Chapter 18 - Kembali

89 12 2
                                    

[Perhatian! Sebagian pembaca mungkin tidak nyaman dengan adegan di chapter ini. Chapter ini mengandung kata dan kalimat vulgar. Mohon bijak dalam memilih bacaan.]

"Wow, kenapa begitu banyak Gypsophila di sini? Udaranya juga sangat sejuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wow, kenapa begitu banyak Gypsophila di sini? Udaranya juga sangat sejuk."

Irene kini tengah berjalan di jalan setapak yang dikelilingi oleh gypsophila. Dirinya begitu menikmati sapuan angin sepoi-sepoi yang membawa rambutnya menari. 

Kenikmatan itu tiba-tiba terjeda saat ia melihat seorang anak berlari ke arahnya. Merasa sedikit kurang jelas, Irene pun mengedipkan matanya berharap pandangannya semakin tajam untuk melihat siapa yang berlari ke arahnya.

"Hei, jangan berlarian nak. Hati-hati, perhatikan langkahmu." Teriak Irene yang sedikit merasa khawatir karena ukuran anak itu tidak lebih tinggi dari gypsophila yang mengelilingi mereka.

Anak itu semakin mengikis jarak antara dirinya dengan Irene. Perlahan Irene menyadari bahwa anak itu adalah seorang anak laki-laki yang mengenakan baju putih dengan celana pendek berwarna khakhi, dengan rambutnya yang bergaya cepak. Perlahan Irene mulai bisa melihat garis wajah anak laki-laki itu karena jarak mereka yang semakin dekat.

"Seung Wan?" Gumam Irene lirih.

Wajah pria kecil itu sangat mirip dengan Wendy di usia mudanya. Irene seketika berlutut ketika menyadari jarak antara dirinya dengan pria kecil itu benar-benar sudah dekat. Sang anak pun membuka lebar tangannya, seperti memberikan kode ingin memeluk Irene. Dengan reflek Irene menyambutnya dengan bentangan tangan dan menangkap tubuh kecil itu. Irene yang tengah memeluk anak laki-laki itu merasakan detak jantung yang berdegup cukup kencang dan nafas yang begitu terengah.

"Hei, kamu kenapa lari-lari gitu sih. Kan bahaya bisa jatuh."

"Karena aku penasaran."

"Hm? Penasaran sama apa?"

Pria kecil itu melepaskan pelukan Irene dan memandangi wajahnya. Tiba-tiba ia mengangkat tangannya dan meletakkan jari telunjuknya di hidung Irene.

"Hah? Kau penasaran denganku?" Tanya Irene yang disambut dengan anggukan kepala.

Irene pun tersenyum dan semakin dibuat terpana oleh wajah anak laki-laki itu. Matanya sampai tak berkedip, seakan dirinya ingin mengingat dengan jelas apa yang tengah ia pandangi kali ini.

"Kamu mirip banget sama Seung Wan waktu kecil. Apa kamu Seung Wan?"

Pria kecil itu langsung menggelengkan kepalanya.

"Hmm. Kalau bukan Seung Wan, lalu siapa?"

Pria kecil itu hanya terdiam sambil terus menatap kedua mata Irene. Di tengah keheningan itu, wajah tampannya tiba-tiba mengukir senyum.

"Aku Dumdum."

Ngiiiiing..

Deg..deg..deg..deg..

The Road Sequel: Marriage v.s. Business LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang