CH 23

77 17 4
                                    

Felix seharusnya tak heran jika kamar hotelnya memiliki connecting room ke kamar Hyunjin, dan bagaimana secara kebetulan sedari pagi Hyunjin selalu berada di sisinya, mulai dari di mobil, pesawat hingga sekarang kamar hotel, ditambah dengan adanya connecting room.

"Hyun.. katakan ini semua ulahmu kan?" Felix bersidekap menyandarkan dirinya di ambang pintu, menatap lurus Hyunjin yang sedang berkutat dengan kopernya.

"tentang apa Lixie ku sayang?" tanyanya balik sambil tersenyum, memutuskan untuk menyudahi dahulu kegiatan beres-beres koper miliknya. Ada yang lebih menarik dan lebih penting untuk mendapatkan perhatiannya. 

"ayolah Hyunjin. kenapa kamar ku terhubung dengan kamarmu? aku yakin kamar artis lain tidak seperti ini" 

Hyunjin beranjak dari tempatnya, berjalan mendekati Felix yang masih setia di ambang pintu, enggan untuk masuk. Menarik tangan Felix yang bersidekap. "ayo masuk, kita seperti orang asing saja" ajaknya

"tidak Hyunjin, jawab dulu pertanyaanku" Felix memantapkan posisi berdirinya, tidak mau masuk

"kalau memang iya, apa yang akan kau lakukan, hm?" Hyunjin menyeringai kecil, mengelus pipi lembut Felix dengan tangan kirinya, sementara tangan yang lain masih setia menggenggam pergelangan tangan Felix.

"kau tau aku kan Lixie? aku menyanyangimu.. hingga sekarang. Apakah 5 tahun kita tidak ada artinya untukmu?"

Felix memejamkan kedua matanya, mengatur nafasnya sebisa mungkin, meredam segala emosi yang tiba-tiba teraduk menjadi satu.

"Felix..." 

Felix membuka kedua matanya, mendengar namanya tersebut merdu dari bibir laki-laki di hadapannya, Felix menatap lurus ke arah Hyunjin.

"katakan kita baik-baik saja, katakan kau masih mencintaiku.. katakan aku bisa memilikimu kembali..."

Felix terdiam, berusaha mencerna apa yang indera pendengarannya tangkap

"seharusnya akulah yang membuat tanda ini..." tangan kiri Hyunjin beralih mengusap leher terbuka Felix, menepuk dengan ujung jarinya bekas cupang keunguan itu. 

"harusnya akulah yang bisa menyesap harum lembut lehermu ini, mendengar lenguhan melengking dari bibirmu..." Hyunjin mendekatkan wajahnya, bibir tebalnya hampir menyentuh telinga kiri Felix, membisikkan sesuatu, "suara lenguhan yang begitu kontras dengan suara beratmu, bukan begitu sayang?"

Felix kehabisan kesabaran, ia dorong bahu lebar Hyunjin untuk menjauh. Hyunjin menurut tanpa melepaskan genggaman di pergelangan tangannya.

"jangan pancing aku" 

"aku tidak memancingmu sayang.. seharusnya kau tahu, kesabaranku akan ada batasnya, setelah melihat kau bermain-main dengan yang lain selama ini, aku selalu diam, hingga berakhir dengan laki-laki kru film itu--"

"CUKUP"

Hyunjin menyeringai, "kenapa? pasti dialah yang membuat tanda laknat ini, hm? beraninya dia menyentuh milikku"

"aku bukan milikmu, aku bukan milik siapapun!" Felix setengah berteriak, nafasnya tersengal. Mendengar Hyunjin membicarakan Minho membuat hatinya memanas.

"kau tidak punya hak untuk berkomentar bahkan melarangku berhubungan dengan orang lain, Hyunjin! seolah kau lupa dengan apa yang telah kau lakukan padaku!"

Hyunjin tertawa singkat, sedetik kemudian wajahnya kembali serius, "dengar aku Felix!" ia angkat tangan Felix yang masih dalam genggamannya, tanpa sadar rematan itu semakin keras

"ngh.." Felix mendesis, merasakan nyeri di tangannya

"dengar! aku tidak pernah berkhianat padamu, semua berita yang kau dengar adalah palsu, bukankah aku sudah memberikanmu bukti hm?"

"tch! itu tidak mengubah kenyataan bahwa kau pernah tidur dengan Jeongin!" Felix membalas berusaha melepaskan genggaman di pergelangan tangannya, namun sia-sia.

"aku dijebak Felix!! kau tau itu! dan sekarang kau yang tidur dengan banyak laki-laki lain!"

"aku tidur dengan Minho! hanya dengan dia brengsek!! setelah kita tak punya hubungan apapun!" Felix murka, dengan terpaksa umpatan keluar dari mulutnya yang terkenal manis dan lembut.

"waaw.. begitu hebatnya laki-laki itu di matamu" Hyunjin menyentak tangan Felix kencang, berjalan meninggalkan Felix menuju ke ranjangnya. Menatap Felix dengan sejuta arti.

Felix mendengus, membanting kasar pintu penghubung kamar mereka lalu menguncinya dari dalam. Mengusap wajahnya kasar, akan menjadi sangat berat kegiatan promosi filmnya  kali ini, seminggu kedepan akan menjadi neraka bagi Felix, pikirnya saat ini.


TBC


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heaven [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang