CH 8

106 14 4
                                    

Suara ranjang yang berdecit pelan membuat Felix membuka kedua matanya perlahan, melirik ke arah sisi ranjang yang lain, menampilkan Minho yang merebahkan dirinya kelewat sangat hati-hati, tak ingin tubuhnya tersenggol barang se inchi pun dengan tubuh Felix. 

Felix sebenarnya sangat ingin bergeser, memberikan ruang lebih bagi badan Minho yang sedikit lebih besar darinya, tapi apadaya, ia melirik sekilas ke sisi kirinya, badannya sudah terbaring di tepian ranjang, sejengkal saja Felix bergeser, maka sukses lantai dingin flat Minho akan menyapa tubuh kecilnya. 

"Maafkan ranjang sempitku" sedetik kemudian Minho menyesal, meruntuki dirinya sendiri, kenapa mulut culasnya masih sempat untuk meminta maaf barang hal yang bukan salahnya. Salahkan Felix yang memaksa ingin menginap, padahal sudah tahu kondisi flatnya seperti apa.

Felix menggeleng pelan, menolehkan sedikit kepalanya ke arah kanan, berusaha agar kepalanya tidak membentur kepala Minho yang sudah berada disebelahnya, di bantal yang berbeda sayangnya. 

"ranjangmu cukup nyaman Hyung" balasnya sambil tersenyum kecil

"terima kasih sarkasnya" 

"tidak.. tidak.. aku benar-benar memberikan pujian. Tidak seperti wujudnya yang sepertinya akan roboh kapan saja, namun setelahh dicoba ranjangnya cukup empuk dan hangat" jelas Felix panjang lebar

Minho tersenyum sangat tipis mendengarnya.

"hanya saja sepertinya ia berdecit saat dipakai ya Hyung?" 

Minho tampak berfikir sebentar, "iya, mungkin pegasnya sudah usang, aku membelinya sudah lumayan lama" 

Felix terkikik, "mungkin sudah saatnya kau membeli ranjang yang baru"

Minho mengernyitkan alisnya dan kemudian bergidik geli merasakan suara berat Felix menyapa telinganya, dengan tiupan kecil diujung kalimatnya.

"akan sangat berisik dan bisa mengganggu tetangga saat kita akan menungganginya Hyung, tapi aku tak keberatan untuk mencoba dengan iringan decitan, fuuhhh"

Minho sontak mendorong wajah Felix untuk menjauh, reflek yang terlambat sebenarnya. Namun daripada tidak sama sekali.

.

.

.

Minho bergerak risau, badannya menggeliyat meregangkan otot-otot kakunya, kedua matanya serasa masih tertempel dengan perekat kuat, sulit sekali untuk dibuka, tapi suara berisik di sekitarnya cukup membuatnya terganggu.

"ngg..kau sedang apa Felix-ssi? ini masih jam 7 pagi" suara serak khas bangun tidur Minho menarik atensi Felix yang tengah sibuk di dekat kulkas, membuka-buka bungkusan makanan yang baru saja sampai

"aku mengorderkan kita sarapan Hyung. Maaf jika membuatmu bangun" balas Felix menoleh sebentar kemudian sibuk menata makanan di atas piring.

"dan aku tidak menemukan piring lain, jadi kurasa tidak masalah kan jika aku menggunakannya?" tanya Felix dengan tangan sibuk memindahkan sarapan ke meja depan TV

Minho menggeleng, daripada piring, yang Felix pakai lebih tepat mangkuk sup milik paman pemilik flat yang belum sempat Minho kembalikan sejak beberapa bulan yang lalu. Kini mangkuk itu terisi oleh beberapa potong sandwich daging. 

"aku tidak terbiasa melewatkan sarapan, jadi ayo makan bersama" 

Minho yang sudah sepenuhnya mendapatkan kesadarannya, mengamati Felix yang sudah duduk bersimpuh di lantai dingin flatnya, menghadap meja dan tanpa ragu tangannya mengambil sepotong sandwich itu untuk ia kunyah.

Sepertinya ia sudah mencuci wajahnya, dan sikat gigi mungkin..? Minho tak yakin, namun dari helaian rambut blondenya yang basah menempel beberapa di dahinya, Minho yakin Felix sudah membasuh wajahnya.

"Hyung? ayo kemari" 

Minho menghembuskan nafas berat, dengan kekuatan yang seadanya, memaksakan tubuhnya untuk beranjak dari ranjang menuju kamar mandi, dan beberapa saat kemudian bergabung dengan Felix, berhadapan.

"lain kali bilang kalau ingin sarapan, aku bisa memaksakan untukmu, daripada hanya mengkonsumsi roti" Minho membuka percakapan, sambil menunggu respon dari Felix

"memangnya bisa memasak di sini Hyung? dan kau bisa memasak?" Felix memiringkan kepalanya, sebuah tabiat jika dirinya dilanda kebingungan, dan menjadi sebuah pemandangan yang epik bagi Minho. Ia tak menyangka makhluk laki-laki di depannya ini sungguh menggemaskan.

"ada dapur umum di flat ini, dan ya jangan remehkan kemampuan memasakku, atau kau akan ketagihan" jawab Minho acuh sambil melanjutkan makannya.

Felix tersenyum lebar, kembali memasukkan potongan sandwich ke mulutnya. Minho yang baru tersadar dengan apa yang baru saja terjadi menjadi panik hingga tersedak.

"uhukk-- bu--bukan berarti aku akan mengizinkanmu untuk menginap lagi Felix-ssi, jangan salah sangka!" 

"ya.. ya aku tahu Minho Hyung" Felix tak menanggapi serius Minho, hanya terkikik geli melihat semburat tipis rona merah di pipi Minho. Sementara Minho masih merasakan malu dan bingung kenapa mulutnya bisa berbicara sendiri tanpa ia perintah?

"arggh lupakan! jadi hari ini kita akan kemana?"


TBC


author's note : akan sampai berapa ch kah scene di kamar Minho ini? nyahahahhaa 

Heaven [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang