CH 3

129 18 0
                                    

Alisnya menukik tajam, kedua bola matanya serasa akan lepas dari tempatnya, mulutnya ternganga lebar, sesekali kepalanya tergeleng heran, tapi tak menghentikan jarinya terus-terusan membuka link berita di layar ponselnya.

"sial!"

Minho baru paham sepertinya takkan mudah berhadapan dengan Felix, aktor yang saat ini sedang menjalani syuting di mana Minho bekerja sebagai salah satu kru filmnya. Setidaknya dari sepuluh berita tentang Felix yang sudah Minho baca selama setengah jam ini saat istirahat makan siang.

Sembari menyesap es kopinya, Minho membaca ulang setiap baris kalimat berita, "Felix, terciduk sedang makan malam dengan aktor X, Felix dirumorkan mempunyai hubungan dengan lawan mainnya di serial Y, Mengenal lebih dekat aktor flamboyan, Lee Felix.."

Tiba-tiba bulu kuduknya meremang, sekujur tubuhnya menggigil ngeri mengingat bagaimana nekatnya Felix mencium dirinya beberapa hari yang lalu. Pantas saja, seluruh pemberitaan di media terkait Felix berkesimpulan bahwa memang dia seorang player, menjalin hubungan berganti-ganti, sering digosipkan pula.

Minho menghela nafasnya pelan, menyandarkan kepalanya di dinding. Meratapi kondisinya saat ini. Syuting masih akan berjalan hingga 3 bulan ke depan, kontraknya juga masih lama. Itu artinya Minho akan sering bertemu dengan Felix untuk waktu yang cukup lama. Ia sebenarnya tak habis pikir, kenapa dirinya dikejar-kejar? Kenapa tiba-tiba Felix menciumnya?

Bukannya Minho tidak tertarik, siapa yang akan bisa menyangkal pesona Felix? Sejak hari pertama syuting, saat perkenalan, kedua manik Minho sudah terpaku pada pesona lelaki blonde itu. Bagaimana wajah tampan sekaligus cantik bak malaikat dengan bintik-bintik bagai bintang, senyumannya, tubuhnya yang ramping, kulit halus dan putihnya, dan suara beratnya yang melengkapi kesempurnaan seorang Felix.

Semua keindahan Felix itu segera Minho tepis, ia langsung teringat tujuannya berada di sini, bekerja dengan giat demi mengumpulkan uang untuk pengobatan neneknya yang terkena kanker. Pembiayaan rumah sakit serta obat-obatan yang tak murah memaksa Minho harus mengambil kerja part time sebanyak-banyaknya. Beruntung salah satu rekannya menawarkan pekerjaan sebagai kru film, yang langsung Minho setujui tanpa mengetahui dulu latar belakangnya.

"sadarlah Lee Minho! tak ada waktu untuk bermain-main, fokus-fokus" Minho menepuk-nepuk kedua pipinya, berusaha menyadarkan diri sendiri. "kalau bertemu dia lagi abaikan saja" sugesti Minho pada diri sendiri.

Jam istirahat 10 menit lagi selesai, Minho memutuskan untuk keluar ruangan kru dan berjalan kehalaman belakang gedung, menyesap satu batang rokok sebelum bekerja sepertinya menyenangkan, pikirnya sebelum langkah kaki Minho terhenyak berhenti, Minho terpaku di tempatnya saat rokok dalam jepitan jemarinya yang belum sempat dinyalakan diambil pelan lalu dibuang jauh-jauh dari pandangan matanya.

"Aku tidak suka rasa nikotin di ciuman kita Hyung"

Minho segera tersadar saat suara berat Felix menyapa pendengarannya, ia menghela nafas panjang, mengumpulkan keberanian untuk menatap lurus kedua manik coklat Felix yang diterpa terik matahari. 'Sial sial' Minho merutuki dirinya sendiri yang hanya mampu bertahan 5 detik saja menatap mata dan wajah Felix, tapi ia tak boleh kalah, mari coba lagi Minho, kali ini harus berani.

Felix tersenyum kecil, menunggu apa yang akan Minho lakukan selanjutnya.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan Felix-ssi?" tanya Minho pelan

"Aku hanya ingin kenal dekat denganmu Hyung, apa kau tidak mau?"

Minho memejamkan kedua matanya rapat, mendapati jawaban Felix dengan ekspresi sedih yang Minho tahu itu hanyalah tipuan, tapi tetap saja Minho rasa jantung dan hatinya seperti terkena serangan mendadak.

"Aku bukan siapa-siapa Felix-ssi, apakah tidak salah? Untuk apa kita dekat?"

Felix tertawa pelan, memajukan dirinya dengan tiga langkah panjang, yang membuat tubuh Minho semakin menegang tegak saat tersadar jarak mereka kurang dari 1 meter saja.

"Aku juga ingin mengucapkan terima kasih, karena Hyung, aku sukses menyelesaikan syutingku kemarin"

Minho mengeryit bingung

"Saat melihat Hyung, jujur saja aku tertarik. Apalagi saat kita bercium--"

"TIDAKK! kau yang memaksaku Felix-ssi" potong Minho cepat, wajahnya seketika memerah

Felix terkekeh lagi "iya iya Hyung, tapi kau suka kan? Aku tidak menyangka bibirmu sangat manis, dan terasa pas sekali dengan bibirku. Kau tau? Saat adegan dengan Changbin, aku sembari membayangkan melakukannya itu dengan mu, Hyung"

Minho melotot, wajahnya memerah padam bagaikan kepiting rebus dengan kepulan asap tebal, bagaimana bisa Felix begitu frontal padanya?

"K-kau tidak normal Felix-ssi" lirih Minho sembari segera menjauhkan dirinya dari Felix, berjalan cepat masuk ke gedung.

Sementara Felix hanya memandangi Minho yang semakin menjauh, tertawa pelan, mengusap bibir dengan ibu jarinya, rasanya tak sabar untuk mendapatkan ciuman kedua.

TBC

Heaven [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang