.
.
.
"Apa kau tidak merasa kehilangan? Apa sebagian dari dirimu tidak merasakan ada sesuatu yang hilang?" Hyunjin mencecarnya dengan pertanyaan yang sangat ia pahami.
Matanya tersirat rasa kecewa dan juga cinta, ia beranikan dirinya untuk menatap ke dalam mata Hyunjin langsung.
"Dulu saat aku kira aku belum sepenuhnya jatuh cinta ... aku pikir hal itu tidak mungkin ku lakukan, namun seiring waktu berjalan semuanya nampak jelas ... i love you, i thought but, i didn't say it. Aku menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkannya," jelas Jeongin. Ia tak mengalihkan pandangannya pada Hyunjin yang setia menatapnya penuh tanda tanya.
"Lalu sekarang, kau mengira jika aku baik-baik saja? Tentu tidak Sunbae, tapi apa boleh buat, aku tak pantas menaruh rasa cemburu ... kau bukan milikku, aku takut sekali kehilanganmu disaat akupun bukan siapa-siapa bagimu."
Ada helaan napas panjang yang Hyunjin keluarkan, hatinya terenyuh mendengar ucapan tulus Jeongin.
"Even if we can't be together in the end ... aku tetap bahagia sebab kau pernah jadi bagian dari hatiku,"
Hyunjin bisa melihat betapa kerasnya pemuda itu menahan agar terlihat tegar, namun sorot mata itu tak dapat membohonginya.
Ia tau Jeongin ingin menangis sekarang. Kedua mata itu berkaca-kaca, dengan hembusan napas yang memberat.
"Sudah kucoba Jeongin. Dulu, aku sempat berpikir untuk mencoba mencintaimu, tapi aku tak bisa. Sekeras apapun aku berusaha menaruh hati padamu, pada akhirnya hatiku tetap berdetak untuknya, aku akan kembali pulang padanya,"
Sontak Jeongin menunduk dalam, ia meremas kuat pahanya. Setetes air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan lagi.
"Kuharap kau mengerti Jeongin,"
Ia mendongak, bibirnya bergetar namun ia paksa untuk tersenyum cerah. "A-aku mengerti, Sunbae. Semoga kalian selalu bahagia."
"Kau juga, carilah kebahagiaan mu. Cari orang yang jauh lebih baik daripada aku yang hanya mampu menyakitimu."
Mendengar hal itu membuat Jeongin mengangguk lemah, ia masih tersenyum meskipun hatinya berdentam secara menyakitkan. Dengan cepat ia berdiri, menoleh keluar sekilas.
"Selamat tinggal Sunbae, ini ucapan perpisahan ku untuk kita. Mungkin saat nanti kita bertemu lagi, aku tidak memiliki perasaan yang sama." ucapnya sangat tulus.
Dengan kasar ia mengusap pipinya yang basah, kakinya terasa berat untuk melangkah. Dalak benak tersirat Hyunjin akan menahannya namun, ia terlalu delusi. Pria itu membiarkan dirinya pergi tanpa sepatah kata.
Cepat-cepat ia melenggang pergi, berlari menjauh guna mencari tempat untuk sekedar menumpahkan air matanya yang tergenang kini.
Hyunjin sendiri masih diam di tempatnya, ia menelan ludahnya gugup, kepalanya ragu-ragu terarah pada Jeongin yang tak lagi terlihat oleh mata.
Lantas ia menghembuskan napas panjang yang lewat bibirnya yang kedinginan, cokelat panas milik Jeongin masih mengepul dengan aroma yang menguar ke udara.
"Ini yang terbaik untuk kita Jeongin. Aku senang karena kau mengerti," gumamnya sebelum bangkit dan bergegas keluar untuk menjemput Felix di rumah sakit.
Dalam perjalanan ia mengukir senyum tipis, memandangi suasana kota yang nampak cantik akibat banyaknya gedung-gedung yang dihias dengan pernak-pernik khas Natal.
Baik itu toko, mall, tempat makan hingga beberapa papan reklame yang menunjukkan sebuah ucapan selamat hari Natal dan tahun baru.
Seketika Hyunjin teringat akan sesuatu, ia memutuskan untuk mampir ke pusat perbelanjaan, ingin membeli kado yang nantinya akan ia berikan pada Felix di malam Natal.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long For You [Hyunlix Ft Jeongin]
RomanceNiat untuk mengembangkan kemampuan melukisnya yang masih terbilang pemula nyatanya gagal total, kala Jeongin malah berakhir jatuh cinta pada Hyunjin. Seorang seniman terkenal yang bersedia untuk mengajarinya cara melukis yang benar. Jeongin mencinta...