CH 18

68 19 1
                                    

Suasana di dalam mobil yang dikendarai Bangchan dan Felix sepi tanpa percakapan apapun. Sudah 1 jam perjalanan keduanya tak ada yang membuka pembicaraan. Sejak Felix masuk dan mendudukkan dirinya di kursi penumpang belakang, si aktor itu hanya diam membuang pandangannya ke arah luar jendela mobil, sementara si manajer meliriknya sesekali lewat kaca kecil di depannya sambil tetap fokus menyetir.

"Ekhem.. Felix, kau berhutang penjelasan padaku setelah selesai meeting ini" akhirnya Bangchan mengumpulkan keberanian untuk membuka obrolan, ah tidak.. lebih tepatnya dengan sengaja mengingatkan Felix pada tragedi tadi malam. Felix hanya melirik pada Bangchan malas.

"Hey hentikan kebiasan bombastic side eyes mu itu" tegur Bangchan dari spion

"Iya iyaa.. jemput aku saat kutelfon" Felix mengibaskan tangan kirinya, memberi kode untuk tidak meneruskan topik pembicaraan ini lagi. Kebetulan mobil mereka sudah terparkir di gedung pertemuan. Dengan segera Felix turun meninggalkan manajernya yang masih ingin protes.

"Lixie"

Felix menoleh kebelakang, menunggu Hyunjin yang setengah berlari menyusulnya. Mereka berdua akhirnya berjalan beriringan di sepanjang koridor menuju ruang meeting.

TING

Lift berbunyi, segera keduanya masuk dan menekan tombol ke lantai 19. Felix masih tak bersuara. Menyandarkan tubuhnya pada dinding, mengamati pantulan dirinya di kaca pintu lift. Segera membenahi kerah kemejanya yang sedikit melorot kebawah, kemudian melirik Hyunjin yang ternyata menatapnya dari pantulan kaca di depan mereka.

"Apakah itu dari laki-laki tempo lalu?" Tanya Hyunjin tak melepaskan tatapannya dari pantulan diri Felix.

"Apa maksudmu?" Felix tetap terlihat tenang, meskipun jantungnya seperti dipompa paksa mendapatkan pertanyaan dari Hyunjin, seperti ia sedang berselingkuh saja.

Hyunjin tersenyum kecil, terlalu menggemaskan pikirnya. Dengan dagunya Hyunjin menunjuk tanda keunguan di tulang selangka Felix yang sempat terlihat tadi. Ia sudah mengamatinya sejak berjalan beriringan dengan Felix.

Felix menghela nafas pasrah, ya tidak ada yang bisa ia lakukan selain mengaku. Mengangguk sekali, kemudian tangannya tak lagi berusaha memperbaiki kerah kemejanya.

Dengan tarikan ringan dari tangan kanannya, Hyunjin menarik kerah kemeja Felix, membukanya sedikit hingga tanda keunguan itu terlihat, menundukkan sedikit wajahnya, Hyunjin menyesap kemudian menggigit tepat di atas tanda itu. Felix berjengit kaget, kejadiannya begitu cepat. Tak sampai 2 lantai lift bergerak. Kemudian Hyunjin melepaskan gigitannya bersamaan dengan suara pintu lift terbuka. Mereka telah sampai di lantai 19. Hyunjin berjalan duluan keluar meninggalkan Felix yang uring-uringan mengusap bekas pangutan Hyunjin.

"Kenapa mereka berdua senang sekali menggigit?" Runtuknya menyusul Hyunjin menuju ruang rapat.
.
.
.

Selama meeting berlangsung, Felix benar-benar tak bisa fokus. Duduk berhadapan dengan Hyunjin yang hanya disekat sebuah meja tak terlalu lebar, ditambah Hyunjin memiliki sepasang kaki yang jenjang, menggesek selangkangan Felix dari bawah meja bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan.

Felix berkali-kali memberikan tatapan tajam atau memberikan tepukan keras pada kaki Hyunjin untuk berhenti mengerjainya. Tapi Hyunjin tak perduli, berpura-pura mendengarkan arahan produser mengenai rencana roadshow promosi film yang dibintangi Felix, Hyunjin tetap saja mengerjainya.

Felix merasakan selangkangannya semakin mengeras, mencetak tonjolan yang tertutup jeans. Salahkan sedikit Minho, semalam setelah memberikan pelepasan untuknya, ponsel Minho bergetar, telfon dari rumah sakit, memberikan kabar jika kondisi nenek kritis. Maka tanpa banyak kata, Minho segera mencampakkan Felix untuk segera menuju rumah sakit. Felix tentu tak keberatan, ia ikut cemas malah. Felix menelfon Bangchan, Minho akhirnya diantarkan ke rumah sakit. Meninggalkan Felix yang sudah terangsang. Baru pagi tadi, Minho memberi kabar jika kondisi nenek sudah stabil, Felix lega. Ia hanya perlu memberikan penjelasan kepada Manajernya, tentang keberadaan Minho di apartemennya tengah malam.

"Bagaimana Felix, apa kau bersedia?" Suara produser mengagetkan Felix dan tentu menghentikan aktivitas nakal Hyunjin.

"Ya? Maaf aku tadi sedikit tidak konsentrasi" Felix tersenyum canggung.

"Kau dan Hyunjin akan pergi ke beberapa kota untuk promosi film kita selama seminggu" ulang produser

"Ah.." Felix belum menjawab, menatap sekilas Hyunjin yang tersenyum simpul kearahnya.

"Baiklah, aku setuju.. ngghh" Felix menahan eramannya di akhir saat kaki Hyunjin sengaja menekan selangkangannya dengan keras. Sial, Felix sampai tidak sadar kaki nakal itu masih ditempatnya.

TBC

Heaven [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang