"Seperti ... Ibuku."
Ralind terperangah mendengar Jaya menyebut Ibunya sebagai perempuan idaman.
Gadis itu lalu mengerutkan kening."Bukankah menyukai atau bahkan menikahi perempuan yang memiliki sifat seperti ibu kandung sendiri itu dilarang?"
Satu alis Jaya terangkat."Ada dalilnya?"
Ralind berpikir sebentar untuk mengingat-ingat larangan menyamai isteri dengan ibu kandung sendiri. Ketika berhasil mengingat, ia menjawab,"Ada. Surat Al-Mujadilah ayat 3. Bismillah. wallażīna yuẓāhirụna min nisā'ihim ṡumma ya'ụdụna limā qālụ fa taḥrīru raqabatim ming qabli ay yatamāssā, żālikum tụ'aẓụna bih, wallāhu bimā ta'malụna khabīr."
Jaya tersenyum mendengar Ralind membacakan Al-Qur'an surat ke-58 itu. Hafizah seperti Ralind sudah mulai jarang ditemui di zaman modern seperti sekarang ini.
"Artinya, Dan mereka yang menzihar istrinya, kemudian menarik kembali apa yang telah mereka ucapkan, maka (mereka diwajibkan) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepadamu, dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."
Jaya membenarkan dalil pemaparan Ralind."Betul. Tapi, yang dimaksud Zihar bukan menyamakan karakter, melainkan hanya sebatas fisik saja. Dari hadist Rasul mengenai Zihar, kita bisa mengambil contoh kasus Aus bin Shamit. Ketika hendak menggauli isterinya, dia mengatakan bahwa punggung isterinya mirip sekali dengan punggung milik ibunya. Jadi, Zihar itu hanya sebatas fisik, nggak sampai menyangkut sifat atau karakter isteri."
Ralind terdiam, merasa malu. Penjelasan Jaya lebih tepat dibanding pengetahuannya mengenai hukum tentang Zihar. Dia malu sekali, tapi kegengsian untuk mengakui bahwa Jaya benar, lebih mendominasi hatinya.
"Jika suami sudah terlanjur melakukan Zihar terhadap isteri, maka, wajib memberi kafarrah untuk menebus dosa." Jaya melanjutkan penjelasannya.
Ralind mengangkat kelima jarinya ke hadapan Jaya."Cukup. Aku paham apa itu Zihar. Nggak perlu dibahas lebih jauh lagi."
Jaya mengendikkan bahu, memasang wajah tak berdosa."Oke. Terserah Kakak." Dia kembali menyedot banana milk shake sampai habis dengan suara yang sangat mengganggu pendengaran.
Ralind menunjukkan wajah tak suka pada suara menjijikkan itu. Ia kembali bertanya,"Terus, kalau kriteria sifat tipe perempuan idamanmu mirip ibumu. Lalu, kriteria fisiknya seperti apa?"
Gadis itu masih penasaran, tipe perempuan seperti apa sebenarnya yang disukai anak tidak tahu diri ini hingga berani-beraninya menolak Malika?
"Seperti Kakak." Jaya menjawab serius, tanpa keraguan, tanpa tertawa, atau menunjukkan wajah becanda.
Ralind terkejut, tak mengerti pada jawaban itu."Apa katamu?"
Jaya menjawab lebih detil masih dengan sorot mata serius."Tipe fisik perempuan yang kusuka, seperti Kak Ralind."
Bocah kurang ajar itu malah menyebutkan namanya dengan jelas sebagai penegas jawaban.
Bukannya berdebar mendengar jawaban itu, Ralind malah justru tersinggung dirinya dijadikan sebagai objek idaman bocah tengik ini.
Berani-beraninya dia menggodaku seperti ini? Ralind menatap geram anak berwajah sok polos di hadapannya. Tangannya terkepal kuat. Benaknya berkecamuk spekulasi. Apa Jaya pikir, dengan merayunya seperti ini dia bisa memaafkan soal penerbitan novel itu? Jangan harap, sialan.
Andai saja ponselnya tidak berdering, mungkin kepalan tangannya sudah melayang pada wajah bocah sialan itu.
"Assalamu'alaikum. Ya, Opa?" Suaranya ditekan senormal mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled By You
Storie d'amorePerbedaan usia 7 tahun tidak membuat Ralind merasa harus menjadi kakak perempuan Jaya. Apalagi pemuda itu adalah anak mantan selingkuhan Daddynya. Tidak sudi! Bagaimana mungkin Ralind membiarkan Jaya menarik hatinya, sementara Malika, sang adik kesa...