24

362 49 7
                                    

pagi yang cerah dan matahari yang terik, membuat Aran yang sedang terbaring terbangun dari tidurnya.

Aran perlahan membuka matanya dan langsung bangun begitu saja, meskipun saat bangun ia merasa kesakitan tapi Aran bisa menahannya.

cklek!

pintu terbuka terlihat Abbas berjalan ke arah Aran dan duduk di sisi ranjang nya.

"bagaimana keadaan mu?" tanya Abbas melihat Aran yang sedang tengah duduk.

"sedikit sakit" jawab Aran seadanya sambil menatap Abbas.

"selamat! kita sudah berhasil meringkus para teroris yang ada di sekolahan, dan.. semua siswa selamat" ucap Abbas bangga dengan Aran yang berhasil menyelamatkan orang orang.

"sungguh? tidak ada yang terluka kan?" tanya Aran untuk mengetahui keadaan setelah ia pingsan.

"siswa, siswi dan guru tidak ada yang terluka, hanya... komandan grefancio saja" jawab Abbas.

"oh.. bagaimana keadaan komandan saat ini?" tanya Aran.

"dia baik baik saja" jawab Abbas seadanya

"jadi... apa yang akan atasan lakukan untuk mereka bertiga?" tanya aran ragu setelah nya ia membuang muka dan menatap lurus ke depan.

"untuk.. ghafi dia akan di kuburkan langsung tanpa ada penghormatan, untuk.. afran... dia di pecat dan di penjara selama entah kapan, dan untuk.. James dia di hukum cambuk dan di pecat" jawab Abbas dengan ragu ragu.

Aran yang mendengar jawaban Abbas hanya diam saja, ia tak tau harus menanggapi bagaimana, disisi lain Aran kasihan tapi merekalah yang memulai.

"untuk keluarga afran.. dia berekasi seperti apa?" tanya Aran sambil menggigit bagian dalam bawah bibirnya.

"mereka sudah tidak peduli lagi, dan.. juga mereka secara terbuka membuang afran" jawab Abbas lalu ia menghela nafas panjang nya.

"sungguh hina" gumam Aran membenci keluarga nya itu.

"ekhem! aku lihat kamu sudah tahap pemulihan.. semoga kamu cepat sembuh dan bisa kembali seperti biasa" ucap Abbas yang ingin memecahkan keheningan yang akan datang.

"kalau begitu aku permisi dulu, ada banyak urusan" lanjut Abbas lalu Aran pun menoleh ke Abbas dan mengangguk.

lalu Abbas pun pergi, tak lupa ia membawa buah tangan yang tadi ia letakkan di nakas.

kamar rawat Aran pun kembali sepi, tapi sebenarnya ia juga fine fine aja dengan keadaan ini.

***

keesokan harinya Aran sudah bisa untuk beraktifitas, tapi bukan yang berat melainkan yang ringan saja.

hari ini Aran ingin malas malasan saja, contoh nya menonton televisi sambil rebahan.

tok! tok! tok!

suara ketukan pintu membuat Aran menoleh ke sumber suara, ia heran siapa yang mengunjungi nya lagi?

"masuk!" teriak Aran dari dalam, karena sudah di izinkan orang tersebut pun membuka pintu dan masuk, tak lupa menutup kembali pintunya.

"Zee!?" ucap terkejut Aran ketika tau orang tersebut adalah Zee.

sedangkan Zee hanya tersenyum dan mendekat ke arah ranjang Aran, lalu duduk di samping ranjang nya.

"maaf ya telat ngejenguk nya" ucap Zee merasa bersalah.

"gak papa, lagian aku tau pasti nanti nya kamu ngejenguk aku kok" ucap Aran sambil tersenyum.

"gimana keadaan kamu?" tanya Zee ke Aran.

"baik, kalo kamu gimana?" tanya Aran ke Zee.

"baik baik aja kok" jawab Zee

"komandan?" tanya Aran penasaran.

"papa aku baik baik aja, besok udah boleh pulang" jawab Zee dan Aran pun mengangguk mengerti.

"oh iya! ini kue buat kamu" ucap Zee sambil memberikan kue cokelat untuk Aran.

"gak usah repot repot Zee" ucap Aran agak memprotes Azizi ini, sedangkan Zee tidak mendengar kan ucapan Aran, lalu ia memilih untuk menaruh nya di nakas.

"sakit gak tangan satunya?" tanya Zee saat melihat tangan Aran di perban.

"yang kanan sakit, yang kiri enggak" jawab Aran apa adanya.

"mau di suapin?" tanya Zee, Aran pun mengangguk kapan lagi kan di suapin.

Zee pun membuka bawaan nya tadi, dan ia mengambil salah satu item dan menyuapkan nya ke Aran.

dengan senang hati Aran menerima suapan itu, menurut Aran rasa kuenya manis dan sangat manis karena suapan dari Zee.

"manis gak?" tanya Zee ke Aran yang sedang menikmati rasa dari kue nya tersebut.

"manis" jawab Aran sambil mengangguk, entah dari mana ide muncul di kepala Zee.

"boleh coba?" tanya Zee membuat Aran heran.

"boleh" jawab Aran karena tidak mau memikirkan dengan dalam.

perlahan tapi pasti, Zee mendekatkan tubuhnya ke tubuh Aran dan mendekatkan bibirnya ke bibir Aran.

Aran yang melihat perlakuan Zee seperti itu, jujur ia hanya bisa diam dan ngefreze, disisi lain mau tapi di sisi lain itu tidak boleh.

cup!

karena memikirkan terlalu lama, Aran pun tidak sadar jika ia sudah di cium oleh Zee.

perlahan Zee mulai memasukkan lidahnya ke mulut Aran, dan mulai melumat dan beradu dengan lidah Aran.

Aran hanya bisa diam dan menerima, lagian jika bisa jujur Aran ingin seperti ini.

di awal memang Zee mendominasi, tapi detik berikutnya Aran lah yang mendominasi, sehingga tercipta hawa panas dan nafsu untuk mereka.

beberapa menit kemudian, Zee memukul pelan bahu Aran menandakan dia sudah hampir kehabisan nafas, Aran pun perlahan melepaskan ciuman itu.

mereka saling mengambil nafas banyak banyak, dan saling menatap satu sama lain dengan wajah sayu.

"manis banget tadi" ucap Zee sambil terkekeh.

"iya manis, tapi.... manisan bibir kamu" ucap Aran sambil ia menyentuh bibir Zee dengan tangan kirinya.

"kenapa? mau lagi?" tanya Zee sambil menatap Aran.

"boleh emang?" tanya Aran balik sambil masih fokus ke bibir Zee.

"tentu" jawab Zee sambil tersenyum manis.

"sini naik dulu, biar aku bisa puas nyium kamu" ucap Aran lalu ia menepuk bagian ranjang yang kosong di sebelah kanannya.

Zee pun menurut, ia berjalan ke arah yang di tepuk oleh Aran, dan Zee pun naik ke ranjang Aran, lalu mereka mulai menatap satu sama lain.

karena tidak mau berlama lama, Aran pun langsung menyambar bibir manis Zee dan langsung melumat nya dan mendominasi nya.

Zee yang di perlakukan seperti itu hanya pasrah saja, lagian Zee juga suka.

TBC.


Ochrance  (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang