Part 7. I Enjoy Talking To You

4K 625 99
                                    

Ralind melihat Jaya masih duduk bersimpuh di hadapannya, sambil menundukkan kepala."Hukum aku apa saja untuk menebus dosaku. Aku bersedia menanggung hukuman dari Kakak."

Ralind tidak menjawab. Ia sengaja membuat Jaya dicekik rasa bersalah. Ia ... sangat menikmati pemandangan ini.

Akan tetapi, sewaktu wajah Jaya terangkat untuk meminta jawaban, Ralind menjulurkan tangan kanannya untuk meraba pelipis anak itu."Aku sudah menghukummu. Luka ini buktinya."

Ujung-ujung jemarinya membelai bekas jahitan itu. Ralind menyadari perubahan wajah Jaya yang membeku. Anak itu kembali menundukkan kepala secara salah tingkah. Ralind menahan senyuman.

Jika saja deheman body guard tidak menghentikan jemarinya membelai luka itu, Ralind masih berniat membuat Jaya kaku tak berkutik lebih lama lagi. Ia lalu mengalihkan pandangan pada sungai tadi.

"Kita duduk lagi di sana, sambil kamu tenangin diri dulu." Ralind menunjuk sungai tempat mereka duduk tadi sebelum perempuan bernama Lesti mengacaukan semuanya. Entah ke mana perginya perempuan itu sekarang.

Jaya mengangguk patuh. Kemudian mereka berjalan, lalu kembali duduk di tepian sungai dan tidak berbicara apapun lagi. Seolah memberi kesempatan pada kicauan burung di pucuk-pucuk dahan dan aliran sungai deras di depan sana untuk membentuk simfoni alam yang indah.

Ralind melihat di seberang sungai terdapat hamparan sawah dengan pucuk-pucuk padi menguning. Di pematangnya tertanam pohon-pohon pisang berdaun lebar. Bakal pisang sudah mulai terlihat, bahkan ada yang sudah berbuah banyak. Di bawah pohon pisang, ada berbagai macam tanaman perdu, semisal ceplukan, singkong rambat, dan bunga-bungaan liar. Sedangkan tanaman kangkung memenuhi permukaan saluran perairan sawah.

Ralind menikmati semua itu. Ia merindukan suasana semacam ini. Dulu, kakek Andrew sering mengajaknya berjalan-jalan menyusuri pematang sawah di dekat resor Sumber Podang. Itu ketika status resor masih menjadi milik mereka. Semenjak resor beralih jadi milik keluarga Sanjaya, Ralind tidak pernah lagi berjalan-jalan di sawah bersama keluarganya.

Sepuluh tahun perceraian kedua orangtuanya telah merenggut kebersamaan keluarganya. Selama sepuluh tahun itu pula, ketika teman-temannya bercerita habis liburan di tempat wisata indah bersama keluarganya, ia hanya mampu memendam iri dan harapan. Ia sungguh berharap suatu saat nanti keluarganya bisa berlibur bersama seperti waktu di Turki dulu. Namun, harapan hanya tinggal harapan. Liburan itu tidak pernah terjadi. Sejak ia beranjak remaja hingga sekarang, hanyak menuntut ilmu dan bekerja keraslah satu-satunya hal yang harus dikerjakan. Dan itu ... membosankan.

Maka dari itu, ketika Jaya memberitahu akan mudik ke desa ini untuk mencari tahu orang di balik penerbitan novel, dia antusias ingin ikut juga. Sebab inilah yang ia butuhkan sekarang. Pemandangan indah, suara alam, dan hawa sejuk pedesaan. Seolah mengisi kembali baterai semangat dalam dirinya yang sudah sekarat, bahkan hampir mati.

Sebenarnya, Ralind sudah tidak mempermasalahkan perihal novel. Dengan otak pintarnya, dia sudah menduga dalang di balik penerbitan buku itu. Dan, masalah cabut edar, ia yakin bisa diselesaikan oleh Opanya hanya dengan satu jentikan jari. Semudah itu. Namun, ia sengaja membuat semua ini menjadi rumit. Sebab, inilah yang ia butuhkan. Liburan, petualangan seru, suasana desa yang dirindukan, dan yang terakhir tapi tak kalah penting, membuat anak ini dirundung rasa bersalah sampai mau mati seperti sekarang ini.

Ralind melirik Jaya yang masih tampak terpukul. Anak itu menatap aliran sungai di depan sana dengan tatapan kosong. Dugaan Ralind, mungkin saat ini hati anak itu sedang dirundung rasa bersalah, marah, malu, atau entah. Karenanya, Ralind memberi waktu pada Jaya meredam semua perasaan tak menyenangkan itu.

"Pantas saja sejak awal tahun ini Nenek mengirimiku uang dalam jumlah banyak setiap bulan. Ternyata dapat royalti dari penerbit." Di tengah kesunyian, Jaya tiba-tiba bersuara.

Tangled By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang