.
.
.
Seoul South Korean.
7 years later.
"Aigo, apa ini?" tanya seorang pria tampan yang baru saja mengamati lukisan karya seorang pemuda yang kini tersenyum konyol padanya.
"Jeongin ..." Pria tersebut menghembuskan napas panjang sebelum melanjutkan, "Lukisan mu mengerikan. Kalau kau terus begini bagaimana kau akan menggelar pameran nanti? Lihat ini ..." telunjuknya terarah pada gambar abstrak yang sayangnya tak memiliki makna. "Tidak ada emosi yang bisa dirasakan di sini, warna yang dipilih juga terkesan biasa." kritiknya lagi.
Senyum pemuda bernama Jeongin itu perlahan memudar, ia menatap cemberut pada pengamat seni yang tak lain dan tak bukan adalah Kakaknya sendiri.
Bangchan.
"Ais, Hyung tidak bisakah kau menghargai karya seni ku? Butuh waktu berminggu-minggu untuk membuat masterpiece ini!" balasnya sedikit meninggikan nada suara.
Namun respon yang Chan berikan benar-benar menjengkelkan, pria itu menggeleng pelan seolah malas menghadapi kelakuan adiknya.
"Hyung hanya berbicara jujur, karya mu ini sangatlah tidak berarti atau bisa dibilang pasaran, kau tau? Hyung yakin anak berusia 7 tahun pun bisa membuatnya."
Sebagai seorang pengamat seni yang profesional, ia tak boleh pilih-pilih pada setiap karya yang ditunjukkan, dirinya harus memberi kritik yang akurat pada seniman manapun agar nantinya mereka bisa belajar menjadi lebih baik lagi.
Dan itu juga termasuk adiknya sendiri, dari sekian banyaknya karya seni yang ia amati sebenarnya milik Jeongin lah yang paling—
Buruk.
Lukisannya terkesan seperti coretan anak-anak dan sama sekali tak menarik minat.
"Huaaaa Hyung jahat sekali!" pekik Jeongin sembari berpura-pura menangis.
Selalu saja seperti ini.
Chan merotasi kan matanya malas, bagaimana mau membuat lukisan indah dan memiliki arti jika tingkah Jeongin saja bak anak berumur 5 tahun?
"Sudah, Hyung punya ide bagus untuk mu." tukasnya membuat tangisan pura-pura itu terhenti, dengan wajah Jeongin yang nampak mendongak penasaran ke arahnya.
"Apa?"
"Kau tau Hwang Hyunjin?"
Jeongin mengangguk semangat, nama itu tak asing di telinganya sebab sudah sering sekali ia dengar tentang pelukis terkenal itu di beberapa tempat.
Secara Hyunjin merupakan seorang seniman lukis yang karyanya tak perlu diragukan. Pria itu sudah banyak menggelar pameran seni yang selalu sukses bahkan beberapa lukisannya terpajang apik di banyak Museum di kota ini.
Dan semua lukisan milik pria itu memiliki arti yang cenderung menggambarkan tentang perasaan hampa, kesendirian dan patah hati.
"Belajarlah padanya, Hyung sudah membuat kesepakatan beberapa bulan yang lalu dan syukur lah dia setuju untuk mengajari mu."
Mendengar penuturan sang Kakak sukses membuat kedua netra Jeongin terbelalak lebar dengan mulut yang sedikit menganga.
"Mwo?! Jinjja?!" saking kagetnya Jeongin memegang pundak Chan dan menggoyangkannya kencang.
"Astaga iya!" sahut Chan selagi melepaskan tangan itu dari pundak miliknya.
Ia memicingkan matanya pada Jeongin yang sekarang malah melompat-lompat kegirangan. "Banyak jumlah uang yang sudah Hyung keluarkan, awas aja kalau kau tak bersungguh-sungguh!" lanjutnya mengancam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long For You [Hyunlix Ft Jeongin]
RomanceNiat untuk mengembangkan kemampuan melukisnya yang masih terbilang pemula nyatanya gagal total, kala Jeongin malah berakhir jatuh cinta pada Hyunjin. Seorang seniman terkenal yang bersedia untuk mengajarinya cara melukis yang benar. Jeongin mencinta...