Part 20. Engagement Cancelation

432 88 9
                                    

Tidak ada jawaban dari gadis yang pucuk hidungnya sudah memerah dan pelupuk matanya digenangi air mata ini.

Wajah gadis itu kebingungan. Alisnya melengkung ke bawah. Dahinya berkerut. Sorot matanya memelas, seperti sorot mata anak anjing yang baru saja dimarahi pemiliknya.

"Lind ..." Satu tangan Jaya membelai pipi basah pujaannya. Sementara tangannya yang lain masih menggenggam jemari lentik gadis itu. "Aku akan membatalkan tunanganku dengan Malika."

Gadis itu sontak menggeleng. "Jangan ..." Nada suaranya memohon. "Dia mencintaimu, Jay. Jangan batalkan pertunangan kalian."

"Tapi aku mencintaimu, Lind." Jaya mengeratkan genggamannya pada jemari Ralind. "Nggak mungkin kuteruskan pertunanganku dengan Malika sementara aku nggak mencintainya, malah justru sangat mencintaimu."

Ralind memejam, meluruhkan air mata yang sejak tadi ditahan. Saat membuka mata, wajah pemuda yang selama ini mengusik hatinya kembali tertangkap oleh netranya.

"Aku sayang kamu." Jaya kembali membelai pipi Ralind yang semakin basah oleh air mata.

"Kalau kamu sayang aku ..." Ucapan Ralind terjeda sesaat. Gadis itu perlu menguatkan diri sebelum berkata, "Tolong, jangan menambah masalah hidupku. Kasihan orangtuaku. Mereka sudah menanggung malu karena aku gagal menikahi Adam. Jangan tambah beban mereka lagi dengan pembatalan pertunanganmu dengan Malika."

Ganti Jaya yang terdiam. Penjelasan Ralind menohok kuat harga diri dan hati nuraninya. Dia hanya dianggap sebagai masalah dan beban hidup bagi Ralind?

"Lagipula, aku belum bisa melupakan masa lalu orangtua kita. Jangan sampai apa yang terjadi pada mereka, terjadi juga pada kita."

Jaya tak mengerti mendengar ucapan Ralind. "Maksudmu?"

Ralind terdiam sesaat sebelum mengusap air mata di pipi dan mengangkat dagu. "Aku nggak mau merebutmu dari Malika. Dia mencintaimu. Aku tahu itu. Dia sering curhat soal perasaannya padamu."

"Tapi itu nggak mengubah perasaanku padamu." Jaya tetap mengelak.

"Tapi aku akan jadi Kakak yang brengsek kalau kuterima perasaanmu!" Ralind berseru tidak terima. Air matanya kembali jatuh bercucuran. "Aku nggak mau jadi seperti Tante Maya yang sudah bikin Mommy sakit hati!"

Jaya terkejut mendengar ucapan Ralind. Bukan karena dia dibentak, melainkan karena ibunya dibawa-bawa dalam masalah mereka.

Menyadari bahwa ucapannya sudah keterlaluan, Ralind membekap mulut sambil menggelengkan kepala. "Maaf ... Maafkan aku. Bukan maksudku mengolok Tante Maya ...."

Jaya menatap Ralind dengan sorot mata terluka. Meskipun hatinya baru saja disayat dan ditaburi garam, dia tetap menyunggingkan senyuman agar Ralind tidak merasa bersalah. "Kamu nggak sama dengan ibuku. Kamu bukan merebutku dari Malika sebab kami belum menikah. Bahkan pertunangan pun masih sebatas lisan."

"Tapi tetap saja salah!" Ralind kembali berseru. Dia putus asa meyakinkan Jaya bahwa hubungan mereka salah. "Tetap saja perasaan yang kamu miliki itu salah. Hubungan yang akan kita jalani juga salah."

“Di mana salahnya? Di masa lalu orangtua kita?” Jaya masih berusaha menelisik perasaan gadis pujaannya. Tidak peduli dibentak sekeras apapun. Tidak peduli dilukai sedalam apapun.

“Ya!" Ralind menjawab tegas. "Dan di statusmu sebagai tunangan Malika!”

“Bagaimana dengan perasaanmu sendiri, Lind?" Jaya belum mau menyerah untuk mendapat jawaban. "Apa kamu mencintaiku?”

Ralind terbungkam. Kepalanya kembali tertunduk.

“Lind, tolong jawab." Jaya mendekatkan diri untuk mendongakkan dagu pujaan hatinya. "Apa kamu mencintaiku?”

Tangled By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang