Part 6. Trip To Puhsarang

3.6K 618 90
                                    

"Ehem!"

Deheman satpam membuat Ralind menarik tangannya secara refleks dari genggaman Adam, lalu membenahi jarak mereka sekitar 2 meter lagi. That's the rule, 2 meters away.

"Apa itu artinya kamu nggak mengijinkan Jaya pergi bareng kita?" Ralind berdiri tegak menunggu keputusan Adam.

Ditanya seperti itu, Adam merasa seperti ditantang untuk menerima keberadaan Jaya dalam hubungan mereka. Akan sangat kekanakan jika ia menolak permintaan Ralind akibat kecemburuannya. Dia pria dewasa berusia 30 tahun. Kekanakan bukanlah sifat berwibawa dari seorang pria dewasa. Jadi, ia putuskan untuk menyetujui permintaan tunangannya.

"Aku setuju. Hanya saja ... kamu harus jujur padaku, urusan apa yang sedang berusaha kalian selesaikan?"

Meskipun setuju, Adam ingin Ralind menuruti beberapa persyaratan yang tidak boleh dilanggar. Sebab, bukan hanya sekali ini saja ia dibuat cemburu. Sejak kedatangannya ke Surabaya, Ralind semakin dekat dengan pemuda itu. Bahkan kehadiran dirinya sudah tidak lagi dihargai. Memberikan bunga pada resepsionis, meninggalkannya di toko buku, membawa lari Jaya ke klinik, mengusirnya dari ruang kerja ketika menyuapi sarapan, saling bertatapan di kitchen sink, dan sekarang ini, minta izin pergi bareng ke Puhsarang.

Jika tidak sabar, sekarang juga Adam akan menyuruh Ralind untuk tidak berhubungan apapun lagi dengan pemuda sialan itu. Namun, Adam tidak berdaya. Selain kesabarannya berusaha diluaskan setara samudera, ia juga tahu bahwa Ralind adalah tipe perempuan yang tidak mau dikekang. Ralind pencinta kebebasan bermartabat. Tidak mau dilarang jika larangan itu tidak logis. Dan, Adam juga tahu bahwa kecemburuannya ini tidak logis.

"Masalah novel." Ralind mundur beberapa langkah untuk menyandarkan punggung pada pilar area parkir."Kamu ingat waktu aku tiba-tiba meninggalkanmu di toko buku?"

Adam mengangguk. Dahinya mengernyit penasaran.

"Novel itu menceritakan tentang perjalanan hidup tante Maya dan om Jaka. Kamu tau mereka, kan?"

Adam mengangguk lagi."Kedua orangtua Jaya yang sudah meninggal, kan?" Ia baru ingat bahwa pemuda yang telah membuatnya cemburu itu adalah seorang anak yatim piatu.

"Iya benar. Di novel itu juga diceritakan skandal tante Maya sama Daddy." Ralind melanjutkan ceritanya.

Adam terkejut mendengar pengakuan tunangannya, namun kemudian paham alasan Ralind tiba-tiba menangis dan berlari meninggalkannya di toko buku."Maaf, aku nggak bermaksud ikut campur, tapi ... aku penasaran, apa yang kamu lakukan setelah pergi dari toko buku. Apa kamu melakukan sesuatu pada Jaya?" Ia teringat peristiwa ketika Jaya masuk ke penthouse dengan darah di pelipis. Apakah mungkin perempuan ini berbuat sesuatu yang kejam?

Ralind menunduk salah tingkah seperti sedang melarikan diri dari dosa dan kebodohannya sendiri. Kalau boleh, dia pilih tidak menjawab pertanyaan itu. Namun, ia juga tak enak hati jika menyembunyikannya dari Adam. Pria ini pasti akan berpikir yang tidak-tidak, sehingga malah jadi su'udzon. Maka dari itu, ia putuskan untuk mendongak dan menjawab."Aku melempari dia novel itu, sampai pelipisnya berdarah."

Adam terbelalak, bahkan hampir terperangah mendengar pengakuan itu. Tunangannya yang dikenal sebagai perempuan dengan pemikiran matang, tidak pernah bertindak gegabah untuk menjaga citra diri, kini mengaku telah melukai pemuda yatim piatu hanya karena sebuah novel?

Satu hal yang Adam baru tahu, ternyata Ralind punya sifat temperamental yang cukup parah.

"Itu sebabnya kamu spontan membawa Jaya ke klinik waktu tahu lukanya parah?" Adam berusaha mengalihkan pikiran negatifnya dengan mencoba berpikiran positif.

Ralind mengangguk."Aku tidak menyangka lukanya akan separah itu. Aku merasa bersalah sudah membuat dia terluka parah."

Adam manggut-manggut."Lalu, tujuan kalian ke Puhsarang untuk apa?" Adam melanjutkan investigasi kedekatan hubungan tunangannya dengan Jaya.

Tangled By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang