07: the night we met

161 27 4
                                    

.

.

.

Flashback 7 years ago.

Sydney Australia.

Angin kencang berhembus, salju turun di malam pertama musim dingin. Dalam gereja yang tengah sepi itu seorang pemuda tengah duduk di bangku paling depan seraya menyatukan kedua tangannya di depan dada.

"Tuhan, aku mohon mudahkanlah jalanku, mudahkanlah usahaku. Aku hanya ingin kau membantuku di sini, di kota asing yang baru ku singgahi ... Aamiin," Hyunjin mengeratkan kedua tangannya di depan dada seraya memejamkan mata erat.

Ia menunduk dalam, menyampaikan banyak keinginan pada yang kuasa agar melancarkan segala urusannya.

Matanya perlahan terbuka, menatap lekat patung Yesus di atas altar. Lilin-lilin di gereja itu menyala terang meskipun sesekali hembusan angin menerpa.

Malam kian larut dan hawa di sekeliling semakin turun, sekarang memasuki akhir tahun dimana Natal hampir tiba sedangkan salju tak berhenti untuk terus menyelimuti seluruh kota.

Pandangannya mengedar, tak menemukan siapapun kecuali dirinya sendiri di sana. Ia hendak bangkit sebelum suara pintu gereja yang dibuka disusul langkah kaki yang mendekat sukses membuatnya urung untuk pergi.

Sengaja ia tundukkan kepalanya, berpura-pura berdoa hanya agar dirinya melihat siapakah yang datang.

Dari ekor matanya dapat ia seorang pemuda yang duduk tepat pada kursi lain yang kebetulan berada di barisan yang sama dengannya.

Sepasang kaos tangan dan surai hitam kelam yang dipenuhi oleh salju menjadi hal pertama yang Hyunjin tangkap. Ia terdiam mengamati pemuda itu yang tampak serius sekali.

Tak mau mengganggu, ia pun perlahan bangkit dan melangkahkan kakinya keluar dari gereja. Langkahnya memecah hening di sana namun sebisa mungkin ia memelankan pijakan sepatunya.

Dan begitu sampai di luar gereja Hyunjin menatap tak percaya pada tebalnya salju yang harus ia lewati untuk pulang ke flat miliknya.

Ia memeluk tubuhnya sendiri guna menghalau hawa dingin, nyatanya jaket tebal yang ia kenakan tetap tak mampu melawan suhu dingin yang menusuk hingga ke tulang.

Lama termenung Hyunjin lantas terperanjat ketika mendengar suara pintu gereja yang dibuka, membuatnya reflek menoleh dan mendapati pemuda tadi baru saja keluar dari sana.

Langsung saja ia alihkan pandangannya, menunduk dan memilih untuk melihat sepatu miliknya karena sungguh pemuda yang kini berada di sebelahnya berhasil membuatnya kagum.

Bahkan ia tak dapat mengontrol debar jantungnya yang tiba-tiba meningkat pesat. Ragu-ragu ia melirik dan dirinya sedikit terkejut begitu melihat jika buku tangan itu terluka.

"Kau tidak apa?" Akhirnya ia putuskan untuk bertanya dan yang ia dapati adalah senyum tipis yang pemuda itu tunjukkan.

"Ahhh, kau melihatnya ya?" Ada jeda sebentar, senyumnya memudar setelahnya. "Tidak apa, ini bukan sebuah masalah," sahutnya.

Hyunjin mengangguk paham, ia lagi-lagi menyadari jikalau pemuda di sampingnya tengah menggigil kedinginan.

Tanpa pikir panjang ia lepas jaket miliknya sebelum menyerahkannya pada sosok itu, "Pakai, di sini dingin nanti kau sakit." ungkapnya begitu ramah.

"Benarkah? Terimakasih-"

"Hyunjin," Ia tersenyum usai mengatakan namanya.

Ada binar di mata itu yang kemudian dengan kaku meraih jaketnya dan memakainya. "Hyunjin? Kau ... orang Korea? Senang bertemu denganmu, aku Felix."

Long For You [Hyunlix Ft Jeongin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang