini tengah menemani Wendy minum di sebuah bar.
"Yeah." Jawab Wendy lesu.
"No, you're not. Come on, sudah sejam kita di sini dan kau belum mengatakan apapun padaku. Kau juga tak biasanya mengajakku minum, pasti ada sesuatu kan?"
Wendy tetap diam dan asik memandangi gelasnya.
"Seung Wan, aku memang tak akan bisa memahami perasaanmu sepenuhnya, tapi biarkan bebanmu itu hilang sedikit, setidaknya karena kau tau ada temanmu yang mendengar."
"Sudah 2 malam aku sendirian di penthouse." Ujar Wendy dengan nada datarnya.
"Uhum, okay. Nuna sedang ada business trip lagi? What's the problem then? You missed her?"
"Bukan. Dia pergi ke rumah ayah dan ibu mertuaku."
"Hm? Seorang diri dan sudah 2 hari? Kenapa kau tak ikut?"
"Dia sedang ingin sendiri."
Seulgi langsung merasa jantungnya berdebar sedikit cepat dari biasanya. Ini masalah yang cukup serius. Dirinya kini menjeda pertanyaannya, mencoba mencari pertanyaan apa yang paling tepat untuk diutarakan.
"Ehm, lalu apa kau membutuhkan sesuatu dalam kesendirianmu? Ah, mungkin aku bisa menemanimu di penthouse?"
"Tidak Seul. Aku tidak ingin mengganggu jadwal-jadwalmu dengan Soo Young."
"Hm? Bagaimana kau tau?"
"Aku bertanya pada Jimin saat ingin mengajakmu minum malam ini. Kau besok ada agenda tinjauan proyek, lusa akan mengantar Soo Young ke rumah orang tuanya, menginap, dan kembali lagi ke Seoul keesokan harinya. Begitu kan?"
"Yaaah, aku akan minta Jimin agar tidak memberitahumu jadwal sedetil itu."
"Aku yang memaksanya, Seul. Sudahlah."
Seulgi pun terdiam lagi. Ia tau bahwa itu bukanlah hal yang perlu dibahas lebih lanjut lagi.
"Seul, apa aku salah jika aku sempat mengancam nuna?"
"Kau mengancam nuna? Serius? Kenapa hal itu bahkan tak terbayang bagiku? Kau ini sangat menyayangi nuna dan sangat lembut padanya. Bagaimana bisa hal seperti ini terjadi?"
"Sepertinya emosiku sudah tak bisa ditahan."
"Hmm. Biar ku tebak, apakah akhir-akhir ini kalian jarang mengobrol, dan saat kau sedang ingin melakukannya, nuna justru ingin pergi?"
Wendy hanya menganggukkan kepalanya.
"Seung Wan, bukannya aku ingin ikut campur, tapi mungkin ancaman memang kurang tepat kau lakukan. Nuna pasti membutuhkan waktunya sendiri. Entah sekacau apa kondisi hubungan kalian saat ini, sepengetahuanku wanita memang perlu waktu untuk mencerna semua hal yang terjadi pada mereka. Sederhananya, logika kita bisa lebih cepat membuat sadar karena kita lebih mudah menghiraukan perasaan kita. Sebaliknya, wanita lebih sering menggunakan perasaannya untuk perlahan mengerti kondisi yang sedang mengganggu mereka. Aku rasa nuna hanya butuh waktu, dan kau hanya perlu bersabar."
Wendy terdiam mencerna perkataan Seulgi. Dirinya menuang wine di tengah tatapannya yang masih kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Road Sequel: Marriage v.s. Business Life
FanfictionPernikahan Joo Hyun dan Seung Wan menjadi sebuah langkah baru bagi keduanya. Berbagai tantangan telah mereka lalui sebelum perjalanan pernikahan ini dimulai. Layaknya rumah tangga pada umumnya, Seung Wan dan Joo Hyun pun tak jarang berbeda pendapat...