"aku sudah minta Hyung untuk pulang, kenapa Hyung masih di sini?"
"ng..i-itu karena.. singkirkan dulu tanganmu Felix-ssi" Minho bergerak tak nyaman, menindih Felix terlalu lama sungguh berbahaya baginya.
Felix akhirnya membuka pelukan eratnya dan membiarkan Minho bangkit berdiri. Dengan segera Minho merapikan kausnya yang sempat tersingkap, kedua matanya sempat bertatapan dengan kedua mata Felix.
"apa kau yakin sendirian di sini?" Minho dengan bodohnya masih bertanya
"ngg.. cepat keluarlah Hyung" pinta Felix, menutupi matanya dengan lengannya. Felix tak ingin ia lepas kendali, rencananya berantakan, senjata yang rencananya akan ia gunakan untuk Minho malah berbalik menyerang dirinya sendiri. Jangan sampai Minho tahu keadannya yang sedang kacau.
Baru saja Minho akan membuka mulutnya kembali untuk membantah, bel pintu apartemen Felix berbunyi, Minho melirik sekilas jam di nakas kamar Felix, 23.00, siapa yang bertamu malam-malam begini?
"ngg.. bisakah kau buka pintunya hyung?" Felix terganggu dengan bel pintu yang tak berhenti berbunyi. Akhirnya Minho beranjak keluar kamar untuk membuka pintu.
"Lixie-yaa.. eh siapa kau?"
Minho mengeryitkan dahinya menatap tamu yang baru saja ia bukakan pintu. Berusaha mengingat kembali sepertinya pernah melihat orang ini.
"ng.. aku temannya Felix" Minho menjawab dengan ragu, "hey.. ada perlu apa?" tubuh Minho terdorong masuk, tamu Felix ini benar-benar tak menggubris Minho yang berusaha menahan dirinya untuk jangan sembarangan masuk.
"Lixie... babe...." teriak tamu tak diundangnya, Minho terus mengekor berharap si tamu tak membuka pintu kamar Felix yang sempat ia tutup sebelumnya
"nghh.. Hyunjin?" Felix mengerang kecil mendengar samar suara berisik memanggilnya. ia sudah di luar kepala menghafal panggilan itu, hanya Hyunjin yang memanggilnya demikian. Baru saja Felix akan berusaha untuk bangun, pintu kamarnya terbuka lebar. Menampilkan sosok laki-laki tinggi yang sedang berkacak pinggang di ambang pintu.
"hey kau melupakan janji kita?" tanya Hyunjin mendekati Felix yang sudah terduduk lemas
"maafkan aku Hyun.." Felix benar-benar melupakan janjinya untuk bertemu Hyunjin, seharian bersama Minho menarik seluruh atensi dan dunia Felix.
Hyunjin mendengus kesal, hanya sedikit kesal sebenarnya. Bagaimana mungkin ia akan marah dengan Felix? Laki-laki yang sudah ia kenal selama 5 tahun ini?
"hey kau baik-baik saja? wajahmu memerah dan... badanmu panas?" Hyunjin menangkupkan kedua pipi Felix, memaksa Felix mendongakkan wajahnya, beberapa detik kemudian Hyunjin menyeringai kecil.
"sepertinya kau butuh sedikit bantuan"
"ah ti-tidak Hyun.. jangan" Felix berusaha menahan Hyunjin yang tiba-tiba menyerang lehernya, memberikan sedikit sesapan yang akan membekas keesokan harinya. Felix akui ia merasakan rasa nikmat saat tubuh panasnya mendapatkan belaian dari Hyunjin, laki-laki tampan yang sudah mengenal dirinya luar dalam. Namun sudut mata Felix masih dapat menangkap Minho yang berdiri mematung di pintu kamarnya dengan mulut menganga. Tidak, Felix tidak mau reputasi baik yang sudah ia bangun di hadapan Minho hancur berantakan dalam semalam.
"Hyun... ahh.. jangann..."
Hyunjin menjauhkan wajahnya dari Felix, menoleh kebelakang memberikan tatapan tajam kepada Minho yang masih di tempatnya.
"apa yang kau lakukan? Cepat keluar dari sini!" satu bentakan kasar berhasil menarik kesadaran Minho. Dengan tergopoh Minho mengemasi tas dan segera berlari secepat mungkin keluar dari apartemen Felix, meninggalkan mantelnya.
Sebuah bantingan pintu kasar memberikan perasaan tercekat pada Felix. Bagaimana ini? Minho pasti marah padanya. Tapi, kondisinya saat ini tak memungkinkan untuk mengejarnya, walaupun Felix sangat ingin menahan kepergian lelaki itu.
"sudah tak ada yang akan mengganggu kita, Lixie" bisik Hyunjin seduktif tepat di telinga kanan Felix.
Felix memejamkan kedua matanya rapat, tak ada yang bisa ia lakukan selain menerima keadaan. Besok ia akan berusaha memperbaikinya saat syuting. Saat ini biarkan Felix terbawa arus gelombang hasrat akibat kebodohannya sendiri, dan anggap Hyunjin adalah pahlawan yang akan menyelamatkannya.
.
.
Minho berjalan gontai lalu mendudukkan dirinya di halte bus yang sudah gelap dan sepi, tak ada siapapun. Kedua tangannya memeluk dirinya sendiri, berusaha menahan gigilan tubuh yang semakin menjadi-jadi setiap terpaan angin malam menyapa kulit polosnya yang hanya berbalut kaus. Tapi panas dalam hatinya ternyata mampu membakar seluruh akal sehatnya. Apa yang sebenarnya Felix sialan itu lakukan? Pikirnya. Lalu mengapa Minho merasakan perasaan yang bercampur aduk seperti ini? Rasanya ia ingin menempeleng wajah tamu laki-laki itu. Tapi untuk apa? Siapa Minho sampai berani-beraninya?
TBC
Author's note : hai bagaimana kesannya sampai sejauh ini? alurnya memang agak lambat ya, sebenarnya pengen banget langsung keinti dari cerita ini, seperti di prolog, tapi aku pikir akan jadi aneh, jadi aku berusaha bangun sedikit demi sedikit dulu sebelum sampai ke konflik dan inti dari ceritanya. Ku harap pada sabar ya, masukan dan saran aku selalu menunggu lho, love sekebon <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Heaven [HIATUS]
Romance"Jika kau ingin merasakan surga tanpa harus mati, datanglah pada Felix" Minho dan Hyunjin sepakat akan hal itu Warning : pendek tiap Chapternya, alur cerita lambat