23: sorry ... i love you

118 25 9
                                    

.

.

.

"Hyunjin! Kau bercanda?!"

Felix berlari keluar dari mobil dengan raut wajah terperangah tak percaya. Di depannya sebuah rumah yang terbuat dari kayu dengan dua cerobong asap itu nampak sempurna.

Rumah yang terlihat nyaman tersebut dikelilingi oleh beberapa pohon-pohon yang tidak terlalu tinggi. Seluruh atapnya diselimuti oleh salju.

Tak ada rumah lainnya, hanya rumah ini saja yang berdiri kokoh di tengah-tengah hutan. Sebab butuh waktu sekitar 15 menit untuk ke pusat kota.

Tapi tidak apa, sungguh semua ini sangatlah sempurna.

Ada tiga tangga menuju pintu utama, dengan bebatuan yang menjadi dinding di bagian bawahnya.

Lalu secara tiba-tiba Hyunjin bergegas, menggendong tubuhnya dengan kedua tangan dan memutarnya di udara beberapa kali.

Ia tertawa sembari mengeratkan pelukannya di leher Hyunjin yang juga tersenyum ke arahnya.

"Kau suka?" tanya Hyunjin kemudian mulai melangkahkan kaki menuju rumah baru mereka.

Felix mengangguk antusias, ia tak sabar untuk segera masuk ke dalam. Kenop pintu dibuka dan lagi-lagi ia berdecak kagum melihat semua furnitur yang ada.

Bibirnya sedikit terbuka, ia kehabisan kata-kata untuk mendeskripsikan tentang perasaannya kini.

Begitu masuk keduanya langsung disuguhkan dengan suasana ruang tamu dan dapur yang menjadi satu, lengkap dengan perapian dan oh! Jangan lupakan pohon pinus yang belum dihias di sampingnya.

Di bagian dapur terdapat banyak furnitur seperti, kitchen set, kitchen cabinet, bar table dan storage ware.

Dikarenakan rumah itu punya dua lantai. Jadi, ada tangga agak panjang menuju lantai atas. Dan hal menakjubkan lainnya adalah, tepat dibawah tangga kayu itu terdapat rak-rak mini berisi buku, juga sofa empuk yang dilengkapi bantal dengan lentera yang terkesan memberikan warna hangat.

"Mau menghiasnya bersama? Natal sudah tinggal menghitung hari," ajak Hyunjin yang langsung ia angguki.

"Kau mau lihat kamar kita?"

Lagi dan lagi Felix mengangguk, ia membiarkan Hyunjin membawanya ke dalam ruangan yang pintunya terbuka lebar.

Sama seperti dugaannya, di dalam sana nampak tenang dan nyaman tentunya. Dua bingkai jendela berada di sisi ranjang, ada layar televisi yang tergantung tepat di atas perapian.

Sofa panjang dengan laci kecil dengan lampu tidur. Sempurna. Ia bisa merasakan kehangatan di rumah ini nantinya.

"Kupikir kamar kita ada di lantai atas," celetuknya begitu menyadari jika Hyunjin tak menaiki tangga yang ada.

"Ah, aku putuskan untuk menjadikan lantai atas sebagai kamar mandi dan ruang untuk bersantai saja."

Ia mengangguk paham mendengar jawaban itu. Sorot matanya berubah, antara sedih dan terharu tentunya.

"Hyunjin, aku tak tau harus bagaimana cara mengungkapkan rasa terimakasih ku padamu. Semua ini benar-benar membuatku merasa bahagia," ungkapnya tulus.

"Kenapa harus berterimakasih? Ini belum seberapa, for you my lovely wife."

Semburat merah menjalar di pipinya. Ia bersemu malu tatkala Hyunjin menyebutnya begitu.

Felix menyembunyikan wajahnya di dada bidang itu, tak mau Hyunjin melihatnya yang tengah merona.

Long For You [Hyunlix Ft Jeongin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang