CH 4

124 16 3
                                    

Dari sudut matanya, Minho memperhatikan setiap gerak gerik Felix yang tengah melakukan take nya bersama Changbin. Menampilkan senyum manisnya, sesekali tangan mungil Felix mengelus dada bidang Changbin yang berbalut kaos hitam ketat.

"cih.. jelas sekali dia sengaja, supaya semua orang tahu jika badannya berotot" Minho mencibir pelan sambil terus mengerjakan pekerjaannya, kali ini menyetrika baju-baju yang akan digunakan untuk syuting. Minho menghela nafas lemah, akhir-akhir ini ia jadi sering mengeluh sendiri, pekerjaan di lokasi syuting semakin banyak, jam pulangnya bisa sampai tengah malam, sementara dirinya juga butuh beristirahat.

"sudah beberapa hari ini aku tidak punya waktu untuk menjenguk nenek, semoga hari ini syuting lekas selesai" keluhnya.
Betapa beruntung Minho, doanya dikabulkan oleh Tuhan. Syuting hari ini berjalan dengan lancar dan cepat, sebelum matahati terbenam semua kru sudah berbenah, dengan lekas Minho berkemas dan berlari menuju halte bus yang berada tak jauh dari lokasi syuting, mengejar bus terakhir menuju rumah sakit.

Minho mendekap tas punggungnya erat, berusaha mengatur nafasnya yang masih berantakan setelah berlari, untunglah dia berhasil mengejar bus terakhir. Menyamankan pantatnya pada kursi penumpang, Minho memejamkan matanya sebentar, setengah jam cukup sebelum sampai ke rumah sakit, pikirnya.
.
.
.
.

"Kami baru saja menerima sampel obat baru yang mungkin bisa mempercepat penyembuhan nenek anda.."

Mata Minho berbinar saat dokter yang biasa merawat neneknya memulai pembicaraan empat mata dengannya. Setelah menemani dan menyuapi makan malam dan memastikan neneknya sudah tidur dengan nyenyak, dokter memanggilnya.

"Tapi biayanya masih mahal Minho, karena pengadaannya yang masih terbatas.."

Ekspresi Minho seketika berubah menjadi murung, ia bingung.

"Kami tidak memaksamu, kami tahu memang perawatan kanker sangat mahal, dan kamu sudah berusaha semaksimal mungkin untuk nenekmu, aku sangat menghargai itu Minho, bagaimana sulitnya--"

"Berapa biaya untuk obat itu dokter?"

Sang dokter tentu terkejut, "200 juta untuk 1 minggu obat"

Minho mengepalkan kedua tangannya erat, darimana ia akan dapat uang sebegitu banyak? Pekerjaan apa lagi yang harus ia lakukan? Serasa 24 jam tidak cukup baginya, ia butuh tambahan jam dalam sehari.

"Baiklah. Aku akan mengusahakannya dokter. Terima kasih informasinya, aku titip nenek"

Minho meninggalkan rumah sakit dengan langkah gontai, berjalan sejauh 5 km menuju flatnya. Waktu menunjukkan jam 8 malam, sudah tidak ada lagi bis yang beroperasi, lagipula uangnya tinggal cukup untuk makan seminggu ke depan.

"Tuhan, bagaimana ini? Aku ingin nenek sembuh" Minho menatap langit malam dengan gemerlap bintang di atasnya. Bintang-bintang itu mengingatkannya pada freckles Felix, sama-sama indah..

APAAA??

Minho menampar pipinya sendiri berulang, bagaimana bisa ia tiba-tiba kepikiran laki-laki itu di saat seperti ini?
Segera Minho mempercepat langkah kakinya, ia ingin segera sampai flatnya untuk beristirahat. Besok adalah hari libur untuk pekerjaan syuting, Minho sudah berjanji untuk membantu Jisung menjaga kedai kopinya, demi tambahan uang.

Jarak flatnya tinggal 100 meter lagi, Minho menyipitkan matanya, ada seseorang yang berdiri di depan gedung flatnya, ah sudahlah mungkin sedang menunggu temannya. Udara di luar semakin dingin, Minho setengah berlari agar segera sampai.

"Hai Hyung..."

Minho melotot tak percaya, bagaimana bisa ada Felix, si aktor terkenal itu berada di sini? Darimana dia tahu tempat tinggal Minho?

"Boleh aku ikut masuk? Menunggumu selama 1 jam di luar ternyata membuatku cukup kedinginan" Felix memperlihatkan kedua tangannya yang telanjang tanpa sarung tangan.

Minho menghela nafas pasrah, bagaimana ia bisa tega?

"Masuklah, tapi jangan berkomentar apapun tentang kamarku" balasnya sambil berjalan mendahului Felix

Mendengar hal itu, Felix tidak bisa tidak menyembunyikan bahagianya. "Yesss!!"

TBC

Heaven [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang