12: wake up in another silent

102 18 7
                                    

.

.

.

"Hey wake up don't wanna be late today."

"Hyun-ie,"

"Kau harus bangun."

Felix menepuk bahu Hyunjin beberapa kali guna membangunkan kekasihnya yang masih terlelap, sembari memeluknya erat.

Ia tidak bisa bangkit, kepala Hyunjin berada di perutnya dari semalaman penuh.

Perlahan Hyunjin bergerak, ia mendongak, membalikkan badan hingga menghadap Felix sepenuhnya.

Matanya masih terpejam dengan rambut yang berantakan, ia menggosok kedua matanya sebelum berkedip pelan.

"Hari ini aku libur," balasnya dengan suara serak. Ia kembali memeluk Felix erat, tak mau beranjak dari posisi mereka yang nyaman.

Lantas Felix terkekeh geli, ia membalas pelukan Hyunjin tak kalah erat.

"Oh ya, tadi aku mengecek ponselmu. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Jisung, keliatannya dia khawatir karena kau tidak pulang." celetuknya sembari menyerahkan ponsel Hyunjin yang langsung sang kekasih terima.

"Astaga benar, aku lupa memberitahunya."

Hyunjin menuliskan pesan singkat yang ia tujukan pada temannya itu, mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja dan mungkin ia akan pulang sore nanti.

"Tunggu, sekarang sudah tengah hari?" Ia agak kaget saat melihat jam yang tertera di layar ponselnya.

Atensinya sontak tertuju pada jendela yang menunjukkan cuaca cerah dengan cahaya matahari yang telah berada tepat di tengah.

"Kenapa tidak membangunkan ku pagi tadi?"

Felix mengelus surai kelamnya lembut, "Kau tidur lelap sekali, aku jadi tidak tega untuk membangunkan mu," sahutnya.

Akhirnya ia bangkit, mengambil kembali baju-baju yang tergeletak di lantai.

"Haruskah kita habiskan waktu bersama sebelum kau pulang? Aku dengar ada tempat bagus di sekitar taman." tawarnya yang langsung Felix angguki.
.

.

.

Mereka berdua benar-benar memanfaatkan waktu sebaik mungkin, mulai dari siang keduanya sibuk pergi ke banyak tempat sebelum berakhir menyaksikan senja di pantai.

Felix menyandarkan kepalanya di bahu Hyunjin, menautkan jemari mereka yang saling menggenggam dengan erat.

Sebenarnya ia tak siap untuk kembali pulang ke rumah namun, mau tidak mau ia harus.

Entah mengapa dirinya merasa akan ada hal buruk yang akan menimpa mereka dan semoga saja itu hanyalah prasangkanya saja.

"Dulu, aku tidak pernah takut pada apapun. Bahkan aku sangat berharap Tuhan segera mencabut nyawaku ... setiap hari, dari pagi hingga malam, aku menanti dengan putus asa untuk sesuatu. Berharap bisa bahagia karena terlahir ke dunia, berharap bisa hidup ..." Kalimatnya sengaja ia tahan, mengeratkan genggaman tangannya guna mencari kenyamanan.

"Tapi sekarang, aku mulai takut. Aku takut kehilanganmu," tukasnya dengan suara bergetar.

Hyunjin lantas menarik pinggangnya mendekat, membubuhkan kecupan manis di pucuk kepalanya.

"Aku tidak akan pergi kemanapun. Kaulah hidupku. I wish i were the wind, so i could kiss your skin, weave through your hair and carry your scent with me forever."

Itu jawaban yang membuatnya merasa sangat beruntung karena bertemu dengan Hyunjin di hidupnya yang sepi dan menyedihkan.

Ia terdiam, memperhatikan lamat-lamat matahari yang mulai terbenam di depannya. Hampir membawa kegelapan di langit sore yang masih berwarna jingga keemasan.

Long For You [Hyunlix Ft Jeongin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang