17 : Crying for Him

70 10 0
                                    


Kondisi Karina sudah semakin membaik, bahkan dokter sudah mengizinkannya untuk pulang. Saat ini gadis itu sedang menyiapkan barang-barangnya yang sempat dibawa ke rumah sakit. Karina tidak beberes sendiri, dia dibantu oleh Gabby dan Wilona.

Kedua sahabatnya itu sangat baik dan setia sama Karina. Selama Karina di rumah sakit, mereka berdua lah yang menjaga Karina, mereka yang membelikan makanan untuk Karina, dan mereka juga yang menyuruh orang tuanya untuk patungan membayar biaya rumah sakit.

Sejujurnya Karina tidak menyuruh atau memaksa Gabby maupun Wilona untuk melakukan hal itu, tapi mereka berdua lah yang berinisiatif untuk melakukannya. Karina tidak keberatan, justru dia senang punya teman yang suka membantu, tapi disisi lain ia bingung harus melakukan apa untuk membalas budi kebaikan Gabby dan Wilona.

Gadis itu berpikir, gak mungkin kan kalau misalkan ia belikan temannya make up, aksesoris, atau makanan sebagai bentuk balas budi? Karena barang tersebut harganya tidak sebanding dengan besarnya biaya rumah sakit yang dikeluarkan. Tapi kalau misalkan Karina balas budi dengan barang yang sebanding dengan biaya rumah sakit, dia tidak punya uang sebanyak itu. Ahh Karina jadi bingung.

"Karina, kenapa bengong?" Tanya Gabby yang membuat lamunan Karina pecah.

Karina menggeleng, "E-eh, enggak papa kok" 

Gabby memicingkan matanya karena ia tidak percaya. "Beneran?"

"I-iya Gabby"

"Kalo ada apa-apa mending langsung omongin yak Rin, jangan dipendam." Ucap Wilona yang tiba-tiba ikut masuk ke dalam pembicaraan.

"Iya Wil. Tapi beneran kok gue gak kenapa-napa" sanggahnya.

Wilona dan Gabby mengangguk bersamaan. Syukurlah mereka langsung percaya karena termakan akting Karina yang menunjukkan raut wajah baik-baik saja.

Tak lama mereka selesai beberes. Gabby langsung menghubungi mamanya untuk segera menjemput mereka di lobby rumah sakit. Setelah selesai, Gabby memasukkan kembali ponselnya ke dalam sling bag.

"Guys, kita tunggu di lobby aja yuk. Nyokap gue lagi ada di daerah sini jadi kemungkinan besar dikit lagi dia nyampe." Ucap Gabby sambil menatap teman-temannya.

"Yaudah ayok. Oh ya Rin, barang-barang lo kita aja yak yang bawa. Lo gak usah bawa apa-apa, dan kalau misalkan pusing langsung bilang ke kita yak." Ucap Wilona sambil menenteng tas besar Karina.

"E-eh! Jangan! Gue gak mau ngerepotin kalian" kata Karina dengan nada yang menolak.

"Gak papa Rin, lo kan baru enakkan, belom sepenuhnya pulih." Sahut Gabby.

"Ta-tapi–"

"Gak papa Rin, kita yang mau kok, jangan nolak yak. Sekarang ayok kita ke lobby. Kalau misalkan kamu pusing bisa gandeng lengan Gabby tuh soalnya lengannya nganggur" kata Wilona sambil menatap lengan sebelah kiri Gabby yang kosong.

Karina menghela nafasnya. Gadis itu cuma bisa pasrah dan tidak bisa menolak.

Karena tidak mau berlama-lama, Karina pun menuruti permintaan temannya. Gadis itu segera menggandeng lengan kiri Gabby untuk pegangan supaya dia tidak jatuh, karena rasa pusing sudah menyerang kepalanya dari tadi. Setelah merasa sudah beres, ketiga gadis itu pergi meninggalkan ruangan sambil membawa barang bawaan mereka.

•••

Tiga gadis itu sudah sampai di kosan keluarga Gabby–tempat Karina tinggal. Setelah sampai disana, mereka langsung membantu Karina untuk menata kembali barang-barang yang dibawa sesuai dengan tempatnya semula. Gak butuh waktu lama bagi mereka untuk menata barang, palingan cuma memakan waktu 30 menit. Tapi capek yang dirasain kayak orang beberes selama 5 jam. Mungkin ditambah efek rasa lelah karena perjalanan yang banyak memakan waktu.

My Naughty Boy (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang