.
.
.
Kejadian itu terjadi begitu cepat, sesaat setelahnya Hyunjin mendorong tubuhnya hingga tersungkur ke belakang semuanya pun terlihat jelas di depan matanya.
Bagaimana mobil itu menghantam tubuh Hyunjin yang sontak terpental dan membentur pinggir trotoar jalan.
Semua itu ia lihat dengan mata kepalanya sendiri.
Hyunjin menyelamatkan nyawanya tapi, tidak dengan nyawanya sendiri. Seketika ia bangkit disusul air matanya yang luruh.
Jeongin menjerit keras sembari menerjang kerumunan orang yang menghalangi jalannya. Ia menangis kencang, mendekap Hyunjin yang tak sadarkan diri dengan darah yang mengucur deras.
"Sunbae bangun!" serunya, berlinang air mata. Ia memeluk Hyunjin erat tak peduli dengan tangan dan pakaiannya yang dipenuhi noda darah.
Dari kejauhan terdengar suara ambulans yang mendekat, "Kau harus bertahan Sunbae, semuanya akan baik-baik saja." ucapnya sebelum paramedis tergesa-gesa membawa tubuh Hyunjin masuk ke dalam mobil ambulans.
"Jeongin!" Chan meneriakinya, membuat dirinya yang masih shock lekas menoleh dan tanpa menunggu waktu lama ia segera masuk ke dalam mobil yang dikendarai kakaknya.
..
.
"Semua ini salahku, semua ini salahku," Jeongin terus meracau sambil mondar-mandir di depan ruang operasi.
Sudah 3 jam berlalu namun pintu tersebut tak kunjung terbuka membuatnya semakin kalut seiring detik yang terlewat begitu saja.
"Harusnya aku tidak ceroboh seperti itu," sesalnya. Matanya sembab akibat terlalu banyak menangis, sedang tubuhnya tremor luar biasa.
Darah Hyunjin masih menempel di telapak tangannya, begitu pekat dengan aroma yang menyengat.
Chan menenangkannya, mengatakan jika kecelakaan itu bukan salahnya.
"Tenangkan dirimu," ucap Chan selagi mengusap lembut bahunya yang bergetar. Sebenarnya ia sendiri juga tak tenang, menunggu akan sesuatu yang rasanya seakan-akan mencekiknya kuat-kuat.
Acara pameran seni Jeongin pun terpaksa ia tunda atas permintaan adiknya yang tak mau beranjak dari rumah sakit sejak mereka tiba.
Sampai akhirnya lampu operasi mati lalu pintu terbuka. Dengan cepat Jeongin menghampiri Minho yang baru saja keluar, ada raut wajah lelah juga murung yang ia lihat.
"Sunbae baik-baik saja kan?!" Jeongin lekas mengajukan pertanyaan, ia bahkan menggenggam lengan Minho erat dengan suasana hati yang bercampur aduk.
Minho menghela napas, ia memandang Jeongin yang menatapnya penuh harap.
"Dia sempat kritis akibat benturan keras di kepalanya yang cukup fatal. Sulit untuk menghentikan pendarahannya tapi syukurlah dia dibawa kemari dengan segera, sehingga kami bisa memberinya penanganan yang tepat. Telat sedikit saja, mungkin dia akan kehilangan nyawa," jelas Minho, ia menyeka keringat yang membasahi wajahnya.
Bibirnya tersenyum tipis, "Tidak apa, dia berhasil melewati masa kritisnya. Tidak lama lagi dia akan siuman dan dipindahkan ke ruang rawat inap namun, ada satu kondisi yang agak berat ku sampaikan ...."
"Apa?! Katakan padaku Hyung!" desak Jeongin yang seketika Chan tarik menjauh sebelum adiknya makin kalap mendengar hal buruk itu.
"Katakan padaku!" Ia meraung, mencoba melepaskan dirinya dari Chan.
"Nanti aku akan menjelaskannya begitu dia sadar." Namun Minho enggan memberitahunya, dokter itu melenggang pergi meninggalkan Jeongin yang langsung terduduk di lantai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Long For You [Hyunlix Ft Jeongin]
RomanceNiat untuk mengembangkan kemampuan melukisnya yang masih terbilang pemula nyatanya gagal total, kala Jeongin malah berakhir jatuh cinta pada Hyunjin. Seorang seniman terkenal yang bersedia untuk mengajarinya cara melukis yang benar. Jeongin mencinta...