20: can i be him?

149 26 14
                                    

.

.

.

"Haruskah kita menonton film terlebih dahulu?"

"Ada film yang kau suka?"

"Aku suka film horor,"

"Selera kita sama!"

Jeongin mengukir senyum saat dirinya mendengar kembali suara Hyunjin yang pernah ia rekam waktu mereka berdua sempat jalan-jalan bersama.

Ingin sekali ia mengulang hari itu namun, sepertinya terlalu tidak mungkin sekarang untuk melakukannya.

Sudah sore dan ia masih setia menunggu kedatangan Felix juga Hyunjin kemari. Bahkan Changbin memutuskan untuk pulang setelah mereka berbincang cukup lama.

Dan sepertinya ia suka berbicara dengan Changbin karena, mereka punya banyak kesamaan. Mulai dari genre film, musik dan makanan favorit, juga jangan lupakan bila keduanya mempunyai luka yang serupa.

Changbin bahkan mengajaknya untuk bertemu di lain waktu dan Jeongin tanpa menunggu lama segera mengangguk setuju.

Setelah mengetahui usia Changbin yang sangat jauh dengannya. Membuat Jeongin merasa harus memanggil pria itu dengan sebutan lainnya.

Seperti ahjussi mungkin?

Sekarang tinggal ia sendiri, menikmati hembusan angin yang menerpa. Terasa menyejukkan dan menenangkan dirinya yang agak kacau usai kecelakaan yang menimpa Hyunjin.

Semua itu salahnya jadi, ia tak berhak untuk marah karena Hyunjin akhirnya kembali pada Felix.

Karena kesalahannya ia harus merelakan orang yang dicintainya.

Langit senja menemaninya, membawa keindahan yang memanjakan mata. Pun demikian dengan riak air di depan sana, nampak tenang meski sesekali bergoyang.

Daun-daun berguguran, memenuhi jalanan dengan warna yang beragam. Entah itu kuning, hijau, maupun coklat.

Sebentar lagi musim dingin tiba dan kelihatannya Jeongin akan lebih giat mengunjungi gereja untuk meminta sesuatu pada Tuhan.

Hitung-hitung sebagai pelarian diri dari penatnya kehidupan.

"Kau bilang mau ke pantai? Kenapa malah kesini?" Hyunjin menggerutu begitu Felix menarik tangannya, menuju ke taman asri dimana Jeongin sudah ada di sana.

Felix memutuskan untuk membuang egonya jauh-jauh. Tidak seharusnya ia egois seperti ini, kasian Jeongin. Pemuda itu juga punya peran penting dalam hidup Hyunjin.

Soal perasaan, ia serahkan pada Hyunjin saja. Karena ia sangat yakin jika sang kekasih masih tetaplah sama.

"Ish berisik! Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu," balas Felix. Ia masih asik menggeret Hyunjin agar berjalan lebih cepat.

"Jeong, maaf aku terlambat." celetuknya, membuat si pemuda yang awalnya hanya duduk sendirian mulai mendongak dan tersenyum tipis.

"Tidak apa,"

Ia bangkit dan matanya tak sengaja bertatapan dengan Hyunjin yang membuatnya terkesiap dan lekas mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Jeongin?" Hyunjin bergumam. Ia memandang Felix yang kembali menarik lengannya ke suatu tempat.

Untuk sesaat ia memperhatikan punggung pemuda itu dari belakang.

Begitu familiar sehingga membuat dirinya merasa harus mengingat sesuatu tentang pemuda tersebut.

"Hyun-ie, ayo kita melukis! Bukankah pemandangan di sini indah?" celetuk Felix dengan cepat.

Kini mereka bertiga berada di sisi lain dari taman, tepatnya di hadapan danau dan dibawah pohon yang rindang. Ada dua kanvas kosong lengkap dengan meja kecil yang terdapat banyak alat lukis seperti kuas kecil dan cat air.

Long For You [Hyunlix Ft Jeongin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang