Felix melangkahkan kakinya masuk setelah suara decitan pintu depan flat Minho terbuka. Melihat sekeliling sejenak sebelum dibuyarkan oleh sapaan Minho.
"jangan berkomentar apapun"
Entah kenapa Minho jadi khawatir Felix akan mencemooh kondisi flatnya, padahal Felix belum mengatakan sepatah kata pun sejak keduanya berada di dalam sebuah ruang tv sekaligus kamar tidur, begitu Felix berfikir.
Kedua matanya menangkap sebuah single bed yang dipannya sudah usang, lalu sebuah nakas kecil di sebelahnya. Lalu ada sebuah sofa model lama seperti kepunyaan kakeknya dulu, beberapa bagian kulit sofanya sudah mengelupas, di dinding terpasang sebuah tv lcd kecil keluaran lama dan terakhir sebuah pintu yang tertutup, Felix berasumsi itu adalah kamar mandi.
"di mana dapurnya?" Felix bertanya, menoleh mencari keberadaan Minho yang sibuk berkutat dengan meja kecil di sebelah kulkas, ah Felix baru menyadari ada sebuah kulkas kecil.
"tidak ada" jawab Minho singkat, mengulurkan sebuah cangkir berisikan coklat panas yang mengepul.
Felix terdiam sejenak memandangi cangkir itu, bagaimana bisa Minho membuatkannya secangkir coklat di flat yang minim fasilitas seperti ini?
"sampai kapan aku harus memegangi cangkir ini untuk mu, Felix-ssi?"
"ah.. maaf.. terima kasih Hyung" Felix menerima cangkir itu, "boleh aku duduk?" tanyanya, MInho mendecik pelan
"silahkan kalau kau tega celana LV mu akan terkena sofa bulukku" jawab Minho acuh.
Felix meringis, Minho seperti sedang membaca dirinya. Dengan perlahan Felix mendudukkan dirinya di sofa, cukup nyaman ternyata. Kemudian menyesap minuman coklatnya perlahan, merasakan aliran hangat mengalir dari tenggorokannya menuju ke perutnya, sangat nyaman.
"setelah habiskan minummu, silahkan untuk pulang Felix-ssi"
Felix mengeryit tak suka mendengar usiran halus Minho, hendak protes sebenarnya sebelum kedua matanya membelalak melihat Minho yang tengah melepaskan mantel lalu kaos tipisnya, bertelanjang dada menampilkan punggung lebar dan kekarnya.
"ini sudah larut, aku ingin beristirahat Felix-ssi" lanjutnya masih membelakangi Felix, sibuk memilih kaos lengan panjang mana yang akan Minho kenakan.
Felix memalingkan wajahnya yang memanas, sepertinya efek coklat, atau karena...
Segera Felix mengusir pikirannya sendiri.
Menoleh mendapati Minho yang telah kembali berpakaian lengkap, berdiri di depannya sambil bersilang tangan di depan dada.
"kau mengusirku Hyung?" tanya Felix mendongak memandangi Minho di depannya.
Minho menghela nafas panjang, "kau tidak khawatir paparazi akan menguntitmu? bagaimana kalau mereka melihat kau keluar dari flat laki-laki yang tidak dikenal? kau tidak takut gosip?"
Felix memanyunkan bibirnya sebal, kenapa dengan gosip? Apa perdulinya dengan gosip? Hidupnya sudah penuh dan terbiasa dengan gosip.
Felix menggeleng, "aku malah senang jika kita digosipkan Hyung" balasnya enteng
Minho mendelik "kau gila, aku tidak mau terseret Felix-ssi, aku masih ingin bekerja dengan tenang"
"jangan khawatir Hyung, aku akan melindungimu"
"aku tidak butuh" jawab Minho cepat
Felix menunduk memandangi kedua tangannya yang masih memegang erat cangkir coklatnya. Beberapa saat kemudian merasakan tubuhnya bergoyang pelan, Minho duduk di sebelah Felix, sedang mengurut keningnya yang terasa nyeri.
Felix tersenyum simpul, "besok libur, apa yang akan kau lakukan Hyung?"
"kerja part time dengan temanku"
"bolehkah aku menginap?"
Minho sontak menoleh tak percaya, menatap Felix tajam yang hanya tercengir memamerkan deretan giginya yang putih dan rapi.
"tidak"
"uuh.. ayolah Minho Hyung, malam ini saja. Besok kita jalan-jalan, bagaimana?"
Rasanya Minho ingin sekali menendang laki-laki kecil ini keluar dari flatnya sekarang juga.
"sudah kukatakan besok aku beker--"
"berapa uang yang akan kau dapatkan besok?"
"hah?"
"aku akan ganti 5 kali lipat.. oh tidak 10 kali lipatnya, bagaimana?" Felix mengulurkan tangan kanannya
"kau hanya perlu membiarkanku menginap dan menemaniku besok seharian penuh, bagaimana?" sambung Felix tetap dengan tangan terulur di udara, menunggu sambutan dari Minho
Bagaimana ini? 10 kali lipat dari bayaran kerja dari Jisung tentu menggiurkan sekali. Hampir separuh dari pendapatan bulanannya, ditambah bisa dengan mudah Minho dapatkan hanya dengan semalam.
"kau yakin Felix-ssi?"
Felix menganggu, "saat ini juga akan aku transfer agar Hyung percaya"
"baiklah.. hanya kali ini saja" Minho membalas uluran tangan Felix ragu. Merasakan tangan halus dan kecil milik artis ini berada dalam genggaman tangannya, Minho tertegun untuk beberapa saat. Rasanya menyenangkan bisa menghangatkan tangan Felix yang masih terasa dingin dengan kehangatan dari tangannya. Tapi tak bertahan berapa lama, sebelum akal sehat Minho menendang kepalanya sendiri ke alam nyata, Minho menarik cepat tangannya.
"baiklah kau bisa tidur di ranjang, aku akan tidur di sofa"
"tidak, aku mau tidur dengan Hyung di kasur" tolak Felix sembari menunjukkan layar ponselnya, bukti transfer ke rekening Minho yang ia dapat dari Felix
Minho melotot, entah karena permintaan tidak masuk akal dari Felix atau karena nominal uang yang baru saja masuk ke rekeningnya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Heaven [HIATUS]
Romance"Jika kau ingin merasakan surga tanpa harus mati, datanglah pada Felix" Minho dan Hyunjin sepakat akan hal itu Warning : pendek tiap Chapternya, alur cerita lambat