CH 7

116 17 2
                                    


Sudah setengah jam lebih Minho dan Felix tenggelam dalam kebisuan. Keduanya kini duduk bersebelahan menatap kosong layar TV yang menyala tanpa suara, menampilkan beberapa iklan komersial yang 3 diantaranya dibintangi Felix. Sesekali Minho melirik sekilas lelaki di sebelah kanannya, tengah memandang lurus kedepan. Kemeja Felix telah terkancing sempurna hingga kerah bagian atas, setelah tragedi mengejutkan saat Felix keluar dari kamar mandi dengan pakaian nyaris terbuka.

Jam usang di atas nakas milik Minho menunjukkan pukul 11 malam. Kedua matanya serasa makin memberat, ia butuh istirahat untuk kegiatan besok. Ah.. tapi Minho baru saja teringat jika besok ia tak perlu kerja part time di tempat Jisung, padahal ia sempat berkirim kabar untuk membatalkan jadwal part timenya.

Minho kembali melirik Felix yang masih tetap fokus pada tontonan bisunya.

'Apa yang harus aku lakukan?' Pikir Minho.

'Felix, aku mengantuk ingin tidur' bagaimana jika Felix belum ingin tidur? Mana mungkin Minho meninggalkan Felix sendirian yang masih terjaga? Apalagi setelah dirinya dibayar mahal. Minho menenggelamkan wajahnya dalam diantara kedua lutut tertekuknya, tiba-tiba teringat dirinya dibayar mahal, sebutan yang begitu ambigu baginya.

'Felix, ayo tidur'

Minho langsung memasang ekspresi jijik, itu bukan ajakan yang baik, bisa saja Felix salah mengartikan.

"Hyung, kalau kau mengantuk tidurlah dulu"

Suara berat Felix membuyarkan monolog dalam kepala Minho.

"Kau tidak mengantuk Felix-ssi?" Tanya Minho

Felix menoleh, "kenapa? Apa Hyung ingin mengajakku tidur?

Minho hanya memasang wajah datarnya. Bersama Felix selama 2 jam ini sudah mampu membuat Minho beradaptasi dengan tingkah laku maupun ucapan Felix yang sangat ajaib

Felix terkekeh geli mendapati ekspresi Minho. Dirinya mengambil ponselnya dari dalam tas yang ia simpan di bawah kaki.

"Aku masih harus mengurusi beberapa pekerjaan Hyung, setelah itu baru aku tidur. Jadi tolong tetap nyalakan lampunya"

"Baiklah aku akan menunggumu, aku tidak bisa tidur jika lampu tetap menyala"

"Ah..  kalau begitu matikan saja Hyung, aku tidak apa-apa"

Minho menggeleng, "tidak sehat untuk penglihatanmu"

Mendengar itu membuat Felix tertegun, baru saja ia kembali melihat sisi Minho yang baru. Dibalik ucapan dari mulut culasnya, Minho adalah sosok yang lembut dan perhatian.

Felix tersenyum kecil, kembali menyimpan ponselnya sebelum mengirim kabar singkat ke Bangchan mengenai ketidakpulangannya besok.

"Baiklah ayo tidur Minho Hyung. Kurasa aku sudah cukup lelah hari ini" ajak Felix, merentangkan tinggi-tinggi kedua tangannya keudara, berusaha meregangkan otot-otot kakunya.

"Besok kita akan jalan-jalan Hyung, jadi temani aku ya"

Minho mengangguk pelan, menatap Felix yang sudah beranjak dahulu menuju ranjang miliknya. Dengan santai merebahkan tubuh mungilnya dan menyamankan kepalanya di bantal empuk milik Minho. Beruntunglah Felix, Minho baru saja membeli sepasang bantal baru.

"Tunggu apalagi Hyung? Cepat kemari dan tidur"

Minho menghela nafas panjangnya lemah, berjalan ragu mendekati ranjang sempitnya yang kini menjadi semakin sempit.

"Awas kalau kau berani macam-macam, Felix-ssi" ancam Minho berkacak pinggang di samping ranjang, menatap tajam Felix yang terkekeh

"Kau tenang saja, belum saatnya Hyung" balas Felix santai

Minho melotot kaget, ingin rasanya memberikan pukulan pada kedua pantat Felix yang sengaja ditunjukkan padanya sebagai ejekan.

Bersabarlah Minho, anggap ini bagian dari tantangan pekerjaan dengan bayaran yang mahal namun resiko pekerjaan yang tinggi. Harga dirinya bisa hilang kapan saja direbut Felix. Ia rasa malam ini lampu tetap akan ia biarkan menyala, hanya untuk berjaga-jaga.

TBC

Heaven [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang