CH 11

90 19 3
                                    

Felix yakin soda yang ia berikan ke Minho adalah soda yang sudah ia campur dengan afrosidiak. Tak salah lagi. Seharusnya demikian. Felix menggelengkan kepalanya beberapa kali, merasakan keningnya mulai pening, dan ia mulai berkeringat.

Minho yang sadar ada yang salah dengan Felix beranjak mendekat, mendudukkan dirinya di samping Felix dan memegang bahu kanannya.

"Felix-ssi, kau baik-baik saja?" 

Felix tak menjawab, malah semakin menundukkan kepalanya lebih dalam lagi. Ia mendengar Minho bertanya, namun mulutnya terasa kelu. Pikirannya berusaha memproses apa yang sebenarnya terjadi beberapa menit yang lalu. Selesai mencampurkan afrosidiak ke dalam salah satu gelas, Felix sempat terkaget karena suara Minho yang membuyarkan konsentrasinya. Dengan bergegas, Felix membawa kedua gelas itu menuju ruang tamu, dan memberikan salah satunya kepada Minho. Ia sudah tak berfikir yang mana yang berisi obat.

"aah--" 

Felix dengan tetiba mengangkat wajahnya, kemudian memukuli sendiri kepalanya, tak terlalu keras sebenarnya, namun cukup membuat Minho khawatir.

"hey..hey Felix-ssi, apa yang kau lakukan? kepalamu bisa sakit" Minho menarik kedua tangan Felix menjauh dari kepalanya sendiri, dan mengunci kedua pergelangan tangan Felix dengan sebelah tangannya.

"Felix! Felix! sadarlah!!" MInho meninggikan suaranya, berharap dapat menarik kembali kesadaran Felix yang hilang entah kemana, Minho tak tahu.

"ngg.. hyung--" Felix akhirnya bersuara, ada perasaan lega dalam diri Minho, bercampur curiga, apa yang terjadi dengan Felix? Mengapa suaranya seperti orang yang mende-- Minho segera menyingkirkan pikiran jeleknya. 

"apa yang kau rasakan Felix-ssi? apakah ada yang sakit?" tanya Minho melepaskan cengkraman tangannya setelah merasa Felix menjadi sedikit lebih tenang. Membantunya untuk menyadarkan punggung ke sandaran sofa. Tubuh Felix terasa lemas, kepalanya mendongak bersandar, keringat mulai membanjiri wajah dan lehernya, rambutnya mulai basah, berantakan di sekitaran dahi dan pipinya. Nafasnya mulai terasa berat dan putus-putus, dan Minho belum mendapatkan kesimpulan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Felix, yang bisa Minho lakukan adalah tetap di samping Felix.

"Minho Hyung--" 

Minho mendekatkan wajahnya, untuk lebih mendengar dengan jelas suara yang terlampau kecil dari Felix.

"Hyung--"

"ya Felix-ssi, apa yang sakit? ayo aku antarkan ke rumah sakit, ah aku hubungi manajermu dulu, di mana kau simpan ponselmu--"

Felix menggeleng ribut, bisa-bisa ia dibunuh Bangchan jika sampai manajernya tahu tindakan bodoh apa yang baru saja ia lakukan.

"jangan telfon Channie Hyung.. tolong antarkan aku ke kamar, setelah itu Hyung bisa pulang" 

Minho dengan sigap membopong tubuh lemas Felix menuju kamarnya. Dengan sedikit kesusahan akhirnya Minho berhasil membuka pintu kamar Felix yang tertutup rapat. Untuk pertama kalinya, Minho memasuki kamar Felix. Dengan hati-hati Minho membaringkan Felix ke ranjang empuknya, kemudian menyalakan pendingin ruangan, berharap dapat menurunkan suhu panas Felix.

Minho mengamati Felix yang kini memejamkan kedua matanya, nafansya masih terasa berat dan tersengal, sesekali Felix bergerak gelisah seperti menahan sesuatu. Minho ingin beranjak pulang, sesuai dengan apa yang Felix katakan sebelumnya. Tapi bagaimana ia bisa meninggalkan laki-laki itu sendirian. 

"memang sebaiknya aku menghubungi manajernya" Minho hendak melangkahkan kakinya menjauh dari ranjang Felix, sebelum tangan kanannya dicengkram erat lalu dengan sekali hentakan tubuh tidak siap Minho terhuyung ke depan dan jatuh menimpa Felix.

"sudah ku katakan jangan hubungi Channie Hyung, apa aku tuli?"

Minho terkejut dengan suara rendah dan berat Felix yang menyapa telinga kirinya, berusaha untuk bangkit berdiri namun tubuhnya di tahan oleh Felix. Darimana si kecil ini dapat kekuatan sekuat ini? 

"Fe-Felix-ssi?" Minho dengan ragu menatap kedua mata Felix yang terasa tajam dan menusuk, tak seperti biasanya yang teduh dan hangat.



 TBC

Heaven [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang