Kobaran api mulai menyebar. Si jago merah perlahan-lahan melahap bangunan beserta isinya. Semua orang panik. Mereka berusaha menyelamatkan diri masing-masing, tidak peduli dengan barang berharga mereka yang masih tertinggal. Mereka hanya berpikir bahwa nyawa adalah yang terpenting dari segalanya.Semua barang ditinggal begitu saja di ruangan, baik barang mahal maupun tidak. Barang-barang itu tidak sempat diselamatkan karena api sudah membesar dan mengunci setiap sudut ruangan. Tidak ada rasa penyesalan yang timbul akibat terbakarnya barang-barang tersebut. Asalkan itu bukan nyawa, mereka tidak akan menyesal.
"SEMUANYA CEPAT KELUAR!" Teriak bang Haidar kepada seluruh tamu beserta panitia. Cowok itu masih stay di dalam gedung untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang masih tertinggal, atau lebih parahnya terjebak di kobaran api.
"Bang, gue udah hubungin pemadam, mereka lagi otw ke sini." Ucap si ketua pelaksana kepada bang Haidar. Si ketua pelaksana disuruh oleh Haidar untuk menghubungi pemadam saat bau asap sudah menyeruak ke seluruh ruangan.
"Good, sekarang tolong bantuin gue buat evakuasi orang-orang. Jangan lupa suruh beberapa panitia buat ambil kotak P3K di sekret Hima sekarang!!!!"
Si ketua pelaksana hanya mengangguk. "Siap bang!!"
Si ketua pelaksana langsung menyuruh dua anak buahnya untuk mengambil kotak P3K di sekret hima. Dia juga memberi sejumlah uang kepada mereka untuk berjaga-jaga kalau obat yang tersedia kurang, maka mereka bisa membelinya lagi menggunakan uang itu. Setelah itu, dia membantu Haidar untuk mengevakuasi orang-orang yang masih terjebak di dalam gedung.
Haidar menelusuri seluruh ruangan aula untuk memastikan apakah masih ada orang yang terjebak di sana atau tidak. Karena merasa sudah tidak ada orang aula, maka ia pergi untuk mengecek ruangan back stage.
Haidar membuka pintu ruangan back stage. Selanjutnya lelaki itu mengambil semua barang-barang yang masih utuh. Disana ia bisa menjelajah sampai ke tengah ruangan karena api baru menyala di ujung ruangan
Saat ia sedang asyik mengumpulkan barang tersisa, matanya tak sengaja melihat dua tas ransel yang tergeletak di sofa kecil. Tas ransel tersebut berwarna krem dan satunya lagi berwarna putih.
Haidar mengenali dua tas itu. Kedua tas itu adalah milik Karina dan Wilona yang sengaja mereka titipkan di ruangan ini. Tanpa pikir panjang, Haidar langsung mengambil dua tas tersebut lalu pergi dari ruangan karena api sudah semakin menyebar.
•••
Banyak orang yang berkumpul di luar gedung. Mereka terdiri dari panitia, pengunjung acara, dan warga sekitar yang sengaja datang untuk menonton sesekali merekam fenomena ini.
Di sana sudah ada petugas pemadam kebakaran yang sedang memadamkan api sekaligus melakukan evakuasi. Tak hanya pemadam, di lokasi ini juga ada petugas kesehatan untuk mengobati beberapa orang yang sempat terluka akibat tragedi ini.
Semua orang yang berada di lokasi gedung terus berceloteh. Beberapa dari mereka ada yang bergosip tentang penyebab dari kebakaran ini, ada yang marah-marah karena merasa kecewa, dan ada juga yang mengawasi warga yang nekat untuk masuk ke dalam gedung demi konten. Suasana sangat berisik, hingga membuat keenam anak berusia belasan itu menepi ke tempat yang lebih sepi. Mereka sengaja melakukan ini karena mereka tidak suka dengan kebisingan.
Tapi nyatanya salah satu dari mereka tetap membuat kebisingan yang tak kalah berisik dari kerumunan orang-orang di lokasi.
"LAPTOP GUE ANYINK, AAHH LAPTOP GUE!!" Wilona terus berteriak sambil marah-marah sebab ia tak sempat menyelamatkan laptopnya.
"Udah lah Wil, ikhlasin aja. Lo gak capek apa teriak sambil marah-marah dari tadi?" Sahut Karina yang sudah lelah melihat tingkah Wilona.
"IKHLASIN?! Laptop gue baru beli pas awal masuk kuliah kemaren, mana harganya belasan juta! Kalo ayah gue tau bisa abis gue di geprek ama dia!! HUAAA!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Naughty Boy (✓)
Fanfiction"lo yakin mau pulang sekarang? Lingkungan rumah gue rawan orang jahat kalo udah jam segini"