epilog: about love

462 37 27
                                    

.

.

.

One year later.

Gedung pameran itu nampak ramai oleh pengunjung yang datang silih berganti. Mereka saling berdesakan untuk melihat karya terbaru dari si pelukis muda yang namanya sudah terkenal dimana-mana.

Yang Jeongin.

Lukisan terbarunya yang ia beri tajuk true love, itu sukses membuat banyak orang terpana sekaligus takjub melihatnya.

Sejak perilisannya, ada banyak sekali yang menaruh minat pada lukisan bergambar dua orang di atas salju yang saling berpelukan.

"Tuan Yang! Berapa harga yang anda pasang untuk lukisan ini?!"

Sebuah pertanyaan yang berulang kali didengarnya kembali dilontarkan oleh seorang reporter yang sedari tadi sibuk menanyainya tentang banyak hal.

Sontak pertanyaan itu memancing riuh dari pengunjung lainnya, nampaknya mereka juga penasaran akan jawabannya.

Jeongin menghela napas, ia berdiri tepat di depan lukisan terbaru miliknya yang terus disorot oleh kamera.

"Untuk lukisan ini. Maafkan aku, aku tidak menjualnya," sahutnya dengan tegas. Membuat desahan kecewa keluar dari orang-orang yang sudah berharap akan memajang lukisan tersebut di rumah.

Ia maju selangkah, "Ah satu hal lagi. Pamerannya akan segera ditutup beberapa menit lagi. Silahkan datang besok," tukasnya lalu melenggang pergi dari sana secepatnya.

Langkahnya semakin cepat, dan ia bergegas masuk ke dalam mobil yang terparkir tepat di depan gedung dengan seseorang yang telah menunggu.

"Bagaimana pamerannya sayang?"

Jeongin menghembuskan napas kasar, ia menyandarkan punggungnya pada kursi sebelum tersenyum lebar.

"Cukup melelahkan, mereka banyak sekali pertanyaan." balasnya, senyumnya merekah saat ia rasakan tangannya di genggam lembut seiring dengan mobil yang berjalan.

"Tapi, aku puas. Akhirnya impianku terwujud, semua ini dapat ku raih ... berkatmu."

Terdengar suara tawa setelahnya, "Kau ini bicara apa? Semua itu kau dapatkan karena usahamu sendiri-"

"Tidak juga. Setelah kepergian Sunbae, aku hilang akal. Kewarasanku pergi dan kupikir Chan Hyung akan memasukkan ku ke dalam rumah sakit jiwa, tapi kau selalu ada di sisiku, tak peduli meskipun semua orang menyebutku gila waktu itu ..." Jeda sesaat, suaranya mulai bergetar. "Terimakasih, ahjussi."

Changbin terdiam, ia menelan ludahnya kasar sebelum seutas senyum paksa ia tunjukkan. "Mau mengunjungi mereka?" tawarnya pada sang kekasih yang langsung mengangguk.

"Tentu, tapi kita harus mampir ke toko bunga terlebih dahulu."

Ya, akhirnya Jeongin perlahan mulai berdamai dengan dirinya sendiri setelah hampir setengah bulan merasakan jiwanya hancur.

Kematian Hyunjin sangat membuatnya terpukul. Bahkan ia sempat melakukan aksi nekad untuk mengakhiri hidupnya saking depresinya.

Namun, di waktu terpuruk seperti itu, Changbin dengan setia menemani dirinya, memaksa ia untuk mengikhlaskan kepergian Hyunjin sebab semua itu sudah jadi takdir.

Ia masih ingat bagaimana jeritan Minho terdengar tatkala melihat adiknya yang sudah tak bernyawa berada dalam dekapan Hyunjin. Saat keduanya berniat untuk datang berkunjung kala itu.

Ingatannya masihlah menyimpan memori menyakitkan dan paling buruk dalam hidupnya tersebut.

Bahkan Jeongin masih dengan jelas mengingat semua penjelasan dokter yang menyatakan jika Hyunjin sudah terlalu lambat untuk diselamatkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Long For You [Hyunlix Ft Jeongin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang