CH 6

103 18 0
                                    

"kau punya baju ganti untukku Hyung?"

Minho memejamkan matanya sejenak. Tuhan apalagi ini?

Meletakkan cangkir yang baru saja ia cuci di wastafel kamar mandi, lalu beranjak memeriksa lemari bajunya. Menilik kaus apa yang sepertinya pantas ia pinjamkan kepada Felix.

"kau mau ini?" tanya Minho menunjukkan sebuah kemeja putih kebesaran miliknya, satu-satunya pakaian yang ia rasa masih pantas untuk dipakaikan Felix mengingat bagaimana modisnya Felix dengan segala sandang berlabel LV miliknya. Walaupun kemeja putih tanpa brand miliknya takkan bisa menandingi, tapi Minho menjaga sekali kemeja ini, kemeja pertama yang ia beli saat akan melakukan interview untuk kru syuting.

Felix mengangguk semangat, segera meraih kemeja itu dan bersiap membuka mantel serta baju dalamannya sebelum tangannya di tahan Minho

"k-kau bergantilah di kamar mandi Felix-ssi" larang Minho dengan wajah yang sedikit memerah

Felix terkikik geli, membatalkan niatnya dan berjalan ke kamar mandi dengan menenteng kemeja milik Minho. Segera setelah pintu kamar mandi tertutup rapat, Minho merobohkan dirinya di sofa, berusaha menenangkan debaran gugup di jantungnya. Untuk apa ia gugup? Minho tak habis fikir. Mengusap wajahnya kasar dengan kedua tangannya, Minho rasa ia bisa gila lama-lama, belum genap 1 jam Felix berada di flatnya ia sudah seperti ini, sementara malam masih panjang Lee Minho.

Sementara Felix menggantungkan mantel dan kaus dalamnya di dinding kamar mandi milik Minho. Felix agak tercengang dengan kondisi kamar mandi awalnya, tidak ada bathup, hanya ada shower dan closet, ukurannya kecil, bahkan kandang kucingnya pun lebih luas. 

Felix memandangi dirinya di cermin, bertelanjang dada. Membenahi ikatan pada rambut blondenya yang sudah memanjang. Sepertinya ia butuh sedikit sentuhan salon, oke esok ia akan pergi ke salon langganannya dengan Minho. Felix memandangi kemeja putih di tangannya, menilik apakah ada brand di sana. Nihil. Jemarinya mengusap-usap fabric kemeja itu, lumayan lembut, Felix rasa kemeja ini punya harga. 

Tanpa sadar, kedua tangannya membawa kemeja putih itu untuk ia hirup aromanya, Felix memejamkan kedua matanya, menghirup dalam-dalam aroma yang tersembunyi dari kemeja itu. Wangi, wangi yang belum pernah Felix endus. Apakah wangi dari pengharum pakaian? Ataukah dari parfum? Ataukah wangi dari aroma tubuh Minho?

Felix tak ambil pusing, yang jelas sekarang ia menyukai wangi itu. Berkali-kali ia endus-endus, berlama-lama hidungnya menjelajahi setiap bagian dari kemeja itu. Aaah.. Felix sangat suka, bagaimana ini? 

"Felix-ssi, apa kau baik-baik saja di dalam?"

Felix terhenyak dari aktivitasnya, segera memakai kemeja itu cepat-cepat dan mengkancingkannya sembarang.

"ya aku baik-baik saja" 

Felix membasuh wajah letihnya dengan air dari wastafel, kemudian meraih mantel dan bajunya sendiri yang tergantung. Perlahan membuka pintu kamar mandi, kepalanya melongok keluar melihat sekitar. Minho sedang berdiri di dekat jendela, kemudian menoleh setelah mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka.

"ku kira kau pingsan di dalam Felix-ssi" Minho beranjak dari posisinya, mengambil alih mantel dan baju dalam Felix untuk ia simpan di lemari. Felix menyerahkan pakaiannya dan berjalan menuju ke sofa. Berdiri menunggu Minho yang sedang melipat mantelnya penuh dengan kehati-hatian.

"baiklah, sekarang ayo istirahat Felix-ssi, aku lelah seka--"

Oh Tuhan tolong tampar Minho sekarang juga.

"Fe-Felix-ssi, tolong kancingkan pakaianmu dengan benar" 

Felix yang berdiri dengan polos di depannya, dengan kemeja putih kebesaran miliknya, dengan bahu kanan yang terekspos, kerah kemeja melorot karena 3 kancing teratas tidak terpasang dengan benar dan apa-apan itu? Kemana kedua tangan mungil Felix yang seakan hilang ditelan oleh panjangnya kain lengan kemejanya?

TBC

Heaven [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang